FILSAFAT SOSIAL PLATO
Filsafat Plato intinya mempelajari tentang Idea. Idea muncul tergantung pada pandangan orang-orang dari pola pikirnya (Pemikirannya sudah ada dari dulu dan merupakan realita).
Menurutnya, pengetahuan yang dicapai dari berpikir lebih besar nilainya dari pada pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman.
Idea itu hanya sebatas pikiran yang tak mempunyai bentuk dan berasal dari ingatan. Lalu, ia membuat bahwa Idea tertinggi itu kebaikan dan yang kedua merupakan Idea keindahan. Dua hal itu harus dilakukan dengan adil dalam kehidupan. Tidak boleh ada yang bertentangan.
Ia berpendapat, seseorang yang menerapkan Idea dihidupnya pasti tidak akan melakukan kejahatan, karena pikiran seseorang harus diisi dengan *Budi* dan keadilan.
Untuk mencapai keadilan dalam kehidupan khususnya dalam kehidupan negara, Plato menerapkan 3 golongan yaitu golongan rakyat jelata, urusan negara, dan pemerintah/filosof.
Pertama golongan rakyat jelata. Rakyat jelata harus memiliki hak milik dan hak berumah tangga karena mereka merupakan tonggak dasar pergerakan ekonomi negara.
Kedua golongan urusan negara. Golongan ini harus memiliki hak perorangan, hak keluarga, dan hak memiliki wanita (Sudah diatur oleh negara), karena mereka berfungsi untuk mempertahankan negara dan menjalankan peraturan yang ada di dalam negara.
Ketiga golongan pemerintah/filosof. Golongan ini berfungsi untuk menyusun peraturan di dalam negara karena pendidikan mereka sudah berada di tingkat tertinggi, serta mereka memiliki *budi* yang "sempurna".
FILSAFAT SOSIAL AGUSTINUS
Agustinus menekankan dalam kehidupan sosial harus mempunyai etika yang berkehendak bebas dan mempunyai anugerah Allah. Menurutnya, Allah mengetahui semua keinginan dan pikiran manusia saat ingin bertindak karena manusia berkehendak bebas. Allah yang berkuasa tetap memperbolehkan manusia untuk berkehendak diluar takdirnya.
Menurutnya ada dua kehendak di dunia, yaitu kehendak bebas manusia dan kehendak bebas Allah. Perbedaannya itu, kehendak manusia sering digunakan dengan cara yang salah seperti mengucap kata kotor atau memfitnah.
Ia berpendapat, Allah yang merupakan sang pencipta menciptakan semua dengan baik. Menurutnya hal-hal yang jahat bukan diciptakan Allah. Yang jahat ada dalam keinginan manusia yang memiliki *budi*. Seseorang lepas dari hal jahat hanya dari anugerah Allah. Karena Allah ada di dalam diri manusia. Allah yang memberi kesadaran kepada manusia mengenai perbuatan yang akan dilakukannya tentang harus berbuat baik dan tidak berbuat jahat.
Ia menulis konsepsi kehendak bebas dan anugerah Allah menjadi dua, yaitu Kota Allah dan Kota Dunia. Kota Allah artinya cinta kepada Allah dan berujung ke akhirat/kekekalan. Kota dunia artinya cinta pada diri sendiri serta barang-barang yang dapat hancur dan berujung pada kebinasaan.
Menurutnya, tingkat paling rendah di kehidupan sosial adalah cinta kepada barang-barang yang dapat hancur. Tingkatan selanjutnya merupakan cinta pada diri sendiri dan sesama. Lalu tingkatan yang paling tinggi adalah cinta kepada Allah. Kalau manusia cinta kepada Allah, mereka akan diberikan pedoman untuk tindakan dan pemikirannya.
Mengenai keadilan dan kedamaian, ia memberitahukan bahwa keadilan hanya berasal dari Allah. Keadilan itu terdapat dalam diri manusia yang bersumber dari Allah.
PLATO DAN AGUSTINUS
Dapat diketahui, Plato dalam filsafat sosialnya menitikkan pada pola pikir manusia. Ia berpendapat, manusia yang memiliki *Budi* tidak akan melakukan kejahatan. Kemudian ia menggolongkan tiga golongan untuk mencapai keadilan yaitu golongan rakyat jelata, urusan negara, dan pemerintah/filosof.
Sedangkan inti sari dari filsafat sosial Agustinus adalah tentang beretika berkehendak bebas dan menerima anugerah Allah. Manusia yang memiliki *Budi* belum tentu tidak melakukan kejahatan karena manusia memiliki kehendak bebas tersebut. Namun menurutnya, Allah tidak pernah menciptakan kejahatan. Oleh karena itu dia menciptakan konsep kota Allah dan kota dunia. Jika manusia fokus memilih kota dunia, maka manusia akan sering melakukan kesalahan dan berujung pada dosa. Sebaliknya, jika manusia fokus memilih kota Allah, maka mereka akan diberikan pemikiran yang baik untuk tindakannya agar menghindar dari perilaku jahat dan ketidakadilan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H