Mohon tunggu...
Zahwa Nabilah Pasya
Zahwa Nabilah Pasya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi yang saat ini sedang menjalani kuliah di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dengan program studi Pendidikan Agama Islam. Travelling adalah hobi saya. Disiplin, mampu bekerja dalam tim, dan memiliki kemampuan Bahasa Inggris merupakan skills yang saya miliki.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Menggali Dampak Penyebaran Hoaks

29 November 2024   21:18 Diperbarui: 29 November 2024   21:18 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Sebutan ‘hoaks’ atau ‘fake news’ bukan sesuatu yang baru, dan sudah banyak beredar sejak Johannes Gutenberg menciptakan mesin cetak pada tahun 1439. Sebelum zaman internet, ‘hoaks’ bahkan lebih berbahaya dari sekarang karena sulit untuk diverifikasi.

Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran. Menurut Ireton, Posetti dan UNESCO, (2018) mendefiniskan Fake news sebagai berita palsu yang mengandung informasi yang sengaja menyesatkan orang dan memiliki agenda politik tertentu. Hoaks bukan sekadar misleading alias menyesatkan, informasi dalam fake news juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta (Allcott dan Matthew, 2017).

Jenis-jenis Informasi hoaks (Vibriza et al., 2017)
1. Berita bohong (Fake news): Berita yang berusaha menggantikan berita yang asli. Berita ini bertujuan untuk memalsukan atau memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita. Penulis berita bohong biasanya menambahkan hal-hal yang tidak benar dan teori persengkokolan, makin aneh, makin baik. Berita bohong bukanlah komentar humor terhadap suatu berita.


2. Tautan jebakan (Clickbait): Tautan yang diletakkan secara stategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs lainnya. Konten di dalam tautan ini sesuai fakta namun judulnya dibuat berlebihan atau dipasang gambar yang menarik untuk memancing pembaca.


3. Bias konfirmasi (Confirmation bias): Kecenderungan untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.


4. Misinformation: Informasi yang salah atau tidak akurat, terutama yang ditujukan untuk menipu.


5. Satire: Sebuah tulisan yang menggunakan humor, ironi, hal yang dibesar-besarkan untuk mengkomentari kejadian yang sedang hangat. Berita satir dapat dijumpai di pertunjukan televisi seperti “Saturday Night Live” dan “This Hour has 22 Minutes”.


6. Pasca-kebenaran (Post-truth): Kejadian dimana emosi lebih berperan daripada fakta untuk membentuk opini publik.


7. Propaganda: Aktifitas menyebar luaskan informasi, fakta, argumen, gosip, setengah-kebenaran, atau bahkan kebohongan untuk mempengaruhi opini publik.

Meskipun praktik hoaks sudah sejak lama dilakukan namun di era yang serba digital ini hoaks mendapatkan perhatian yang khsusus. Istilah hoaks berasal dari Bahasa latin yaitu Hocus yang memiliki arti menipu. Dalam kamus Oxford Dictionary, Hoax merupakan suatu tindakan yang dimaksudkan untuk membuat seseorang percaya sesuatu yang tidak benar.

Pasal Bagi Penebar Hoaks

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun