Seribu sembilan puluh lima hari. Tepat di hari itu. Ketika ku tengah berlari mengejar mimpi. Akhirnya aku harus terjatuh.
Sore itu. Wajah cantikmu terlihat tersenyum untuk terakhir kali. Meninggalkan lara di hati. Untuk kami di sini.
Wahai wanita hebatku. Engkau lebih dicintai Rabbi-mu. Yang benar-benar engkau cintai dengan sepenuh hati. Tiada yang lain lagi.
Engkaulah panutan hidupku. Contoh selalu kau perlihatkan untuk kami. Segala ibadah yang kau lakukan. Dengan segala keterbatasanmu.
Wahai, ibu. Inginku bisa sepertimu. Meneladani sikapmu. Di dalam kehidupan fana ini.
Rindu kami kepadamu. Kami tuangkan dalam doa-doa. Mengharap Tuhan memberikan kelapangan untukmu di sana. Meridhai segala amalanmu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H