Mohon tunggu...
Zaidan Tilome14
Zaidan Tilome14 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa prodi Ilmu Quran Tafsir di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Saya Zaidan Tilome, mahasiswa dari universitas Muhammadiyah Surakarta. Asal saya dari provinsi Gorontalo. Saat ini saya berdomisili di Surakarta. Hobi saya suka membaca buku jika ada waktu yang luang.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kebebasan beragama dan batasannya: Antara Hak Asasi dan Harmoni Sosial

5 Januari 2025   16:40 Diperbarui: 5 Januari 2025   16:37 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pendahuluan

Kebebasan beragama adalah salah satu hak asasi manusia yang diakui secara universal. Hak ini tercantum dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 18 yang menyatakan bahwa setiap individu berhak atas kebebasan berpikir, berkeyakinan, dan beragama, termasuk kebebasan untuk mengganti agama atau kepercayaan serta kebebasan untuk mengamalkannya, baik secara individu maupun kolektif, di ruang publik maupun privat. Namun, meskipun diakui sebagai hak fundamental, kebebasan beragama tidaklah bersifat mutlak. Ada batasan-batasan tertentu yang diperlukan demi menjaga harmoni sosial dan mencegah terjadinya konflik.

Kebebasan Beragama: Pilar Hak Asasi Manusia

Kebebasan beragama menjadi landasan penting dalam membangun masyarakat yang inklusif dan toleran. Hak ini melindungi individu dari segala bentuk pemaksaan untuk menganut atau meninggalkan suatu agama. Kebebasan beragama juga mencakup hak untuk tidak menganut agama tertentu, yang berarti individu memiliki pilihan untuk menjadi seorang ateis, agnostik, atau mengadopsi kepercayaan lain di luar agama formal.

Di negara-negara dengan keberagaman agama yang tinggi, seperti Indonesia, kebebasan beragama memainkan peran krusial dalam menjaga persatuan bangsa. Konstitusi Indonesia, melalui Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945, menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memeluk agama dan beribadah sesuai keyakinannya masing-masing.

Batasan terhadap Kebebasan Beragama

Namun, kebebasan beragama tidak boleh dipahami secara absolut. Di banyak negara, kebebasan ini dibatasi oleh undang-undang untuk memastikan bahwa praktik keagamaan tidak melanggar hak orang lain, merugikan masyarakat, atau mengancam keamanan publik. Batasan ini diatur secara hati-hati untuk menghindari penyalahgunaan dan diskriminasi.

Sebagai contoh, di Indonesia, batasan terhadap kebebasan beragama diwujudkan dalam bentuk larangan penodaan agama sebagaimana diatur dalam Pasal 156a KUHP. Meskipun dimaksudkan untuk melindungi kerukunan umat beragama, penerapan aturan ini sering kali menuai kontroversi karena dianggap dapat digunakan untuk membungkam kebebasan berekspresi atau sebagai alat kriminalisasi terhadap kelompok tertentu.

Batasan lain terhadap kebebasan beragama juga mencakup pelarangan praktik yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan umum. Misalnya, ritual yang melibatkan pengorbanan manusia atau tindakan ekstrem lainnya sering kali dilarang demi melindungi kepentingan publik.

Tantangan dalam Menyeimbangkan Hak dan Harmoni

Menyeimbangkan antara kebebasan beragama dan harmoni sosial adalah tantangan yang kompleks. Di satu sisi, negara harus menjamin hak asasi setiap individu, termasuk minoritas, untuk mempraktikkan keyakinannya tanpa rasa takut. Di sisi lain, negara juga harus mencegah munculnya gesekan antarumat beragama yang dapat memicu konflik horizontal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun