Mohon tunggu...
Zainab Hikmawati
Zainab Hikmawati Mohon Tunggu... -

seorang cewek yang perlu belajar lebih banyak lagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Bidan dalam Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

31 Oktober 2014   03:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:06 5497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kematian ibu hingga saat ini masih menjadi masalah utama dalam di bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Hal ini perlu mendapat perhatian karena bayi yang ditinggal mati oleh ibunya, dibandingkan dengan bayi yang masih memiliki kedua orangtua, memiliki kemungkinan 3-10 kali lebih besar untuk meninggal dunia dalam waktu dua tahun setelah kematian ibunya. jadi, perlu dilakukan program kesehatan yang dapat menurunkan faktor risiko kematian ibu, terutama ketika melahirkan.

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002/2003 menunjukan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) mencapai 307 per 100.000 kelahiran hidup. Jumlah ini menurun pada tahun 2007 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup. Namun, angka ini masih tinggi jika dibandingkan dengan AKIdi negara tetanggadi Asia Tenggara. Angka ini 20-30 kali besar dibandingkan dengan Malaysia dan Singapura. Tingginya AKI di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa hal yang lebih dikenal dengan istilah 4 terlalu dan 3 terlambat, yakni terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering melahirkan , terlalu banyak, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan, terlambat mendapatkan pertolongan, serta terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Secara berturut-turut, penyebab kematianibu adalah pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), Komplikasi massa nifas (8%), emboli (5%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), persalinan macet/partus lama (5%), dan penyebab lain (11%).

Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa. Oleh sebab itu, melalui pembuatan berbagai program kesehatan, pemerintah berupaya keras menurunkan angka kematian ibu dan bayi, contohnya adalah dengan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), Safe Motherhood, dan penempatan berbagai bidan di berbagai desa.

Pelaksanaan berbagai program kesehatan tersebut sangat membutuhkan sumber daya manusia yang kompeten agar dapat mencapai tujuannya, terutama bidan. Bidan berperan penting sebagai ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan karena merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Oleh sebab itu, bidan perlu senantiasa meningkatkan kompetensinya, salah satunya dengan meningkatkan pemahaman asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil hingga nifas serta asuhan kebidanan untuk kesehatan bayi.

sumber :

Anita Lockhart RN. MSN, Dr. Lyndon Saputra. Asuhan kebidanan kehamilan fisiologis dan patologis. Binarupa Aksara publisher. 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun