Mungkin kita juga pernah melihat saat saudara Papua kita lewat dan ada ibu hamil yang kemudian kaget bukan kepalang lalu mengelus-elus kandungannya dan melafalkan mantra tertentu supaya anaknya tidak sehitam itu.
Mungkin pula kita sering melihat, saat di bis di kereta, ketika saudara Papua kita baru masuk kendaraan umum tersebut lalu sepasang muda-mudi langsung berbisik dengan wajah sinis, atau tertawa cekikikan sambil melirik ke arah saudara kita Papua.
Aku sering bertanya dalam diri, mengapa pendapat umum mengatakan bahwa cantik itu putih dan hitam itu jelek? Apa salahnya memiliki kulit hitam, apa istimewanya memiliki kulit putih, kalau pandangan kita masih sempit dengan menilai keindahan seorang manusia hanya berdasar pada warna kulit?
Jika kita masih menganggap bahwa cantik itu putih dan jelek itu hitam, maka kita perlu sejenak merefleksikan diri, jangan-jangan masih ada tersisa benih-benih diskriminasi dalam kita.
Zaim Zen
Konstanz, 5 Juni 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H