Cerita itu disampaikan ketika aku dan kakak merasa malas untuk belajar. Ya, namanya saja anak-anak.
"Waktu itu bapak sudah tidak punya ibu dan bapak. Makan dan minum saja susah.. Keadaan seperti itu bapak tidak malas. Masa kalian yang sudah lebih enak malah jadi malas belajar..", lanjut bapak.
Jelas waktu itu aku dan kakak cuma diam. Waktu itu jelas kami tidak bisa membayangkan seperti apa susahnya bapak dan kakak-kakaknyaÂ
Kalau bapak sudah berbicara seperti itu, otomatis kami harus mematikan televisi dan belajar. Mau tidak mau.
***
Kini setelah aku dewasa, aku memahami mengapa bapak bersikap cenderung keras dan tegas kepada aku dan kakakku. Semua demi masa depan kami.
Belajar memang penting. Prihatin untuk tidak menonton televisi terus menerus. Prihatin dari tidak dipenuhinya semua keinginan dan kesenangan itu juga penting untuk kami.
Terima kasih bapak. Semoga kami bisa belajar dari nilai positifmu. Dan membuang yang negatif darimu. Semoga bapak sehat dan bahagia selalu. Aamiin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H