Ketua Masyarakat Indonesia Anti Hoax Septiaji Eko Nugroho (Yunita, 2017) menguraikan lima langkah sederhana yang bisa membantu dalam mengidentifikasi mana berita hoaks dan mana berita asli:
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoaks seringkali menggunakan judul sensasional yang provokatif, misalnya dengan langsung menudingkan jari ke pihak tertentu. Isinya pun bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.Oleh karenanya, apabila menjumpai berita denga judul provokatif, sebaiknya Anda mencari referensi berupa berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda. Dengan demikian, setidaknya Anda sebabagi pembaca bisa memperoleh kesimpulan yang lebih berimbang.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website atau mencantumkan link, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi, misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
Menurut catatan Dewan Pers, di Indonesia terdapat sekitar 43.000 situs di Indonesia yang mengklaim sebagai portal berita.Dari jumlah tersebut, yang sudah terverifikasi sebagai situs berita resmi tak sampai 300. Artinya terdapat setidaknya puluhan ribu situs yang berpotensi menyebarkan berita palsu di internet yang mesti diwaspadai.
3. Periksa fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri? Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh. Hal lain yang perlu diamati adalah perbedaan antara berita yang dibuat berdasarkan fakta dan opini. Fakta adalah peristiwa yang terjadi dengan kesaksian dan bukti, sementara opini adalah pendapat dan kesan dari penulis berita sehingga memiliki kecenderungan untuk bersifat subyektif
4. Cek keaslian foto
Di era teknologi digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, melainkan juga konten lain berupa foto atau video. Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni denga. melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images. Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti- hoaks
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoaks, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Di grup-grup diskusi ini, netizen bisa ikut bertanya apakah suatu informasi merupakan hoaks atau bukan, sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain. Semua anggota bisa ikut berkontribusi sehingga grup berfungsi layaknya crowdsourcing yang memanfaatkan tenaga banyak orang
PENUTUP
Di era digital, penyebaran hoaks telah menjadi masalah besar yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk sosial, politik, ekonomi, dan psikologis. Informasi palsu yang tersebar tanpa pengawasan dapat memecah belah masyarakat, merusak kepercayaan masyarakat terhadap institusi, dan menimbulkan ketegangan yang tidak perlu. Oleh karena itu, sangat penting bagi semua orang untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya hoaks dan memperoleh kemampuan literasi digital yang cukup.
Peran masyarakat sangat penting dalam menanggulangi penyebaran hoaks. Semua orang harus berperan aktif untuk menghindari mempercayai secara langsung atau menyebarkan informasi yang belum divalidasi. Untuk menciptakan lingkungan informasi yang sehat dan bertanggung jawab, kerja sama dengan pihak pemerintah dan platform media sosial juga sangat penting. Penyebaran hoaks hanya dapat dicegah dengan kerja sama ini. Dalam menghadapi era informasi yang semakin kompleks, pendidikan literasi media harus menjadi prioritas utama. Dengan mengenali sumber yang dapat dipercaya dan memverifikasi fakta, masyarakat dapat lebih cerdas dalam menangani informasi yang mereka terima. Selain itu, penegakan hukum yang tegas harus diterapkan terhadap penyebar hoaks. Sanksi yang jelas dan terukur dapat menimbulkan efek jera dan mempersulit pelaku untuk bergerak. Namun, upaya hukum harus dikombinasikan dengan upaya pendidikan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang dampak negatif hoaks secara keseluruhan, bukan hanya karena ketakutan hukuman.
Dengan upaya kolektif yang melibatkan banyak pihak, hoaks dapat ditekan, dan masyarakat dapat menikmati arus informasi yang lebih sehat. Tanggung jawab bersama adalah kunci keberhasilan dalam memerangi hoaks. Semua orang memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang disebarkan tidak hanya akurat tetapi juga berkontribusi pada kehidupan masyarakat yang damai dan harmonis.