Ia menulis konsepsi kehendak bebas dan anugerah Allah menjadi dua, yaitu Kota Allah dan Kota Dunia. Kota Allah artinya cinta kepada Allah dan berujung ke akhirat/kekekalan. Kota dunia artinya cinta pada diri sendiri serta barang-barang yang dapat hancur dan berujung pada kebinasaan.
Menurutnya, tingkat paling rendah di kehidupan sosial adalah cinta kepada barang-barang yang dapat hancur. Tingkatan selanjutnya merupakan cinta pada diri sendiri dan sesama. Lalu tingkatan yang paling tinggi adalah cinta kepada Allah. Kalau manusia cinta kepada Allah, mereka akan diberikan pedoman untuk tindakan dan pemikirannya.
Mengenai keadilan dan kedamaian, ia memberitahukan bahwa keadilan hanya berasal dari Allah. Keadilan itu terdapat dalam diri manusia yang bersumber dari Allah.
PLATO DAN AGUSTINUS
Dapat diketahui, Plato dalam filsafat sosialnya menitikkan pada pola pikir manusia. Ia berpendapat, manusia yang memiliki *Budi* tidak akan melakukan kejahatan. Kemudian ia menggolongkan tiga golongan untuk mencapai keadilan yaitu golongan rakyat jelata, urusan negara, dan pemerintah/filosof.
Sedangkan inti sari dari filsafat sosial Agustinus adalah tentang beretika berkehendak bebas dan menerima anugerah Allah. Manusia yang memiliki *Budi* belum tentu tidak melakukan kejahatan karena manusia memiliki kehendak bebas tersebut. Namun menurutnya, Allah tidak pernah menciptakan kejahatan. Oleh karena itu dia menciptakan konsep kota Allah dan kota dunia. Jika manusia fokus memilih kota dunia, maka manusia akan sering melakukan kesalahan dan berujung pada dosa. Sebaliknya, jika manusia fokus memilih kota Allah, maka mereka akan diberikan pemikiran yang baik untuk tindakannya agar menghindar dari perilaku jahat dan ketidakadilan. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H