Raka hanya membalas dengan senyum tipis, namun hatinya terasa bergejolak. Ada bagian dalam dirinya yang ingin tahu lebih banyak, tapi di sisi lain, ia takut kenangan lama semakin menyeruak. Ia kemudian berkata, "Oh ya, ya sudah kalau begitu."
Dinda mengangkat alis, penasaran. "Kenapa mas? Bukanya mas punya nomornya mbak Cellia"
Karena tidak ingin menjadi obrolan yang panjang, maka Raka menjawab "sekarang sedang sibuk-sibuk dengan kerjaan, lagian nomornya sudah ke hapus, saat ganti Hp" Â Raka menjawab dengan menjadi hal tersebut sebagai alasan, sehingga obrolan bisa berakhir singkat.
Dinda pun tidak bertanya lebih lanjut. "Oke deh," katanya sambil mengangguk.
Setelah beberapa menit, mereka akhirnya sampai di depan rumah Dinda. Raka menghentikan motornya, dan setelah Dinda turun, ia kembali mengucapkan "Makasih banyak ya, Mas," ujar Dinda sambilan turun dari motor.
"Siap, sama-sama," balas Raka. "Aku duluan, ya."
Setelah pertemuan itu, Raka merasa hati dan pikirannya tak karuan. Kenangan yang selama ini berusaha ia simpan dan kunci dalam-dalam kembali bermunculan bangkit keluar sedikit demi sedikit. Apalagi setelah melihat pasangan remaja  yang saling tertawa di taman tadi. Memang kejadian tersebut sudah berlalu  sejak Lima tahun yang lalu, tapi baginya rasa itu masih terasa begitu dekat... dan... (bersambung)......
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI