Selain itu, Ahok memberikan ruang bagi timnya untuk berkreasi dan berinovasi, menciptakan budaya kerja yang sehat, efektif, dan efisien. Ia juga membangun hubungan emosional yang kuat dengan timnya, sehingga mereka dapat bekerja lebih produktif. Kepemimpinan transformasional Ahok berhasil menggerakkan tim dan masyarakat Jakarta untuk berpartisipasi aktif dalam pencapaian tujuan bersama.
Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan Transformasional Ahok
Gaya kepemimpinan transformasional Ahok memiliki beberapa kelebihan signifikan. Ahok mampu memotivasi dan menginspirasi timnya, serta mengkomunikasikan visi secara efektif, menjadikannya visi bersama yang mendorong pencapaian tujuan. Kejujurannya dalam menjalankan tugas, serta ketegasan dalam mengambil keputusan tanpa terpengaruh tekanan politik, menjadikannya teladan bagi bawahan dan masyarakat.
Namun, gaya kepemimpinan ini juga memiliki kekurangan. Gaya transformasional kurang cocok untuk organisasi baru atau yang membutuhkan lebih banyak bimbingan. Sifat Ahok yang terlalu tegas dan keras bisa membuat tim merasa terintimidasi dan sulit berkomunikasi. Fokus yang kuat pada hasil juga dapat membuatnya tampak kurang sensitif terhadap kebutuhan individu. Keteguhan Ahok dalam mencapai tujuan terkadang membuatnya kurang fleksibel dalam menghadapi perubahan mendadak, sehingga perlu mempertimbangkan lebih banyak sudutpandang dan dampak jangka panjang setiap keputusan.
Kepemimpinan Ahok: Ambisi, Kontroversi, dan Warisan di Jakarta
Basuki Tjahaja Purnama, atau Ahok, menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari 2014 hingga 2017 dengan agenda ambisius meningkatkan infrastruktur kota, memberantas korupsi, dan meningkatkan pelayanan publik. Namun, masa jabatannya diwarnai oleh kontroversi, termasuk tuduhan penodaan agama dan dugaan korupsi, yang berdampak signifikan pada karier politiknya.
Tantangan Kepemimpinan Ahok:
- Oposisi Politik dan Kontroversi:
Ahok menghadapi perlawanan politik dari kelompok Islam konservatif, yang berujung pada tuduhan penodaan agama dan hukuman pada 2017. Kontroversi ini membayangi upaya administratifnya dan mempengaruhi pencalonannya kembali.
- Permasalahan Infrastruktur:
Ahok fokus pada perbaikan infrastruktur, mengatasi kemacetan dan banjir. Namun, ia menghadapi hambatan birokrasi dan perlawanan dari kelompok kepentingan yang memperlambat proyek-proyeknya.
- Ketegangan Sosial dan Keagamaan:
Gaya lugas Ahok memicu ketegangan sosial dan agama, dengan kasus penodaan agama memicu protes dan kekerasan yang diperburuk oleh media sosial.
- Relokasi Penduduk:
Proyek normalisasi sungai dan pembangunan jalan tol menyebabkan relokasi penduduk, menimbulkan permasalahan sosial dan ekonomi serta konflik dengan warga terdampak.
- Konflik dengan Birokrasi: