Mohon tunggu...
A Zaidan An Naafi
A Zaidan An Naafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Ekstrak Daun Seledri Solusi Kurangnya Nafsu Makan pada Balita

3 Mei 2021   11:07 Diperbarui: 3 Mei 2021   11:19 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Grafik Masalah Gizi Kurang Balita di Indonesia, 2016-2017 / Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang sangat penting dan pasti dialami oleh semua makhluk hidup. Pertumbuhan dan perkembangan seseorang  berlangsung dari anak hingga dewasa. Pertumbuhan mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan umur sebelumnya khususnya pada bagian tubuh dan otak.  Pertumbuhan melambat biasanya terjadi pada usia toddler yaitu ketika anak memilih jenis makanan yang akan dimakan. Anak yang memilih makanan yang akan dimakan biasanya akan mengalami kurang makan dan penurunan nafsu makan (Nelson, 1999).

Pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada asupan gizi yang dikonsumsi. Menurut Judarwanto, di Indonesia sebanyak 25% balita mengalami penurunan napsu makan yang secara tidak langsung menyebabkan kondisi kurang gizi pada anak. Masalah napsu makan biasanya terjadi pada usia 1-3 tahun dan usia prasekolah. 

Keadaan tersebut dapat memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak berupa penurunan berat badan dan menyebabkan anak kekurangan asupan gizi sehingga anak tidak dapat tumbuh secara optimal. Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, dari tahun 2016-2017 dilaporkan balita yang mengalami masalah gizi kurang meningkat dari 27,5% menjadi 29,6% (Gambar 1).
 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan  oleh Renny, F. dkk, 2010 dilakukan percobaan dengan sampel madu temulawak untuk meningkatkan napsu makan pada anak usia dibawah 5 tahun. Penelitian meunjukkan bahwa pemberian madu temulawak dapat meningkatkan berat badan pada anak usia toddler dan anak kurang gizi. Peningkatan berat badan pada anak disebabkan karena meningkatnya napsu makan dan asupan makanan. Peneliti menyarankan bahwa konsumsi madu temulawak sebaiknya dihentikan saat napsu makan anak membaik. Penelitian yang telah dilakukan masih perlu dikaji pada anak usia sekolah tentang keefektifannya.

Konsumsi temulawak secara berlebihan dapat memicu timbulnya zat yang bersifat karsinogenik dan memberikan dampak buruk bagi tubuh.  Penggunaan bahan lain yang memiliki manfaat yang sama perlu dilakukan untuk mencari bahan terbaik yang bermanfaat dalam peningkatan napsu makan. Menurut Arisandi (2016), seledri adalah suatu bahan yang mengandung mengandung zat apigenin, tannin, dan alkanoid. Senyawa alkaloid dan apigenin merupakan senyawa yang mampu meningkatkan napsu makan. Selain itu, seledri juga mengandung zat antikanker sehingga pengunaanya dapat dioptimalkan dalam peningkatan napsu makan.

Nafsu makan merupakan keadaan yang dapat  mendorong seseorang untuk memuaskan keinginannya dalam memakan sesuatau (Limananti, 2003). Menurut Judarwanto (2004), anak usia 1 tahun mulai menunjukkan keinginan dalam hal makanan. Anak akan menyukai satu jenis makanan saja dan menolak makanan lainnya. 

Usia 2 tahun anak mempunyai pola makan yang tidak menentu dan mulai susah makan atau pilih-pilih makanan. Usia 3 tahun anak sering tidak menghabiskan porsi makannya, keadaan seperti ini yang apabila terus dibiarkan mengakibatkan terjadinya penurunan berat badan dan dapat membuat anak menjadi kurang gizi. Kurang gizi  merupakan keadaan tidak sehat (patologis) yang timbul karena asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak sesuai dengan kebutuhan (Krisno, 2001 dalam Wulandari, 2008). Kondisi seperti ini jika dibiarkan terus menerus akan menyebabkan terjadinya gangguan nutrisi pada anak atau disebut dengan gizi buruk atau KKP (kurang kalori protein).

Menurut Zulaekah (2014), malnutrisi dalam bentuk anemia defisiensi besi memberikan dampak yang luas pada lingkungan termasuk menurunkan kapasitas kerja, menurunkan regulasi panas, disfungsi imunitas, gangguan saluran cerna dan menurunkan kemampuan kognitif. Sulit makan ialah  menolak untuk makan, tidak mau membuka mulut, tidak menguyah, atau tidak menelan makanan atau minuman dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan usianya. 

Umumnya masalah sulit makan memang dimulai diusia prasekolah, penyebab dari penurunan nafsu makan  adalah faktor psikis yaitu anak yang bosan dengan makanan yang dimakan dan faktor fisik yaitu karena anak menderita suatu penyakit. Penurunan nafsu makan juga terjadi karena pertumbuhannya tidak sepesat usia sebelumnya, selain itu anak juga mulai memilih-milih makanan yang disukainya (Widodo, 2010).

Seledri (Apium graveolens L) merupakan tanaman yang tegak dengan semua bagian tanaman memiliki bau yang khas. Secara tradisional tanaman seledri digunakan sebagai pemacu enzim pencernaan atau sebagai penambah nafsu makan dan penurun tekanan darah (Djojoseputro, 2012). Tanaman seledri termasuk tanaman sayuran yang sering digunakan untuk campuran sayur dan tampilan makanan. 

Namun, berdasarkan hasil analisis secara farmakologis, hampir semua bagian dari tumbuhan. Kandungan kimia dalam seledri adalah minyak atsiri (Alinin dan alisin), flavonoid, protein, vitamin A, vitamin C, vitamin B, besi, kalsium, sulfur dan fosfor. Flavonoid bagi manusia, digunakan sebagai antialergi, antiinflamasi, antivirus, dan antikarsinogenik (Ronald et al.,2000). Analisis pendahuluan fitokimia mengungkapkan adanya karbohidrat, flavonoid, alkaloid, steroid dan glikosida dalam ekstrak metanol biji seledri. Seledri mengandung phenols dan furocoumarins. Furocoumarins terdiri atas celerin, bergapten, apiumoside, apiumetin, apigravrin, osthenol, isopimpinellin, isoimperatorin, celereoside, and 5 and 8-hydroxy methoxypsoralen (Arisandi, 2016).

Seledri bisa ditambahkan pada makanan-makanan kesukaan balita dengan menggunakan kapsul ekstrak seledri yang banyak dijual dipasaran. Kapsul ekstrak dapat ditambahkan pada makanan seperti es krim, buah-buah ataupun nasi dan bubur balita. Ekstrak ini mengandung senyawa-senyawa yang dapat menstimulus nafsu makan pada balita karena mengandung senyawa utama yakni apigenin.

Apigenin adalah komponen flavonoid pada seledri yang utama yang termasuk ke dalam golongan flavon. Ketika dalam tubuh, apiin iaitu glikosida flavonoid, asam lambung dapat menghidrolisis senyawa ini menjadi gula dan aglikon apigenin. Dari proses hidrolisis apiin, apigenin telah terbentuk, dan proses ini dibantu oleh asam lambung (HCl) (Soedibyo, 1998). 

Kandungan Apigenin dan minyak atsiri pada seledri memungkinkan dapat menambah nafsu makan, menurut Winarto (2003) dan Astroamidjojo (2001) yang dikutip dari Agustina (2006) ,minyak asiri dan kurkumin berperan meningkatkan kerja organ pencernaan, merangsang dinding empedu, mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase dan protease untuk meningkatkan pencernaan bahan makanan karbohidrat, lemak dan protein. Efek tersebut mengakibatkan adanya peningkatan konsumsi makanan oleh karena meningkatnya penyerapan zat-zat makanan.

Berdasarkan penelitian-penlitian terkait dapat dibuktikan bahwa seledri yang selama ini hanya menjadi bahan pelengkap pada makanan kita terbukti memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita seperti menambah nafsu makan bagi tubuh yang dibutuhkan terutama pada balita dan anak-anak yang memerlukan stimulus untuk menambah nafsu makan agar kebutuhan gizinya terpenuhi. Penambahan dapat dilakukan dengan menggunakan kapsul ekstrak seledri yang dijual dipasaran seperti ekstrak seledri berbentuk kapsul.

Daftar Pustaka

Arisandi, R dan Sukohar, A. 2016. Seledri (Apium graveolens L) sebagai Agen Keopreventif  bagi Kanker. Majority.Vol.5, No.2. Fakultas Kedokteran.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Judarwanto, W. 2004. Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak. Jakarta. EGC

Limananti, dkk., 2003. Ramuan Jamu Cekok Sebagai Penyembuhan Kurang Nafsu Makan pada Anak: Suatu Kajian Etnomedisi. Universitas Airlangga.Surabaya.

Nelson, 1999. Ilmu Kesehatan Anak edisi 15 Vol. 1. Jakarta. EGC.

Renny, F., Sufyanti, Y., dan Alit, N. K. 2010. Madu Temulawak  Meningkatkan Berat Badan Anak Usia Toddler. Jurnas Ners. Vol. 5. No.1. Fakultas Keperawatan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Ronald I., Prior C., Cao G. 2000. Antioxidant Phytochemicals in Fruit and Vegetables: Diet and Health Implications. Horticulture Science, 5(4): 588-592

Soedibyo, M., dan Dalimartha.,S. 1998. Perawatan Rambut dengan Tumbuhan Obat  dan Diet Suplemen. Jakarta :Swada.

Widodo, R. 2010. Pemberian makanan Suplemen dan obat pada anak. Jakarta. EGC

Wulandari, T., 2008. Pengaruh Pemberian Pati Garut terhadap Peningkatan Berat Badan Anak Balita Usia Prasekolah. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Airlangga.Surabaya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun