Mohon tunggu...
Zahwa Rahmadhiya rifa
Zahwa Rahmadhiya rifa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Everything you lose is a step you take

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Strategi Komprehensif Pencegahan dan Penanganan Mpox: Pendekatan Kesehatan Masyarakat Berbasis Informasi Kesehatan

1 Oktober 2024   07:46 Diperbarui: 1 Oktober 2024   15:38 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena kasus yang meningkat cepat di negara non-endemis, mpox menjadi perhatian kesehatan masyarakat global sejak Mei 2022. Pada tanggal 23 Juli 2022, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia / World Health Organization (WHO) menetapkan mpox menjadi Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Yang Meresahkan Dunia (KKMD) sebagai tanggapan atas penyebaran penyakit ini. Mpox (Monkeypox) merupakan emerging zoonoses yang disebabkan monkeypox virus (MPXV), anggota genus Orthopoxvirus dalam keluarga Poxviridae. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah merilis data terbaru kasus terkonfirmasi penyakit Cacar Monyet (Mpox) di Indonesia. Hingga Sabtu (17/8/2024), kasus penyakit Mpox terkonfirmasi sebanyak 88 orang. Rincian kasus tersebar di DKI Jakarta dengan 59 kasus terkonfirmasi, Jawa Barat 13 kasus terkonfirmasi, Banten 9 terkonfirmasi, Jawa Timur 3 terkonfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 terkonfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 terkonfirmasi.

Penyakit ini memiliki gejala yang sangat mirip dengan smallpox yang pernah dieradikasi tahun 1980. Gejala smallpox lebih ringan, tetapi mpox meluas secara sporadis dan menjadi endemis di beberapa bagian Afrika, terutama di Afrika Tengah dan Barat. Penyakit ini bersifat ringan dengan gejala yang berlangsung selama 2 hingga 4 minggu, tetapi dapat menjadi berat dan bahkan menyebabkan kematian. Penularan ke manusia di negara endemis dapat terjadi melalui gigitan atau cakaran hewan liar, mengolah daging hewan liar, bersentuhan langsung dengan cairan tubuh atau bahan yang menyebabkan luka, atau melalui kontak tidak langsung dengan bahan yang menyebabkan luka, seperti melalui benda yang terkontaminasi.

Sebagai bagian dari upaya pencegahan, Kementerian Kesehatan telah melakukan surveilans di seluruh fasilitas kesehatan, melakukan survei epidemiologi dengan komunitas HIV/AIDS dan mitranya, serta mendirikan 12 klinik rujukan nasional untuk menguji Mpox. Untuk obat-obatan, Kementerian Kesehatan menyiapkan rencana pengobatan simtomatik tergantung pada tingkat keparahan kasusnya. Pasien dengan gejala ringan dapat melakukan isolasi mandiri di rumah dengan pengawasan puskesmas setempat, sedangkan pasien dengan gejala berat harus dirawat di rumah sakit.

Jika seseorang mengalami ruam disertai demam atau gejala lainnya, penting untuk segera menghubungi fasilitas pelayanan kesehatan setempat dan memberikan informasi yang diperlukan. Selain itu, individu yang memenuhi kriteria suspek, probable, atau terkonfirmasi mpox harus segera melakukan isolasi diri hingga gejala mereda. Selama masa isolasi tersebut, pasien disarankan untuk mendapatkan perawatan suportif guna meringankan gejala yang dialami. Komunikasi Risiko dan Pemberdayaan Masyarakat (KRPM) untuk penanggulangan mpox dilakukan melalui berbagai upaya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan serta pemberdayaan masyarakat. Indonesia sebagai negara non-endemis mpox terhadap situasi global yang terjadi perlu menyusun dan mengaktifkan strategi KRPM berdasarkan analisis penilaian risiko, baik di lingkup lokalmaupun nasional. Strategi Komunikasi Risiko dan Pemberian Masyarakat (KRPM) perlu memenuhi beberapa unsur penting.

Pertama, perlu ditunjuk juru bicara yang memiliki kewenangan dan kemampuan kerja sama yang baik. Selanjutnya, penting untuk mengidentifikasi audiens agar komunikasi dapat disesuaikan dengan karakteristik masing-masing kelompok. Pesan harus disampaikan dengan jelas, mencakup informasi tentang penularan, gejala, langkah pencegahan, dan penanganan kasus. Saluran komunikasi sebaiknya menggunakan media resmi dari instansi pemerintah, seperti rilis berita, dan konten media sosial. Selain itu, melibatkan tokoh agama, masyarakat, dan komunitas kesehatan sangat penting untuk meningkatkan efektivitas. Penanganan hoaks juga harus menjadi prioritas dengan memantau isu di masyarakat dan merespons hoaks dengan cepat untuk mencegah kepanikan dan stigmatisasi. Ini termasuk klarifikasi informasi yang salah dan edukasi masyarakat agar dapat mengenali, menghentikan, dan melaporkan hoaks yang beredar. KATA KUNCI: Kasus, Kesehatan, Masyarakat, Mpox, Penyakit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun