Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pendidikan dari Ibu dan Bapak

28 Juni 2020   21:35 Diperbarui: 28 Juni 2020   21:29 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dididik oleh ibu dan bapak dengan disiplin. Bagaimana kerasnya pendirian bapak dalam mendidik. Saat masih masa sekolah dasar, aku dan saudara dibatasi dengan aturan yang ketat.

Kami tidak diperbolehkan menonton televisi. Di rumah ada televisi jadul. Televisi tabung kuno. Di rumah tidak ada televisi yang bagus seperti punya teman-teman. Nah, karena televisi jadul pada akhirnya terbatas yang kami tonton. Ini sungguh-sungguh terjadi.

Kami juga dibatasi untuk mendengarkan radio. Lebih sering radio disembunyikan bapak. Kesemuanya itu hanya demi belajar kami.

Awalnya tentu sangat berat untuk anak seusia kami. Akan tetapi, lama kelamaan kami terbiasa dengan ketiadaan barang-barang elektronik semacam itu. 

Sejak Sekolah Dasar kami diajarkan untuk jujur, termasuk dalam hal belajar di sekolah. Jangan mencontek. Gunakan kemampuan semaksimal mungkin. Jadi ketika ada teman yang mencontek, kami membiasakan diri untuk mengerjakan sendiri. Apapun hasilnya. Entah bagus, entah jelek. Dan itu berkelanjutan hingga di bangku perkuliahan.

Dengan kejujuran, kami dapat bertanggungjawab terhadap perilaku kami. Ketika telah bekerja, maka bekerja dengan jujur dan penuh tanggungjawab. Menyelesaikan tugas pokok dan tugas tambahan dengan jujur dan penuh tanggungjawab.

Sejak SMP kami mulai dibiasakan memakai baju panjang dan berjilbab. Kami memakai seragam panjang dan berjilbab, bertiga dengan salah satu teman kami. Pada waktu itu belum banyak yang memakai jilbab ketika bersekolah. 

Dari sisi keagamaan, kami dididik untuk berpuasa sunah. Kami dibiasakan berpuasa sunah Senin Kamis. Ibu mengatakan jika ingin berhasil maka berpuasalah Senin dan Kamis. InsyaAllah akan dimudahkan. 

Selain itu kami dididik untuk melaksanakan shalat tahajud. Apakah berat? Tentu saja iya. Bagi orang dewasa saja hal tersebut sangat berat, apalagi bagi anak usia sekolah. Awal-awal melaksanakan shalat tahajud, kami merasakan kantuk dan malas yang luar biasa.

Akan tetapi, lama kelamaan dipermudah oleh Allah untuk bangun pagi-pagi buta. Sebelum tidur berniat bangun jam 03.00. Maka Allah akan membangunkan di jam itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun