Mohon tunggu...
Zainal Abidin
Zainal Abidin Mohon Tunggu... -

muslim, married, engineer

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Dahlan Iskan : Pencitraan dan Pembenaran KPSI ?

8 Januari 2012   15:13 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:10 996
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sangat tidak sopan sekali dan kurang ajar ( orang-orang KPSI : LaNyalla, ferry paulus, Hariadi - pengprov Jakarta ) mencalonkan DI menjadi ketum PSSI. Seharusnya pak Dahlan hanya pantas dicalonkan menjadi presiden daripada cuma mengurusi PSSI. ( apalagi dibawah ketiak menpora )

Tetapi kenapa mereka (KPSI ) tetap memaksa ????. (memalukan)

Prototype masa depan pemimpin ada pada diri seorang Dahlan Iskan, seorang yang baik, patuh terhadap hukum , tidak berambisi terhadap kedudukan, jujur, merakyat dan amanah. Hal ini sangat kontras sekali dan bertolak belakang dengan apa yang terjadi dan manuver yang dilakukan  orang-orang KPSI ( mulai dari fitnah pemilikan saham LPIS oleh pak Djohar dan pak farid - La Nyalla, tidak maunya PT.LI di audit, pengambilalihan PSSI oleh KPSI, Turnament dibilang kompetisi profesional dan lain sebagainya ) . 180 derajat bahkan 360 derajat citra pak Dahlan tidak sesuai dengan citra KPSI .

Manuver pencalonan pak Dahlan sangat kentara sekali sebagai sebuah politik pencitraan sekaligus pembenaran KPSI, dengan mengambil citra pak Dahlan seakan-akan KPSI adalah malaikat pembaharu sepakbola yang legal, jujur dan amanah seperti citranya pak Dahlan. Untungnya jauh-jauh hari pak Dahlan telah menolak secara halus baik  dengan alasan harus izin dari presiden atau syarat pembatasan usia pengurus PSSI dibawah 45 tahun, yang notabene alasan tersebut sangat mendasar sekali bertentangan tentunya dengan kepentingan orang-orang di KPSI  ( orang-orang KPSI sdh banyak yg lanjut usia bro,.... ).

(Sangat disayangkan sekali mereka tetap mencalaonkan DI, manuver yang menjadi blunder ).  Sekali lagi terjawab bahwa sebenarnya mereka sendiri sudah tahu bahwa mereka ada pada koridor yang salah sehingga memerlukan seorang Dahlan sebagai pembenaran jalan yang mereka ambil...........,

Salam SOS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun