Artikel  Perspektif Etika Dan Tanggung Jawab Profesi
KRISIS ETIKA (MORAL) TERHADAP GENERASI Z
ZAHWA AMELIA DWI PUTRI
240111100350
Generasi Z, sering disingkat menjadi Gen Z Â adalah orang-orang yang lahir pada tahun 1997 hingga 2012.Sebagian besar Generasi Z adalah anak-anak dari Generasi X atau Milenial yang lebih tua. Generasi Z lahir pada awal Abad ke-21, dan menjadi generasi pertama yang tumbuh dengan akses Internet dan teknologi digital sejak usia muda. GEN Z Sebagai generasi sosial pertama yang tumbuh dengan akses ke Internet dan teknologi digital portabel sejak usia muda, meskipun belum melek digital, telah dijuluki "digital native" atau orang-orang yang tumbuh bersamaan dengan reformasi digital
 Adapun efek  negatif dari menghabiskan waktu dengan layar paling terasa terjadi pada remaja, dibandingkan dengan anak-anak yang lebih kecil, Gen Z cenderung hidup lebih lambat dibandingkan pendahulunya dan GEN Z lebih peduli dibandingkan generasi yang lebih tua terhadap prestasi akademis dan prospek pekerjaan, dan lebih baik dalam menunda kepuasan dibandingkan generasi tahun 1960-an, meskipun ada kekhawatiran sebaliknya. Prevalensi sexting di kalangan remaja semakin meningkat; konsekuensi dari hal ini masih kurang dipahami. Selain itu, budaya anak muda menjadi lebih senyap meskipun tidak hilang. Sebagian kalangan pakar dan akademisi juga membenarkan bahwa telah terjadi degradasi atau kemerosotan etika dan generasi GEN Z yang  hidup dalam teknologi yang canggih yang dimana dapat bermain sosial media dan mengikuti budaya individualistik yang dimana sosial media juga memainkan peran penting dalam kehidupan mereka. Sosial media telah menjadi bagian intekral dalam kehidupan sehari hari GEN Z,mulai dari social media Instagram,Tik Tok,Facebook dan lain lain sudah menjadi kebiasaan kehidupan GEN Z yang dimana setiap hal yang sedang terjadi akan menjadi perbincangan oleh para GEN Z ini. Kehidupan yang tidak bisa terlepas dari social media ini membuat GEN Z tidak pernah absen dari hal hal yang sedang dibicarakan dan GEN Z sering sekali memberikan komentar komentar yang kurang baik yang dimana sering menyakiti orang lain, GEN Z yang aktif di social media ini sering kali melakukan  cyberbullying dan GEN Z menjadi populasi rentan mengalami bullying baik sebagai korban maupun sebagai pelaku. Bullying sering terjadi di lingkungan sekolah, di  masyarakat, bahkan bullying dikalangan remaja juga marak terjadi di sosial media yang disebut dengan cyberbullying.Dan inilah pembahasan penyebab krisis etika (moral) kepada  GEN Z
PENYEBAB GEN Z KRISIS ETIKA (MORAL) terhadap GEN Z
Sebagian kalangan pakar dan akademisi juga membenarkan bahwa telah terjadi degradasi atau kemerosotan etika dan generasi GEN Z hidup dalam teknologi yang canggih yang dimana dapat bermain sosial media dan mengikuti budaya individualistik yang dimana juga sosial media juga memainkan peran penting dalam kehidupan mereka,karena memainkan peran penting dalam social media inilah membuat GEN Z melakukan bullying
Bullying yang sering terjadi dikalangan GEN Z disebabkan karena  Gen Z adalah generasi digital atau disebut juga dengan generasi internet. Generasi yang cenderung kurang dalam berkomunikasi secara verbal, kurang bersosialisasi dengan lingkungan secara langsung, cenderung egosentris dan individualis, cenderung serba instan, tidak sabaran dan tidak menghargai proses.Bullying ini adalah menyakiti sesorang,bullying yang dilakukan secara fisik ataupun verbal yang membuat para korban depresi akibat tekanan yang dilakukan oleh korban. Bullying juga bisa dilakukan di social media dengan mengomentari penampilan seseorang  dimana kasus bullying yang dilakukan di social media disebut dengan cyberbullying dan kasus cyberbullying ini sering kali terjadi,sehingga membuat korban melakukan bunuh diri akibat tekanan dari orang orang yang mengomentari penampilan seseorang . cyberbullying pernah terjadi kepada artis Korea yaitu Goo Hara dan penyebab Goo Hara bunuh diri adalah warganet menghujatnya karena dianggap melakukan operasi plastik di bagian matanya, selain itu artis muda Korea ini menjadi korban kekerasan dan tekanan oleh mantan pacarnya sendiri yang membuat Goo Hara mengakhiri hidupnya .
 Marcella Dosen psikologi dari Universitas Katolik menyoroti bahwa tekanan sosial yang tinggi yang dialami generasi Z, baik dari teman sebaya maupun dari ekspektasi yang diberikan oleh media sosial tentang penampilan fisik, prestasi akademis, dan kehidupan sosial. Dari tekanan untuk tampil sempurna secara online membuat sering kali menghasilkan dinamika yang mengarah pada perilaku bullying sebagai cara untuk menunjukkan kekuatan atau dominasi di antara kelompok sosial mereka. Marcella juga menekankan pentingnya pendidikan dan kesadaran tentang dampak psikologis dan sosial dari bullying di kalangan generasi Z.  Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan generasi GEN Z cenderung berpikir logis namun mengabaikan Etika dan Muhadjir pun berpesan kepada Gen Z agar tidak hanya mementingkan aspek logika, tetapi juga soal Etika dan dari hasil riset dari AS menemukan bahwa Gen Z memiliki rasa empati 40% lebih rendah dibandingkan milenial.
Penyebab terjadinya bullying ini antara lain ialah
kurang mampunya seseorang dalam mengontrol perilaku dan ketidakmampuan mengelola emosi
Tekanan sosial dari teman sebaya atau ekspektasi media sosial
Pengaruh pergaulan bebas
Sering menonton film atau video yang tidak sesuai umur
Emosi belum stabil
Merasa paling hebat
Kurang mendapatkan perhatian dari keluarga
Adapun beberapa faktor Krisis Etika terhadap GEN Z
Gen Z yang rentan kesehatan mental
Sebuah survei yang dilakukan oleh McKinsey Consumer Behavioral Health Survey yang dimana survey tersebut mengatkan bahwa lebih dari 800 GEN Z menunjukkan bahwa mereka secara signifikan lebih rentan mengalami masalah perilaku dibandingkan generasi lain. Gen Z juga 2 sampai 3 kali lebih rentan dalam melakukan percobaan bunuh diri dibandingkan generasi lainnya.
Gen Z mudah emosi
Gen Z mudah emosi dikarenakan tekanan dari orang tua atau keluarga,tidak bisa mengontrol hal yang diinginkan dan minimnya bimbingan agama dari orang tuafaktor lingkungan dan media yang kerap menampilkan adegan kekerasan di lingkungan remaja juga menjadi faktor tidak stabilnya emosi remaja.
Kedekatan teknologi dengan GEN Z telah membuat komunikasi secara luas yang dimana GEN Z kerap kali menggunakan teknologi seperti sosial media dengan tidak bijak yang dimana terkadang berkomentar buruk tentang penampilan orang lain dan sering ikut campur dan menjadi kompor untuk hubungan orang lain.
  Sekolah dan institusi pendidikan memiliki peran penting dalam mengedukasi para pelajar tentang dampak perundungan dan pentingnya empati serta sikap saling menghormati. Di sisi lain, platform media sosial harus lebih bertanggung jawab dalam mencegah dan menangani kasus perundungan, seperti dengan memperkenalkan fitur pelaporan yang lebih mudah diakses serta algoritma yang dapat mendeteksi kebencian atau perundungan secara otomatis. Selain itu, penting untuk memberikan ruang bagi para korban untuk mendapatkan dukungan psikologis, baik melalui konseling atau kelompok dukungan.
 Generasi Z dapat berperan positif dalam membangun Etika bermedia dan budaya digital yang lebih baik dengan cara:
Menjaga keamanan akun media sosial
Memastikan akun media sosial tidak mudah diakses oleh orang yang tidak bertanggung jawab
Mencari sumber informasi yang terpercaya sebelum menyebarkan berita atau informasi
Membangun etika digital yang baik untuk menurunkan hoax, perundungan, tindakan rasis, cyberbullying, hate speech, dan kebocoran data pribadi
Solusi agar GEN Z tidak lagi Krisis Etika (Moral)