Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Berjalan

11 Maret 2022   10:11 Diperbarui: 11 Maret 2022   10:17 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Mendampingi anak tunanetra berjalan itu tidak semudah itu lho..", kata bu Mira di kelasku beberapa hari yang lalu.

Begitu kira-kira bu Mira menjelaskan kepadaku dan teman-temanku. Bu Mira memang guru khusus tunanetra. 

Sebelumnya aku bercerita, ketika piknik bersama anak-anak asrama sekolah, kakiku sakit. Karena terantuk batu ataupun terperosok ke lubang di jalan.

"Menjadi pendamping awas harus bisa membuat nyaman si anak tunanetra. Tidak asal nuntun..", lanjut bu Mira.

Ya, memang saat piknik, bu Mira tidak ikut karena sedang ada acara keluarga. Jadi aku didampingi oleh bu Karmi. Beliau memang bukan guru untuk anak tunanetra.

"Ada teknik berjalan dengan pendamping awas. Contohnya saja anak tunanetra memegang lengan pendamping awas di lengan tangannnya".

Aku memperhatikan penjelasan dari bu Mira. Ya, bu Mira memang orang yang memperhatikan dengan detail. Tulisan braille harus benar karena akan dipakai seterusnya. Termasuk cara berjalanpun sebisa mungkin sesuai dengan  ilmunya. Sehingga anak tunanetra akan nyaman.

***

"Bu Mira tadi sudah mengatakan kalau menjadi pendamping tunanetra itu tidak mudah. Itu karena jika sampai anak tunanetra tidak nyaman atau sampai terantuk benda, maka yang disalahkan adalah si pendamping awasnya..".

Dan hari ini kami diajak praktik berjalan dengan pendamping awas. Kami, satu persatu, melakukan praktik berjalan dengan memegang lengan bu Mira.

"Selama ini bu Mira melihat kalian berjalan jika dengan pendamping awas, tidak memegang lengan si pendamping awas dengan benar.. Hanya ditempelkan di tangan pendamping awas..".

Bu Mira memastikan agar cara memegangnya benar. Karena jika tidak benar, maka ketika berjalan akan terasa seperti diombang-ambingkan. Jika cara memegangnya benar, ternyata memang nyaman.

Oh iya, bu Mira ini memang termasuk guru baru di sekolahku. Dan selama ini aku dan teman-teman tunanetra dipegang oleh guru yang bukan bidang tunanetra.

"Nah, lebih nyaman kan kalau cara berjalannya sesuai dengan teori?", tanya bu Mira kepada kami.

Kami menganggukkan kepala. Seraya mengiyakan ucapan bu Mira. 

Terima kasih atas ilmunya bu Mira. Ilmu ini akan bermanfaat untuk kami seterusnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun