Mohon tunggu...
Zahwa Murlian Putri
Zahwa Murlian Putri Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Nasional

Saya merupakan mahasiswi dari Universitas Nasional yang berdedikasi kepada dunia pendidikan melalui pengalaman yang saya alami dan kemudian saya tulis dalam artikel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meresensi Novel "Laskar Pelangi"

8 Maret 2021   20:48 Diperbarui: 8 Maret 2021   21:24 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sinopsis

Sejak awal sejarah, pendidikan merupakan salah satu faktor dalam melahirkan generasi – generasi pemuda/i yang cemerlang. Tidak heran, pendidikan itu sangat diutamakan bagi anak  - anak bangsa. Banyak anak – anak yang susah dalam bersekolah, dengan alasan kondisi ekonomi keluarga mereka. Namun, akhirnya terbitlah sebuah novel yang berjudul Laskar Pelangi, yang mengisahkan tentang permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia.

Awal cerita terjadi di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belintung Timur. Yakni ada sembilan orang anak yang bersemangat untuk mendaftarkan diri ke salah satu sekolah yang bernama Muhammadiyah. Tujuannya agar mereka bisa mengangkat derajat kedua orang tua mereka. Masing – masing diantara mereka, ada yang berjalan sejauh 80 km dari rumah menuju sekolah, ada yang menaiki sepeda dan lainnya. Namun saat 9 anak telah berkumpul untuk mendaftar, sayangnya sekolah itu akan ditutup oleh kepala sekolah yang bernama Pak Harfan.

Alasannya, karena jika kurang dari sepuluh siswa, sekolah tersebut akan ditutup. Kesembilan anak itu terus mencoba mengatakan agar sekolah tetap terus dibuka. Ketika  kepala sekolah mengucapkan pidato terakhir, datanglah seorang anak bersama ibunya yang lari dengan semangat. Anak itu bernama Harun untuk segera mendaftar. Akhirnya, sekolah tersebut kembali dilanjutkan.  Mereka bersekolah bersama – sama dari kelas 1 SD sampai kelas 3 SMP, sehingga menyebut diri mereka sebagai Laskar Pelangi, yang diberikan oleh gurunya Bu Muslimah. Alasannya karena bu guru suka melihat mereka yang suka dengan pelangi.

Mereka itu adalah Ikal, Harun, Lintang, Sahara, Mahar, dan lain – lain. Sudah banyak pengalaman-pengalaman yang sudah mereka rasakan, seperti pembalasan dendam Mahar yang selalu dipojokkan kawan-kawannya karena kesenangannya pada okultisme yang membuahkan kemenangan manis pada karnaval 17 Agustus, dan kejeniusan luar biasa Lintang yang menantang dan mengalahkan Drs. Zulfikar, guru sekolah kaya PN yang berijazah dan terkenal, dan memenangkan lomba cerdas cermat Semua mereka lalui bersama, sampai akhirnya anggota mereka bertambah satu, yakni anak perempuan yang bernama Flo, yang merupakan murid pindahan.

Kisah ini berakhir ketika ayah Lintang meninggal dan Lintang memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan yang ia tempuh. Ikal yang harus berpisah dengan A Ling yang harus menemani bibinya ke Jakarta. Mahar yang sukses membuat novel. Syahdan yang sukses menjadi network designer. Kucai yang menjadi ketua fraksi DPRD Belitong. Taprani yang berakhir sakit di rumah sakit, dan Borek yang menjadi kuli di took bangunan A Kiong dan Syahara.

Resensi

Novel Laskar Pelangi ini adalah sebuah novel dengan cetakan pertama yang dikarang oleh Andrea Hirata, dan diterbitkan langsung oleh Bentang Pustaka pada tahun 2005 di Yogyakarta. Novel ini menceritakan tentang persahabatan kesepuluh orang anak anak yang  melewati pendidikan bersama – sama. Nakah pada novel ini telah diadaptasi yang judulnya sama dengan judul bukunya, yang diproduksi langsung oleh Miles film, dan Mizan production serta disutradarai oleh Riri Riza.

Novel ini mengisahkan kehidupan siswa yang berasal dari anak miskin, tetapi tidak mudah menyerah dalam menempuh pendidikan. Novel ini menggambarkan latar belakang keindahan pulau Belitong. Novel ini mendapatkan pengharagaan ITB Buch Award 2013 dalam penyelenggaraan pameran pariwisata terbesar di dunia.

Kelemahan

Novel ini mempunyai kelemahan pada sisi penggunaan golosarium, yang membuat pembaca bingung dalam memahami istilah – istilah buku tersebut. Selain itu, alur yang digunakan tidak jelas, alur waktunya sering dibolak-balik. Sehingga, membuat para pembaca menjadi bingung akan runtutan ceritanya. Apalagi novel tersebut tidak menyebutkan tahun berapa tiap – tiap peristiwa itu terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun