Sebut namaku Alena. Aku seorang tunagrahita. Aku bersekolah di sebuah SLB. Tetapi aku sudah lulus.Â
Ibuku berjualan di warung. Warungnya jadi satu dengan rumah kami. Sementara bapak berjualan di pasar.
"Alena, beli gula pasir satu kilogram ya..", bu Minah membuyarkan lamunanku.
Bu Minah ini tetanggaku yang baik hati. Sering memberi makanan untuk aku.Â
"Baik, bu.. Sebentar saya ambilkan..", jawabku seraya beranjak dari dudukku.Â
Kemudian aku ambil gula pasir satu kiloan dari etalase.Â
"Ini, bu..", kataku sambil menyerahkan gula pasir itu kepada bu Minah.
Bu Minah menyerahkan sejumlah uang. Uang yang pas. Lima belas ribu rupiah.
Memang di depan warung diberi tulisan "bayarlah dengan uang pas..". Ibu dan bapak yang memberikan tulisan itu agar mudah ketika aku menjaga warung. Tak lupa ditempel harga-harga barang-barang yang dijual di warung.
"Terimakasih, bu..", ucapku.
***
"Uangnya yang pas saja, bu..", kataku ketika bu Intan belanja.
Bu Intan ini seorang guru. Tetapi beliau guru di SD dekat rumahku.
Bu Intan tersenyum mendengarkan permintaanku. Bu Intan pasti paham, aku tidak bisa menghitung. Lebih tepatnya kesulitan ketika memberikan uang kembalian alias "susuk" dalam bahasa jawa.
"Ini uang ibu lima belas ribu. Terus harga belanjaan ibu tiga belas ribu. Yang sepuluh ribu kamu simpan di laci meja dulu. Kemudian yang lima ribu dikurangi tiga ribu. Gampangnya lima dikurangi tiga berapa, Na?", tanya bu Intan.
Aku berusaha menghitung dengan jariku. Maklum aku seorang tunagrahita. Jadi memang tidak pintar.
"Emmm.. Dua, bu..", jawabku malu-malu.
"Nah, betul. Jadi uang kembaliannya dua ribu..", kata bu Intan.
"Sekarang kamu ambilkan uang dua ribu ya, Na..", kata bu Intan.
Ku terima uang dari bu Intan. Dan ku ambil uang dua ribu untuk ku serahkan kepada bu Intan.
"Ini uang kembaliannya ibu terima. Tapu ini ibu berikan untuk kamu ya, Na. Biar kamu semangat membantu ibu berjualan..", kata bu Intan.
Aku terkejut ketika bu Intan menyerahkan iang kembalian itu untukku.Â
"Tidak usah, bu..", jawabku.
Tetapi bu Intan bersikeras untuk tetap memberikan uang dua ribu itu untukku.
"Terima kasih, bu Intan. Semoga kebaikan bu Intan dibalas yang baik oleh Tuhan..", ucapku seraya menerima uang pemberian bu Intan.
"Aamiin.. Terima kasih, Alena.. Ibu pulang ya..", kata bu Intan seraya pergi meninggalkan warungku.
Ku tatap bu Intan yang semakin menjauh. Seraya ku ucapkan doa untuk bu Intan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H