Maraknya celebrity endorser asal Korea Selatan ini bisa kita definisikan sebagai kemajuan, hal ini dapat disimpulkan mengingat bahwa hal ini berarti para pelaku bisnis sudah menyadari betapa pentingnya iklan bagi produk atau perusahaan mereka. Iklan bukan lagi dianggap sebagai beban biaya, tetapi bergeser menjadi investasi masa depan bagi perusahaan tersebut. Sebab, seperti yang sudah kita bahas tadi, menjadikan selebriti-selebriti asal Korea Selatan sebagai bintang iklan memerlukan biaya yang tak sedikit tentunya.
Sisi kontra terhadap maraknya selebriti-selebriti asal Korea Selatan yang menjadi celebrity endorser pada iklan Indonesia dapat kita lihat di media sosial, salah satunya twitter.
Akan tetapi, di sisi lain, terdapat pendapat yang bertentangan. Salah satu akun twitter berpendapat, kemunculan selebriti-selebriti asal Korea Selatan di tayangan iklan-iklan Indonesia terkesan hanya ikut-ikutan tren masa kini. Dapat kita amati pula, konsep-konsep yang ada pada iklan-iklan yang dibintangi selebriti-selebriti asal Korea Selatan rasanya akan tetap laku kalau pun konsepnya hanya biasa-biasa saja. Hal ini dapat terjadi, mengingat penggemar selebriti-selebriti asal Korea Selatan cukup vokal dan aktif di Indonesia.
Mengapa Khalayak Indonesia Berbeda?
Korea Selatan memandang Indonesia sebagai pasar yang sangat potensial. Dengan jumlah populasi terbesar ke-4 di dunia setelah Tiongkok. India, dan Amerika Serikat, telah banyak upaya yang dilakukan perusahaan-perusahaan asal Korea Selatan demi menggaet hati khalayak di Indonesia.
Tetapi bagaimanapun, khalayak di Indonesia nyatanya sangat berbeda dengan khalayak-khalayak dari negara-negara yang pernah Korea Selatan jadikan tujuan pemasarannya seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Sebagai contoh, dulu agensi hiburan SM Entertainment sangat fokus ke pasar Jepang. Hal ini mereka wujudkan dengan bagaimana TVXQ, boyband ternama mereka saat itu, dan BoA, solois wanita SM Entertainment yang didorong habis-habisan untuk masuk ke industri hiburan Jepang. Di generasi selanjutnya, SM Entertainment berpindah fokus ke pasar Tiongkok dengan mendebutkan Super Junior M dan EXO-M yang secara gambling mengincar pasar Tiongkok yang sangat luas tersebut. Atau JYP Entertainment, yang disaat agensi hiburan Korea Selatan lainnya mengincar pasar Jepang dan Tiongkok, berhasil memasuki pasar Amerika Serikat yang dahulu hanya angan-angan belaka bagi agensi hiburan asal Negeri Ginseng tersebut. Dengan girlband legendarisnya, Wonder Girls, dengan hit berjudul “Nobody”.
Tentu pasar-pasar tiap negara tadi memerlukan strategi marketing yang berbeda-beda pula. Dan Korea Selatan sekarang sudah mulai berganti fokus ke pasar Indonesia.
Pasar Indonesia sendiri sebelumnya dikuasai oleh Bollywood. Yang secara sederhana, alurnya berupa khalayak Indonesia menonton film Bollywood, lalu rating menjadi tinggi, selanjutnya stasiun TV Indonesia pun membeli lisensi film tersebut, lalu terciptalah banyak iklan, yang akhirnya akan menghasilkan diplomasi antar negara. Alur ini juga berlaku bagi tren lainnya seperti F4 yang pernah sangat booming di negeri kita.
Lalu muncul K-Pop yang mengajarkan bahwa cara mendukung idola adalah dengan cara membeli albumnya secara fisik dengan tujuan memenangkan penghargaan acara musik mingguan. Lalu setelah itu muncul online shop album Korea di Indonesia dengan pesan “Beli album di kami akan terhitung di chart!”
Menariknya, di Korea Selatan sendiri standar kesuksesan selebritinya ialah intensitas kemunculan mereka di TV, dan bukan soal penjualan album fisik. Seperti di Indonesia, selebriti di Korea Selatan kepopulerannya diukur dari seberapa sering ia masuk di TV atau infotaiment. Dengan begitu, mereka bisa mendapatkan undangan acara off-air.