Dalam bidang ekonomi kontribusi pesantren kepada masyarakat sekitarnya tidak terlalu besar,dalam artian ruang lingkup cakupannya sebagian besar untuk pihak pesantren. Dalam hal ini pesantren mendirikan koperasi dan usaha kegiatannya terbagi menjadi dua yaitu wantri (warung santri) dan wartel (warung komunikasi).
Wantri ( Warung Santri )
Warung santri ditempatkan dilingkungan pesantren,namun bukan berarti peran masyarakat tidak ada. Salah satu nya adalah pengadaan barang barang yang akan diperjual belikan. Barang barang yang akan diperjual belikan oleh pihak pesantren juga merupakan titipan dari masyarakat desa sidanglaka. Cara ini dilakukan agar masyarakat terlibat secara aktif dalam hubungannya dengan upaya kesejahteraan ekonomi mereka.
Dengan adanya warung santri ini setidaknya ikut memotifasi masyarakat sekitar untuk lebih keras lagi dalam bekerja,berkreasi,dan berwirausaha dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat desa sindanglaka umumnya,pihak pesantren khususnya,agar terjadi kerjasama yang baik antara santri dan masyarakat setempat.Â
Ada sekitar dua puluh warung yang berada didekat lingkungan pondok pesantren tanwiriyyah yang terhidupi oleh para santri. Keberadaan warung warung ini menjadi berkah tersendiri bagi masyarakat desa sindanglaka,karena berbagai macam kebutuhan para santri telah disediakan disini,dari mulai makanan,minuman,peralatan tulis,hingga peralatan mandi.Â
Adanya warung warung ini selain membawa dampak ekonomi terhadap masyarakat setempat,juga dapat memberikan hubungan yang baik antara para santri dengan masyarakat sekitar,dengan terjadinya interaksi saat transaksi jual beli.
Wartel (Warung Komunikasi )
Warung komunikasi sama seperti warung santri,ditempatkan didalam lingkungan pondok pesantren tanwiriyyah,akan tetapi terbuka untuk umum. Secara penuh pengelolaannya dilakukan oleh pihak pesantren,meskipun peran masyarakat juga ada.Â
Diantaranya adalah mereka ada yang ikut menjaga wartel bersama para santri. Memang kontribusi wartel yang berada dibawah naungan pesantren masih relatif kecil,tetapi setidaknya ikut membantu aktifitas warga terutama bagi mereka yang membutuhkan jasa telekomunikasi. Karena memang daerah tempat pesantren berada cukup jauh dari jalan raya,sehingga agak sulit untuk mencari fasilitas umum,seperti telepon umum. Jadi dengan adanya wartel ini setidaknya dapat mengurangi biaya pengeluaran warga disekitar pondok pesantren tanwiriyyah.
KESIMPULAN
Kondisi masyarakat desa sindanglaka sebelum berdirinya pondok pesantren tanwiriyyah,berada dalam keterbelakangan moral. Meskipun penduduknya seratus persen islam,akan tetapi mereka tidak rutin menjalankan Shalat lima waktu,berjamaah di masjid,mengadakan pengajian al quran dan tidak rutin mengadakan sunnah sunnah lainya yang diperintahkan agama islam.