Sore itu, Aditya baru saja kembali dari perjalanan dinasnya. Rumah kosong dan sepi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar di ruang tamu. Ia berjalan ke kamar tidurnya, membuang tas kerja di atas kasur, lalu membuka jendela untuk membiarkan udara segar masuk.
Saat ia berdiri di depan meja rias, matanya tertuju pada cermin besar yang tergantung di dinding. Cermin itu sudah ada sejak ia pertama kali pindah ke rumah ini. Tidak ada yang aneh pada cermin itu, hanya ada sedikit retakan di sudut bawah yang selalu ia abaikan.
Namun, kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Di balik pantulan dirinya yang sedang berdiri, Aditya melihat bayangan lain---seorang pria dengan pakaian gelap berdiri tepat di belakangnya. Awalnya, ia mengira itu hanya refleksi dari dirinya sendiri, namun saat ia menoleh, tidak ada siapapun di kamar.
Jantungnya berdebar cepat. Ia berpikir itu hanya ilusi, atau mungkin kelelahan setelah perjalanan jauh. Namun, setiap kali ia menatap cermin, bayangan pria itu selalu ada, seolah mengikutinya kemanapun ia pergi.
Dengan tangan gemetar, Aditya mencoba membersihkan cermin itu, berharap bisa menghilangkan bayangan aneh tersebut. Tetapi, saat ia menyeka permukaan cermin, bayangan pria itu malah semakin jelas---matanya yang kosong dan penuh kebencian menatapnya.
Aditya mulai panik. Ia melangkah mundur dan menyentuh dinding, tidak tahu apa yang harus dilakukan. Bayangan itu bergerak mendekat, semakin dekat, hingga akhirnya... ia merasakan sentuhan dingin di lehernya.
Tiba-tiba, suara berat terdengar dari dalam cermin, "Kamu tidak seharusnya kembali ke sini..."
Aditya menoleh cepat, hanya untuk melihat wajahnya sendiri, namun berbeda. Wajah di cermin itu tampak pucat, penuh dengan luka-luka, dan di matanya ada kegelapan yang sangat asing. Ia membuka mulut, namun tidak ada suara yang keluar.
Semua yang ada di cermin mulai bergerak, semakin cepat, dan bayangan pria itu berubah menjadi dirinya sendiri---namun dengan tatapan yang penuh amarah. Aditya berteriak, berusaha untuk melarikan diri, tetapi tubuhnya seolah terkunci, tidak bisa bergerak.
"Selamat datang kembali, Aditya," suara itu berbisik di telinganya, "Ini adalah rumah kita sekarang."
Sekelip mata, tubuhnya menghilang, dan yang tertinggal hanya cermin kosong di dinding, dengan bayangan gelap yang kini tersenyum lebar.