Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Wanita Hebatku

15 Januari 2024   13:32 Diperbarui: 15 Januari 2024   13:49 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seribu sembilan puluh lima hari. Tepat di hari itu. Ketika ku tengah berlari mengejar mimpi. Akhirnya aku harus terjatuh.

Sore itu. Wajah cantikmu terlihat tersenyum untuk terakhir kali. Meninggalkan lara di hati. Untuk kami di sini.

Wahai wanita hebatku. Engkau lebih dicintai Rabbi-mu. Yang benar-benar engkau cintai dengan sepenuh hati. Tiada yang lain lagi.

Engkaulah panutan hidupku. Contoh selalu kau perlihatkan untuk kami. Segala ibadah yang kau lakukan. Dengan segala keterbatasanmu.

Wahai, ibu. Inginku bisa sepertimu. Meneladani sikapmu. Di dalam kehidupan fana ini.

Rindu kami kepadamu. Kami tuangkan dalam doa-doa. Mengharap Tuhan memberikan kelapangan untukmu di sana. Meridhai segala amalanmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun