Mohon tunggu...
Zai Lendra
Zai Lendra Mohon Tunggu... -

Politik itu penting bagi kehidupan saya pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siasat Memilukan Wong Cilik Akibat BBM Naik

4 Desember 2014   07:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14176281181839608568

[caption id="attachment_380432" align="aligncenter" width="560" caption="Presiden Jokowi umumkan kenaikkan BBM/m.tribunews.com"][/caption]

Dari awal, sejak pemerintah berencana menaikkan harga BBM banyak ekonom yang menyarankan agar rencana tersebut ditunda karena masih warga miskin dan hampir miskin yang belum siap.

Namun sayangnya pemerintahan Jokowi tak mendengarkan saran tersebut. Dengan berbagai macam alasan yang mengedepankan akal logika ketimbang hati nurani. Maka terhitung sejak pukul 00.00 WIB Tanggal 18 November harga BBM naik.

Tak ayal lagi, sembilan kebutuhan pokok (sembako) pun perlahan-lahan mulai merangkak naik. Benar saja rupanya, saran dari para pakar tersebut. Warga miskin dan hampir miskin pun panik. Seribu cara untuk menyiasati agar kebutuhan hidupnya terpenuhi dilakukan sesuai dengan ala kadar kemampuan akal mereka.

Siasat memilukan ini layak kiranya dipublikasikan di kompasiana. Supaya pembaca mengetahui bagaimana cara wong cilik menyiasati agar kebutuhan hidupnya terpenuhi akibat BBM naik.

1. Ingat itu Saya menangis

Pengakuan ini didapat dari ibu seorang ibu setengah baya yang sudah 2 tahun dalam kesehariannya mengambil upahan cuci pakaian harian dari rumah kerumah. Sebelum BBM naik ibu ini bekerja sebagai buruh cuci harian di 3 rumah. Mulai bekerja sekira pukul 07.00 WIB s/d 12.30 WIB. Dan mendapatkan upah perbulannya lebih kurang Rp.750.000.

Ia bekerja untuk membantu suaminya yang bekerja sebagai seorang penjaja makanan dari sekolah-kesekolah. Karena banyaknya saingan penghasilan suaminya jadi tak menentu. Mereka mempunyai 3 orang anak. 2 perempuang, 1 orang laki-laki. Yang paling besar sudah duduk dibangku SMP kelas 7. Sedangkan adik-adiknya masih duduk di bangku SD.

Karena harga sembako terus merangkak naik, untuk memenuhi kebutuhan hidupnyaseminggu yang lalu ibu ini menawarkan diri untuk mendapatkan 1 upahan cuci pakaian lagi. Untungnya ia diterima. Maka dalam sehari ia harus mencuci di 4 rumah dengan tambahan upah Rp 250.000. Genaplah upahnya perbulan menjadi Rp 1000.000. Otomatis pula pulangnya pun tidak lagi pukul 12.30 WIB, tapi pukul 14.00 WIB.

Pertanyaannya siapa yang menyiapkan makan siang untuk anak-anaknya dan suaminya?

Berikut wawancara kecil-kecilanSaya selengkapnya dengan ibu ini.

Ibu sudah berapa lama bekerja sebagai tukang cuci pakaian?

Sudah 2 tahun.

Apa pekerjaan suami ibusehingga mau menjadi tukang cuci?

Penjaja makanan disekolah-sekolah. Tapi penghasilannnya tidak menentu karena banyak saingan, makanya saya memutuskan untuk membantunya buat hidup kami.

Mengapa ibu menawarkan diri lagi sebagai tukang cuci di 1 rumah?

Habis, apa-apa mulai mahal (sembako) , dulu sebelum BBM naik aja kami kadang-kadang ngutang dikedai tetangga supaya ada yang dimasak. Apalagi sekarang?

Sekarang ini berapa  upah yang ibu terima?

Kalau dulu RP 750.ooo sekarang lumayan Rp 1000.000

Ibu pulang jam berapa dulu sebelum menambah lagi upahan nyucinya?

