Senin siang, 26 Desember 2016 Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) mendatangi Polda Metro Jaya guna melaporkan ceramah Habib Rizieq Shihab di Pondok Kelapa pada 25 Desember 2016 yang membahas tentang ucapan Natal. Dalam laporannya, PMKRI menyertakan soft copy video berdurasi 21 detik isi ceramah tersebut. Habib Rizieq dilaporkan telah melanggar pasal 156 a KUHP tentang penistaan agama.
Berikut isi ceramahnya :
“…kalau dia ngucapin Habib Rizieq Selamat Natal. Artinya apa. Selamat hari lahir Yesus Kristus sebagai anak Tuhan. Saya Jawab, lam yalid walam yulad. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Kalau Tuhan beranak bidannya siapa`…? “
Menurut ketua Presidium PP PMKRI Angelo Weka Kako Habib Rizieq mengucapkan “kalau Tuhan beranak bidannya siapa? “ . DIsitu kita temukan banyak gelak tawa dari jemaat terhadap apa yang disampaikan habib Rizieq. Dia mengaku terhina dan tersakiti dengan ucapan tersebut.
Kalau Tuhan beranak bidannya siapa ?
Kalimat pengandaian Habib Rizieq inilah yang sekarang sedang diperkarakan. Kalimat pengandaian menunjukkan suatu persyaratan. Biasa di ekspresikan dengan menggunakan ungkapan : maka, kalau, apabila, jika, seandainya, andaikan, bila.
Dalam konteksnya, kalimat pengandaian dapat dibagi menjadi dua, yaitu pengandaian yang belum terjadi dan akan dilakukan. Dan pengandaian yang tidak mungkin dilakukan alias mustahil.
Contoh kalimat pengandaian yang belum terjadi dan akan dilakukan, “ kalau dia ngucapin Habib Rizieq Selamat Natal saya jawab LAMYALID WALAM YULAD. Allah tidak beranak dan tidak pula diperanakkan”. Contoh kalimat pengandaian yang tidak mungkin dilakukan” Kalau Tuhan beranak bidannya siapa ?”
Sebagaimana diketahui, Habib rizieq Shihab merupakan seorang ulama. Menurut KBBI, Ulama berarti orang yang ahli dalam agama Islam. Sebagai ulama, Habib Rizieq wajib menyampaikan kebenaran yang diyakininya ada didalam surat al-ikhlas , salah satunya kalimat Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Agar mudah dipahami oleh jamaahnya beliau menggunakan kalimat pengandaian yang tidak mungkin dilakukkan yakni "Kalau Tuhan beranak siapa bidannya ?" Penghinaankah kalimat pengandaian ini ?
Profesor Muhammad Quraish Shihab pun ketika menjelaskan LAMYALID WALAM YULAD {Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan } menggunakan kalimat pengandaian. Berikut petikannya yang disalin dari ceramah beliau di Metro TV.
“… ini, ini, ini membantah kaum musyrik yang berkata malaikat-malaikat itu anak-anaknya Tuhan, iyakan? Lam yalid, membantah orang Yahudi yang berkata Ujairu minallah, membantah orang Nasrani, membantah segala sesuatu yang menduga bahwa Tuhan punya anak, baik anak kandung maupun anak angkat. Iyakan ? LAMYALID , kenapa? Kalau dia punya anak berarti dia butuh. Iyakan ? Nggak perlu punya anak, orang punya anak itu harapannya kalau saya tua dia bantu saya. Iyakan ? Kalau dia punya anak pasti ada yang sama dengan dia. Padahal lamyalid walam yulad walam yakul lahu kufuan ahad…”
LAMYALID WALAM YULAD ( Tuhan tidak beranak dan tidak pula diperanakkan} merupakan salah satu ayat yang terkandung dalam surat al ikhlas harus didekati dengan dogmatis ideologis agar bisa diterima sebagai doktrin. Agar mudah dipahami tak jarang para ulama sebisa mungkin untuk merasionalisasikannya , salah satunya dengan kalimat pengandaian.
Kalau kalimat pengandaian Habib Rizieq dianggap penistaan bagaimana dengan Profesor Quraish Shihab ?
Ceramah M.Quraish Shihab tetang surat Al.Ikhlas
https://www.youtube.com/watch?v=dzOLGA48B24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H