Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Intip Goreng

3 Juli 2020   10:28 Diperbarui: 3 Juli 2020   10:33 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Photo : jogja.tribunnews.com

Saya tergoda untuk menuliskan nama makanan ringan ini. "Intip". Saya tidak begitu tahu alasan diberi nama intip pada makanan ringan ini. Mungkin karena makanan ini adalah kerak nasi sih.

Dulu saya diajari ibu, "ngliwet" memakai "ketel".  "Ngliwet" artinya menanak nasi secara tradisional. "Ketel" diletakkan di atas "keren" atau kompor.Kalau sekarang kan, menanak nasi dengan menggunakan magic com.

Jaman dulu yang dikenal "ngliwet" itu atau di "dang". Di "dang"-pun melalui proses ngliwet. Hanya saja kalau di "dang" itu ngliwetnya tidak sampai matang. Kemudian dengan memakai "soblok" nasi yang belum matang itu di "dang" atau dikukus. Yang melalui "dang" tidak menghasilkan "intip".

Sedangkan yang tetap ngliwet memakai ketel, bisa dipastikan ada "intip"nya. Meski hanya tipis. Tetapi kalau terlalu lama di atas "keren" atau kompor, ya bisa jadi intipnya tebal.

"Intip" yang dihasilkan sangat berbeda dengan intip yang sudah matang dan dalam kemasan. Rasanya juga lain. Intip yang dijual matang dan dalam kemasan, biasanya diberi gula jawa. Atau ada juga yang dibuat rasa gurih. Tinggal memilih sesuai selera.

Nah, kemarin teman saya ada yang menawarkan "intip" mentah kepada kami. Harganya lumayan murah, daripada beli "intip" yang sudah jadi. Ada beberapa teman yang ikut membelinya.

Sebenarnya kalau mau sedikit berusaha sendiri sih, kita bisa membuatnya. Ya, ngliwet saja memakai ketel. Kemudian tunggu sampai matang. Usahakan agak lama, sampai yakin ada "intip"nya. Kemudian, "keduk" nasinya. "Keduk" artinya mengambil nasi dengan entong ke dalam wakul. Intinya memindahkan nasi ke dalam wakul.

Setelah itu, ambil "kerak nasi" atau "intip"nya. Sebenarnya intip yang masih basah bisa langsung dikonsumsi. Tinggal ditaburi garam atau diberi sayur berkuah. Kemudian dimakan pas hangat-hangatnya. Wah, pasti enak. 

Sedangkan untuk menikmati "intip" goreng, maka "intip" yang basah itu kemudian dijemur di bawah terik matahari. Pastikan sampai benar-benar kering. Jika sudah benar-benar kering, maka sudah bisa digoreng.

Nah, jangan lupa setelah digoreng taburi garam di atas "intip" itu. Atau kalau ingin yang manis, beri lelehan gula jawa. Selamat mencoba dan selamat menikmati produk "intip" sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun