Anak autis-pun demikian. Harus dipegang oleh guru secara langsung. Jadi ini menjadi kendala pertama bagi kami.Â
Begitu juga untuk anak tunagrahita yang mungkin ndempel-ndempel kepada gurunya. Memang tak semuanya. Tetapi diakui atau tidak menjaga jarak menjadi sulit kami lakukan.
Kedua, sulitnya orang tua memahami informasi dari sekolah. Misalkan saja sekolah sudah memberikan informasi kepada orang tua agar anak tidak masuk ketika pilek, batuk atau gejala flu lainnya. Tetapi kebanyakan tak mengindahkan. Baru setelah diberitahu lagi mereka akan memahami dan tak mengabaikannya lagi.
Ketiga, ruangan yang terkadang tak disterilisasi. Ini terjadi terutama di shift ke dua. Jelas ini mempengaruhi kami dalam pembelajaran.
Swab di Sekolah
Pada tanggal 22 dan 23 November 2021 di sekolah kami ada kegiatan swab PCR dengan penyelenggara dari Dinas Kesehatan Kabupaten. Terdata siswa yang harus mengikuti tes swab sebanyak 80 siswa dan guru karyawan sejumlah 52.
Dari 129 yang telah mengikuti tes swab diketahui ada tujuh siswa dan satu guru positif. Informasi itu kami ketahui pada hari Rabu, 24 November 2021. Keluarga dari siswa dan guru yang positif didatangi langsung oleh pihak puskesmas dab dukuh setempat.
Masing-masing siswa dan guru yang diketahui positif menjalani karantina mandiri selama empat belas hari. Dan keluarga akan ditracking melalui tes swab.
Sementara PTMT ditiadakan sampai dengan tanggal 6 Desember 2021. Dan pembelajaran kembali dilaksanakan secara jarak jauh. Sambil menunggu hasil tes swab pada Senin, 29 November 2021 kepada siswa yang belum mengikuti tes swab.
Tentu saja harapan kami hasilnya baik-baik saja. Dan bagi tujuh siswa dan satu guru yang dinyatakan positif segera pulih dan dinyatakan negatif.
Dan bagi guru dan karyawan tetap bekerja sebagaimana mestinya. Terjadwal work from home dan work from office. Tentu saja dengan memperhatikan dan menerapkan protokol kesehatan.