Dan ketika berdoa sering ku dengar ibu sesenggukan menangis. Aku tak tahu apa yang menjadi doanya. Tapi yang pasti untuk kebaikan hidup dunia dan nanti di akhirat yang abadi.
***
Dua tahun menjalani biduk rumah tangga. Tentu saja sangat tak mudah untuk ku lalui. Apalagi dari pihak suami sudah punya anak.
Mendamaikan dua ego saja sulit. Apalagi ketika sudah ada anak. Tentu saja aku yang belum memiliki anak merasakan sangat berat.
Harusnya aku tak  harus merasa seperti itu. Resiko menikah dengan duda. Itu yang dikatakan orang kepadaku.
Ah, mereka tak tahu seperti apa yang aku lalui. Tuntutan dari suami yang mengharuskan aku selalu mengerti keadaannya. Dia yang pernah gagal. Dia yang memiliki anak. Dia yang memiliki gaji tapi habis untuk anak dan kebutuhannya sendiri.
"Apa aku harus bertanggungjawab kepada suami dan anaknya? Dan aku tak suka kalau dia menyayangiku karena aku mencukupi kebutuhannya.. Dia suami, aku istri.."
Itu setengah ku pertanyakan kepada sahabatku ketika aku menceritakan keluh kesahku. Dan sahabatku, Nika, mengatakan hal yang menurutku akan membuat suamiku tak merasa memiliki tanggungjawab kepadaku.
"Mungkin kalau kamu memberikan yang dibutuhkannya, dia akan manut dan sayang sama kamu, mbak.."
Itu yang dikatakan Nika saat itu. Aku menggelengkan kepalaku.
***