Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mencintai Mereka, Mereka Juga Mencintai

6 Februari 2021   11:06 Diperbarui: 6 Februari 2021   11:27 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Asma menatap nanar papan nama itu. Asma terdiam. Hatinya kebat-kebit. 

Dilihatnya dari luar, anak-anak berjilbab dan berkopiah. Anak seusia Sekolah Dasar. Mereka bermain dengan riangnya di halaman pondok pesantren sekaligus panti asuhan anak yatim.

Asma kembali menatap papan nama di luar pagar bangunan itu. Pondok dan Panti Asuhan Asy Syifa.

Asma ke tempat ini sendirian. Atas inisiatif salah seorang temannya.

"As, berkunjunglah ke salah satu panti asuhan. Berikan sedekah kepada anak-anak yatim piatu. Agar usaha program hamilmu dan suami berhasil..", kata Irma saat Asma cerita tentang keinginannya mendapatkan keturunan.

Asma menganggukkan kepalanya. Benar, doa anak-anak itu sangat dekat dengan Sang Khalik.

***

"Tak ada salahnya kita melakukan usaha ini, mas. Kita tidak tahu usaha mana yang diridhai Allah. Kita juga tidak tahu doa siapa yang diijabah Allah..", kata Asma kepada Yoga, suaminya sesaat suaminya telah sampai di rumah.

Yoga memandang Asma. Dia menghela nafas.

"Baik.. Kita akan memberikan sedekah kita untuk anak-anak yatim itu.. Tapi kita transfer saja ya, dik.. Yang penting diniatkan untuk program kita.. Bismillah..", jawab Yoga. Asma tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Asma bersyukur karena suaminya mendukung segala macam usaha untuk mendapatkan keturunan. Berobat ke banyak dokter. Makan kurma mentah. Tidak makan makanan yang pantang untuk program hamil. Bahkan pergi ke tempat alternatif. Semua dijalani Asma dan Yoga, suaminya.

Mereka pantang menyerah. Tetapi mereka juga menyerahkan segalanya kepada Sang Pencipta. Hingga akhirnya suaminya meninggal karena kecelakaan saat menuju tempat kerjanya. Dan mereka belum dikaruniai keturunan.

***

Asma ragu masuk ke dalam pondok dan panti asuhan. Apa yang akan dilakukan di sana. Asma teringat usahanya bersama suami memberikan sedikit rezekinya ke tempat ini, walau hanya lewat tranfser saja. Setelah suaminya meninggal, Asma tetap memberikan sedekah untuk anak-anak di tempat ini. Tetap lewat transfer. Belum pernah datang langsung ke tempat ini.

"Setidaknya suami dan kamu nanti akan didoakan oleh anak-anak yatim, As. Percayalah, meski mereka bukan anak kandungmu, tetapi mereka menganggap semua orang yang telah membantunya adalah ayah, ibu, kakak mereka..", kata Irma saat tahu Asma terpuruk karena suaminya tiada.

"Dan percayalah, pahala akan tetap mengalir untuk kamu dan suamimu. Mereka akan mendoakan kalian, meski bukan ibu dan ayah kandungnya. Mencintai anak yatim itu berkah dunia dan akhirat, As..", lanjut Irma.

Asma masih terpaku di luar pagar pondok dan panti asuhan. 

"Asmaaa... Masuklah...", teriak suara yang dikenalnya, Irma. Irma tersenyum menghampirinya.

"Kamu jadi ke sini, Ir.. Katanya ada acara sama suamimu?", kata Asma menyambut tangan dan pelukan sahabatnya.

"Hehe, demi kamu, As. Aku minta ijin suamiku.. Aku mau menemani kamu menemui anak-anak di sini..", kata Irma bahagia.

"Ayo, kita masuk.. Bapak dan Ibu ustadz ustadzah sudah bersama anak-anak di ruang pertemuan..", ajak Irma sambil menarik tangan Asma.

Ya, Asma kali ini akan bertemu dengan anak-anak yatim langsung. Asma yakin, dia dan almarhum suaminya akan mendapatkan amal jariyah selama membantu anak-anak di sini. Mereka bukan anak kandung, tetapi mereka akan selalu dibimbing ustadz ustadzahnya untuk mendoakan siapapun yang ikhlas membantu mereka.

"Bismillah..", batin Asma memasuki ruang yang telah penuh dengan anak-anak dan ustadz ustadzah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun