Belajar itu bisa dari mana saja. Bisa dari siapa saja. Tidak terikat waktu, tempat juga. Semua bisa dipelajari secara sengaja, dan lebih banyak tidak sengaja.
Saya sering mendapatkan pertanyaan dari keponakan saya. Tiba-tiba saja dia bertanya tentang hal-hal yang tidak saya duga. Atau bahkan memberitahu sesuatu atau kejadian yang saya tidak pernah mendengar atau belum saya dengar.
Misalnya saja, dia memberitahukan adanya pencurian hewan kurban berupa sapi sekian ekor. Ketika saya tanyakan, darimana dia tahu. Dia menjawab, "aku lihat di televisi". Dia sampai mengatakan bahwa harganya sekian. Meski tidak begitu tepat, ternyata ada yang "nyanthel" ketika dia melihat siaran televisi.
***
Saya sering memberikan jatah waktu untuk memegang handphone saya kepada keponakan saya ini. Saya memberikan batasan waktu agar dia belajar disiplin waktu dan sekaligus menghargai orang yang meminjamkan barang kepadanya.
Ketika saya tanyakan dia menonton apa, dia hanya menunjukkan handphone. Yang dilihat adalah kreasi membuat benda-benda dari barang bekas dan sebagainya. Memang tidak lebih banyak daripada menonton kartunnya. Tapi setidaknya dia akan memiliki pengalaman melihat membuat sesuatu, yang ke depannya akan dapat dipergunakan.
Jika saya ada waktu, kadang saya putarkan youtube yang berisi materi pelajaran tertentu. Tidak harus sesuai kelas atau tema yang dipelajari di sekolah. Itung-itung sebagai tambahan pengetahuan, agar tidak hanya terpaku pada buku siswa dari sekolah.
Untuk game, juga saya download-kan game yang edukatif. Agar ketika bermain, dia akan mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau mempelajari yang belum pernah dia dapatkan di sekolah.
***
Televisi atau video dari youtube memang mudah dalam mempengaruhi anak-anak ketika menontonnya. Secara tidak langsung media ini akan memberikan pengaruh kepada anak-anak.
Tinggal peran orangtua atau orang yang lebih tua dalam mengarahkan anak. Mendampingi anak ketika sedang menonton televisi atau youtube. Memberikan penjelasan jika memang diperlukan. Karena anak akan tetap memiliki rasa "penasaran" terhadap apa yang dilihat.
Orangtua dapat menanamkan nilai tertentu dari apa yang dilihat oleh anak. Misalkan nilai nasionalisme ketika menonton upacara di televisi atau youtube. Â Atau rasa mencintai tanah air, ketika yang ditonton adalah lagu-lagu nasional, lagu daerah, tarian daerah, baju adat daerah dan sebagainya.
Bahkan nilai religi juga dapat ditanamkan kepada anak. Misalkan di televisi disiarkan adzan maghrib. Maka selaku orangtua atau orang yang lebih tua akan mengarahkan anak untuk segera mengambil air wudhu. Kemudian diajak melaksanakan shalat di masjid secara berjamaah, atau dirumah.
Itu hanya sekedar contoh saja. Tentu setiap orangtua akan dapat mengarahkan anaknya selama di rumah, agar menjadi pribadi yang baik. Tidak hanya bagi orangtuanya, tetapi juga kepada orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H