Sekitar jam 12.30 WIB, sekarang ini jam 14.30 WIB

Anak Ibu Berapa orang , apakah sudah sekolah?

3 orang. Dua perempuan 1 laki-laki.   Paling besar SMP kelas 7, adik-adiknya masih SD

Nah kalau sekarang ini ibu pulangnya jam 14.30 WIB, siapa yang memasak dirumah untuk makan siang?

Itu dia masalahnya, ( matanya berkaca-kaca). Sekarang ini kalau pagi dibanyakin masaknya. Tapi pernah semalam itu anak-anak Saya protes. Katanya “ besok cepat pulang ya Mak, aku pingin kayak dulu (makan siang) ? ( Ibu ini mulai mengangis sesenggukkan). Terus saya jawab ya nggak bisa. Ingat itu saya menangis jadinya. kata ibu ini.

2. Ayah! Sepeda Motor Kita Kok Dijual?

Pertanyaan polos seorangbocah laki-laki, lebih kurang usia 10 tahun yang belum mengerti kesulitan yang dialami sang Ayah. Beberapa kali sang anak melontarkan pertanyaan tersebut sambil dua tangannya memeluk pinggang sang ayah, pipi kanannya ia benamkan diperut kurus ayahnya. Sesekali mendongak kearah wajah ayahnya yang kusam. Entah apa alasan sang Ayah memilih tidak menjawab pertanyaan anaknya.

Tak lama kemudian, sang Ayah sambil mengandeng tangan anaknya mendekati seorang wanita yang duduk dibelakang meja . Sesudah itu laki-laki usia lebih kurang 40 tahun itu menghitung uang yang diberikan oleh wanita itu. Uang itu terdiri dari beberapa lembar 50 ribu rupiah dan 100 ribu rupiah.

Peristiwa ini terjadi di sebuah showroom sepeda motor, ketika itu saya yang punya keperluan dengan pemilik Showroom sepeda motor itu tanpa sengaja mendengar pertanyaan bocah polos tersebut dan belum menalar apa penyebab sepeda motornya dijual. Tapi berselang 5 menit kemudian. Terdengar suara bocah menangis meraung sambil memeluk sebuah sepeda motor merk Honda Supra 2014  diemperan Shoowroom sana.

Orang-orang didekat sana berusaha menenangkan bocah itu, karena ingin tahu, saya berjalan untuk mendekatinya. Ternyata sianak menangisi sepeda motornya yang telah dijual oleh ayahnya akibat BBM naik. Pengakuan ini saya dengar dari percakapan antara petugas Showroom  dengan sang Ayah.

Berikut percakapan mereka yang masih terekam panca indera saya

Petugas Shoowroom: "Kenapa dijual"?

Ayah: "Takut nggak bisa bayar kreditnya".

Petugas Shoowroom: "Loh, memangnya dulu belum dipikirkan"

Ayah : "Sudah, tapi sekarangkan harga-harga mulai naik akibat BBM naik".

Petugas Shoowroom : Ngangguk-ngangguk.

Tapi ada kejadian yang memilukan buat saya pribadi pada peristiwa ini. Ketika sang bocah sudah bisa dikendalikan ayahnya. Karena mungkin tidak tega melihat anaknya yang masih terisah-isak sang ayah berjongkok minta anaknya naik dipunggungnya berjalan menuju kesebuah becak dayung yang menanti mereka dipinggir jalan sana, namun kepala sang bocah terus saja menoleh kearah sepeda motor yang sudah dijajar diantara sepeda motor yang ada di showroom itu, sampai keduanya naik diatas becak dayung pun terus mata bocah itu memandangi sepeda motor yang pernah dimilikinya selama beberapa bulan sampai hilang dari pandangan matanya.

Dari dua kejadian tersebut mungkin masih banyak siasat-siasat dari wong cilik memilukan lainnya yang luput dari kita semua atau jangan-jangan sudah tidak ada lagi rasa empati sehingga tidakpeka lagi dengan peristiwa yang serupa di sekeliling kita?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun