Mohon tunggu...
Zahrotul Aini
Zahrotul Aini Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Negeriku yang Kaya

6 Mei 2019   22:34 Diperbarui: 6 Mei 2019   23:14 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya anak Indonesia, sebuah negeri yang alamnya indah, tanahnya subur dan budayanya beragam. Saya tentu bangga menjadi anak Indonesia bahkan rinduku pada tanah air ini selalu hadir dan mengalir. Saya tahu banyak orang-orang pintar di negeriku, banyak dari mereka yang mengenyam pendidikan tinggi, tapi kehadiran mereka belum membuat negeriku berlari cepat, menggapai bintang, ia berjalan tapi sungguh lambat.

Negeriku, Indonesia merupakan salah satu kepulauan maritim terbesar di dunia. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia merupakan anugerah luar biasa yang diberikan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Dengan kekayaan yang luar biasa ini Indonesia bisa maju dan mensejahterakan rakyatnya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Alfred Thayer Mahan, seorang Perwira Tinggi Angkatan Laut Amerika Serikat, dalam bukunya yang berjudul "The Influence of Sea Power upon History" mengemukakan teori bahwa sea power merupakan unsur terpenting bagi kemajuan dan kejayaan suatu negara, yang mana jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diberdayakan, maka akan meningkatkan kesejahteraan dan keamanan suatu negara. Sebaliknya, jika kekuatan-kekuatan laut tersebut diabaikan akan berakibat kerugian bagi suatu negara atau bahkan meruntuhkan negara tersebut.

Indonesia secara geografis merupakan sebuah negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Hal ini bisa terlihat dengan adanya garis pantai di hampir setiap pulau di Indonesia ( 81.000 km) yang menjadikan Indonesia menempati urutan kedua setelah Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia. Kekuatan inilah yang merupakan potensi besar untuk memajukan perekonomian Indonesia.

Data Food and Agriculture Organization di 2012, Indonesia pada saat ini menempati peringkat ketiga terbesar dunia dalam produksi perikanan di bawah China dan India. Selain itu, perairan Indonesia menyimpan 70 persen potensi minyak karena terdapat kurang lebih 40 cekungan minyak yang berada di perairan Indonesia. Dari angka ini hanya sekitar 10 persen yang saat ini telah dieksplor dan dimanfaatkan.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum merasakan peran signifikan dari potensi maritim yang dimiliki yang ditandai dengan belum dikelolanya potensi maritim Indonesia secara maksimal. Dengan beragamnya potensi maritim Indonesia, antara lain industri bioteknologi kelautan, perairan dalam (deep ocean water), wisata bahari, energi kelautan, mineral laut, pelayaran, pertahanan, serta industri maritim, sebenarnya dapat memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.

Dalam UUD 1945 pasal 33 ayat (3) disebutkan, bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat. Meskipun begitu tidak dapat dipungkiri juga bahwa kekayaan alam khususnya laut di Indonesia masih banyak yang dikuasai oleh pihak asing, dan tidak sedikit yang sifatnya ilegal dan mementingkan kepentingan sendiri.

Dalam hal ini, peran Pemerintah (government will) dibutuhkan untuk bisa menjaga dan mempertahankan serta mengolah kekayaan dan potensi maritim di Indonesia. Untuk mengolah sumber daya alam laut ini, diperlukan perbaikan infrastruktur, peningkatan SDM, modernisasi teknologi dan pendanaan yang berkesinambungan dalam APBN negara agar bisa memberi keuntungan ekonomi bagi negara dan juga bagi masyarakat.

Sebagaimana halnya teori lain yang dikemukakan oleh Alfred Thayer Mahan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi untuk membangun kekuatan maritim, yaitu posisi dan kondisi geografi, luas wilayah, jumlah dan karakter penduduk, serta yang paling penting adalah karakter pemerintahannya.

Namun, disadari atau tidak perekonomian masyarakat Indonesia sendiri bisa dibilang buruk terutama dikalangan masyarakat menengah ke bawah. Bagaimana tidak? Masyarakat yang hidup di pinggir pantai yang mayoritas bekerja sebagai nelayan seolah-olah keberadaan mereka tidak dianggap. Pemerintah bekerjasama dengan investor asing guna membangun pembangkit listrik di pesisir pantai yang bertujuan untuk memakmurkan rakyat.

Di sisi lain, para nelayan merasa dirugikan karena adanya pembangkit listrik tersebut selain mencemari udara juga mencemari laut. Limbah yang dihasilkan dari pengolahan batu bara tersebut di buang ke laut sehingga biota laut banyak yang mengalami kepunahan.

Tujuan pemerintah memang baik yaitu untuk mensejahterakan bangsa Indonesia. Namun di samping itu, pemerintah juga harus mempertimbangkan kondisi laut dan masyarakat sekitar. Laut akan tercemar akibat limbah dari pengolahan batu bara bahkan tidak hanya itu banyak biota laut yang mengalami kepunahan.

Lantas bagaimana dengan masyarakat yang tinggal di pesisir pantai? Masyarakat yang tinggal di pesisir pantai secara otomatis akan kehilangan sumber penghasilan mereka karena mereka menggantungkan hidupnya pada laut.

Jika pemerintah memang berniat untuk mensejahterakan bangsa Indonesia dan pemerintah akan terus membangun pembangkit listrik di pesisir pantai. Saya berharap agar pemerintah juga menyediakan saluran dan atau tempat pembuangan limbah agar tidak mencemari laut dan agar biota laut masih tetap lestari.

Kalau saya perhatikan, masih banyak air mata di sana-sini, masih banyak yang menangis dan menderita, masih banyak yang kerja dari pagi sampai malam tapi gaji sebulan bisa habis hanya untuk sepekan, bahkan masih banyak orang yang sudah tak punya rasa dan fikir lagi; menerjang apa saja untuk kenikmatan sendiri.

Saya tidak mau mengakui bahwa masalah di negeriku seperti dalam lingkaran setan. Saya juga sangat sedih jika ungkapan "mati kelaparan di dalam lumbung" terungkap untuk menggambarkan keadaan negeriku. Saya masih punya optimisme, dan saya yakin banyak orang-orang jujur yang punya kemampuan dan dedikasi tinggi yang siap membangun negeriku. tidak masalah lambat asal sampai dengan selamat, karena saya takut jika negeriku terus berjalan di tempat, bagaimana jadinya.

Saya bertanya-tanya dan mencari-cari jawaban sendiri atas warna negeriku. Karena budayakah? Penjajahan kah? Penyampaian nilai-nilai agama yang salah kah? Karena pendidikan yang kurang berkualitas kah? Entahlah..

Saya  hanya berharap semoga setiap orang yang mengaku berasal dari negeriku dan cinta akan negeriku (tentunya termasuk diriku)  mau dan siap berbagi dan berkontribusi untuk kemajuan negeriku. Tidaklah perlu melakukan hal besar, mulai saja dari yang kecil, yang sedikit, yang berlanjut dan berasal dari hati serta niat yang tulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun