Surat dan perangko di masa lampau adalah hal yang tak terpisahkan. Di mana ada surat yang harus dikirim, maka perangko-lah alat untuk mengirim.
Benda pos itu pernah mengalami masa jaya-jayanya saat saya masih sekolah. Jenjang SMP dan SMA seingat saya.Â
Dulu saya pernah mengirim surat ke radio atau kepada artis idola. Kirim ke radio misalnya kirim salam dan minta diputerkan lagu favorit. Jaman sekarang mungkin melalui Whatsapp.Â
Sedangkan ke artis favorit biasanya hanya iseng saja. Begitu mendapatkan balesan, wuih.. senengnya. Hehe..
Maklum, dulu belum seperti jaman sekarang. Dulu banyak yang masih kirim-kirim surat dan bales-balesan surat. Dan menunggu balesan surat itu seperti menunggu balesan whatsapp di masa jaman sekarang ini.
Nah, benda pos ini ada nilainya. Semakin nominal yang tercantum pada perangko itu mahal atau nilainya tinggi, maka akan semakin cepat surat itu sampai ke alamat tujuan. Dan semakin murah, maka akan lebih lama untuk sampai tujuan.
Di masa-masa emasnya kirim-kiriman lewat pos maka semakin banyak perangko bekas yang dimiliki. Bagi pengkoleksi perangko tentu akan merasa bangga memiliki bermacam-macam perangko. Ya, meski bekas.
Filatelis. Itu julukan bagi pengkoleksi benda pos, termasuk perangko bekas maupun perangko yang belum terpakai. Nah, benda-benda pos tersebut dinamakan filateli.
Di masa sekarang tentu sudah jarang dijumpai orang mengirim surat dengan perangko. Lebih banyak yang mengirim kilat, tapi tidak memakai benda pos tersebut. Bahkan melalui layanan selain kantor pos.
Cukup dengan membayar sesuai dengan biaya ke kota tujuan, maka sudah dapat mengirim surat. Tidak perlu menempel perangko seperti dahulu kala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H