Pendahuluan
Dengan jumlah sekolah dampingan yang mencapai 35 sekolah, sebagai seorang pengawas SMP saya dihadapkan pada tantangan yang kompleks dalam memberikan pendampingan yang efektif. Beban kerja yang tinggi dapat menghambat kualitas pendampingan yang seharusnya saya berikan. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan strategi yang tepat dalam mengelola waktu dan sumber daya yang ada. Salah satu strategi yang akhirnya saya pilih adalah clustering dan coaching.
Situasi terkait kondisi yang menjadi latar belakang masalah, mengapa praktik baik ini penting, dan apa yang menjadi peran dan tanggung jawab peserta dalam praktik ini.
Sebagai salah satu ASN di kota Semarang, penulis sangat bersyukur mendapatkan kesempatan untuk mendampingi sekolah-sekolah yang beragam di kota tercinta ini. Sebagai wujud syukur penulis berusaha memberikan layanan yang terbaik bagi sekolah-sekolah tersebut dengan cara mendampingi sekolah-sekolah sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan membangun komunikasi dan hubungan baik dengan kepala sekolah dan guru-guru di wilayah dampingan.
Tantangan terkait apa yang menjadi tantangan untuk mencapai tujuan praktik tersebut.
Namun ada tantangan yang cukup besar dari kondisi terkini yang terjadi di wilayah Dinas Pendidikan kota Semarang, yaitu semakin sedikitnya jumlah pengawas dengan banyaknya yang purna. Dari awalnya saya hanya mendampingi 17 sekolah menjadi bertambah jumlahnya hingga 35 sekolah dampingan.
Jumlah sekolah dampingan saya sebanyak 35 sekolah, terdiri dari sekolah negeri dan swasta dengan karakteristik yang berbeda-beda. 7 sekolah berstatus negeri, sedangkan yang lain adalah swasta, yang kondisinya sangat bervariasi. Dari sekolah yang memiliki kekhasan agama sampai sekolah dengan status SPK atau Sekolah Kerja Sama dengan kurikulum internasional seperti Cambrigde atau Oxford. Dari sekolah yang memiliki sarana dan prasarana pendukung yang lengkap sampai dengan sekolah dengan sarana prasarana yang masih minim untuk melayani masyarakat dengan segmen tertentu. Â
Kondisi ini memicu situasi dalam pelaksanaan pendampingan yang bersifat umum di mana kepala sekolah harus berkumpul dalam satu tempat. Beberapa kepala sekolah terlihat diam terus menerus, tidak nyaman, dan tidak percaya diri dalam menyampaikan ide atau untuk menanyakan hal yang belum dimengerti.
Akibatnya pada saat deadline pengumpulan dokumen sekolah, misalnya KSP atau RKT seringkali terlambat dan tidak sesuai dengan panduan dan hasil diskusi. Keterlambatan biasanya berawal dari ketidakmengertian atau keraguan dari penyusun. Banyak permasalahan di sekolah yang juga tidak terdiskusikan dengan pengawas sehingga permasalahan semakin berlarut. Termasuk di dalamnya miskonsepsi terkait implementasi kurikulum Merdeka.
Aksi (sinopsis konten video) terkait langkah-langkah apa yang dilakukan untuk menghadapi tantangan tersebut, strategi apa yang digunakan/bagaimana pelaksanaannya, siapa saja yang terlibat, dan/atau apa saja sumber daya atau materi yang diperlukan untuk melaksanakan strategi ini.
Berikut ini adalah paparan terkait strategi pendampingan inovatif yang telah saya laksanakan dan terbukti efektif dalam mengatasi tantangan dalam mendampingi jumlah sekolah yang cukup banyak dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda.