Mohon tunggu...
Zaid Hudjaifah Al qudri
Zaid Hudjaifah Al qudri Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Tradisi dari Gempuran Zaman Teknologi

27 Februari 2024   11:01 Diperbarui: 27 Februari 2024   11:01 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

MENJAGA TRADISI DARI GEMPURAN ZAMAN

Zaid hudjaifah Al qudri 12 IPS 1

        Kearifan lokal mengacu pada pengetahuan, nilai-nilai, praktik, dan keahlian yang berkembang di suatu komunitas atau masyarakat tertentu secara turun-temurun. Kearifan lokal sering kali terkait erat dengan budaya, tradisi, dan lingkungan geografis suatu wilayah. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti sistem pertanian, pengobatan tradisional, seni dan kerajinan, tata nilai, serta cara-cara berinteraksi dalam masyarakat.

       Kearifan lokal biasanya diwariskan dari generasi ke generasi melalui cerita, ritual, pengalaman langsung, dan interaksi sosial. Ini merupakan ekspresi dari identitas budaya suatu kelompok atau komunitas, dan sering kali menjadi fondasi bagi kehidupan sehari-hari dan keberlangsungan hidup mereka.

        Pentingnya kearifan lokal terletak pada perannya dalam menjaga kesinambungan budaya, mempertahankan keberagaman, dan mempromosikan keberlanjutan lingkungan. Dalam konteks globalisasi dan modernisasi, pelestarian dan pengembangan kearifan lokal menjadi penting sebagai bentuk resistensi terhadap homogenisasi budaya dan kehilangan identitas lokal.

    Jawa Barat, sebagai salah satu provinsi dengan kekayaan budaya yang luar biasa di Indonesia, telah lama menjadi penjaga warisan kearifan lokal yang kaya. Kearifan lokal di Jawa Barat tidak hanya mencakup tradisi-tradisi seperti tari, musik, dan seni rupa, tetapi juga nilai-nilai filosofis, sistem pengetahuan tradisional, dan praktik-praktik kearifan lokal yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Kearifan Lokal Kuda Lumping: Memelihara Tradisi dalam Era Perkembangan IPTEK

    Kuda Lumping adalah salah satu seni pertunjukan tradisional yang populer di Jawa Barat, khususnya di daerah-daerah seperti Banyumas, Cirebon, dan Pemalang. Pertunjukan ini melibatkan gerakan-gerakan dinamis yang dilakukan oleh para penari yang menyusun formasi menyerupai kuda, dengan disertai ritme musik dan nyanyian yang khas. Namun, dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), keberlangsungan dan relevansi Kuda Lumping dihadapkan pada berbagai tantangan.

Kearifan Kuda Lumping dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Barat

    Kuda Lumping bukan sekadar hiburan semata, tetapi juga merupakan bagian penting dari kehidupan dan budaya masyarakat Jawa Barat. Pertunjukan ini sering kali diadakan dalam berbagai upacara adat, seperti selamatan, upacara perkawinan, dan perayaan keagamaan. Selain itu, Kuda Lumping juga dipercaya memiliki kekuatan mistis dan memiliki peran dalam pengobatan tradisional dan spiritualitas masyarakat setempat.

Tantangan dan Dampak Perkembangan IPTEK

    Meskipun memiliki nilai budaya yang tinggi, Kuda Lumping dihadapkan pada sejumlah tantangan akibat perkembangan IPTEK:

Perubahan Gaya Hidup: Perubahan gaya hidup masyarakat modern mengakibatkan menurunnya minat terhadap seni tradisional seperti Kuda Lumping. Generasi muda cenderung lebih tertarik pada hiburan yang bersifat digital dan modern.

    Persaingan dengan Hiburan Modern: Pesatnya perkembangan media digital dan hiburan modern seperti televisi, internet, dan game online menggeser peran Kuda Lumping dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Hal ini mengakibatkan berkurangnya panggung pertunjukan dan pendanaan bagi kelompok seni tradisional.

    Pengaruh Globalisasi: Globalisasi membawa budaya luar yang cenderung menggeser dan merusak keberlangsungan kebudayaan lokal, termasuk seni tradisional seperti Kuda Lumping.

    Keterbatasan Akses dan Pendidikan: Kendala akses terhadap pendidikan dan pelatihan formal juga menjadi faktor yang mempengaruhi keberlangsungan Kuda Lumping. Kurangnya dukungan dan investasi dalam pendidikan seni tradisional juga dapat menghambat generasi muda untuk memahami dan mewarisi keahlian tersebut.

    Meskipun dihadapkan pada berbagai tantangan, upaya untuk mempertahankan dan mengembangkan Kuda Lumping tetap harus dilakukan:

    Peningkatan Kesadaran dan Apresiasi Masyarakat: Mengedukasi masyarakat, terutama generasi muda, tentang pentingnya melestarikan dan menghargai seni tradisional seperti Kuda Lumping.

    Pendanaan dan Dukungan Pemerintah: Pemerintah perlu memberikan dukungan dan insentif bagi kelompok seni tradisional untuk mengadakan pertunjukan, pelatihan, dan promosi Kuda Lumping.

 Kolaborasi dengan IPTEK: Memanfaatkan teknologi modern seperti media sosial dan platform digital untuk mempromosikan Kuda Lumping kepada khalayak yang lebih luas, serta memanfaatkan teknologi dalam pengembangan koreografi dan produksi pertunjukan.

Pelestarian Warisan Budaya: Melalui pengumpulan, dokumentasi, dan penelitian tentang Kuda Lumping, kita dapat memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan terkait seni ini tetap hidup dan terus ditransmisikan kepada generasi mendatang.

    Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa kearifan lokal seperti Kuda Lumping tetap menjadi bagian yang integral dari identitas budaya Jawa Barat, sambil tetap relevan dan berdampingan dengan perkembangan IPTEK.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun