Sampai semuanya normal, pandemi Covid-19 ini belum berakhir. Virus ini telah mempengaruhi banyak bidang kehidupan, termasuk sektor pendidikan, pariwisata, dan ekonomi. Hari ini kita masih berhadapan dengan virus, dan tidak ada yang tahu kapan pandemi ini akan berakhir. Sebagai manusia biasa, yang bisa kita lakukan hanyalah terus bekerja keras menerapkan protokol kesehatan dimanapun, dan selalu berdoa agar terbebas dari virus. Membahas beberapa departemen yang terkena dampak pandemi Covid19, pertama adalah departemen pendidikan yang memaksa mahasiswa untuk belajar di rumah. Karena kebijakan pemerintah dan faktor ekonomi yang dipertimbangkan oleh pendukungnya, jumlah wisatawan di industri pariwisata menurun.
Tahun 2021 akan segera berakhir, namun virus COVID-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan mereda di Indonesia. Sejak pertama kali terjadi pada Maret 2020, pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang sangat negatif bagi semua bidang kehidupan, terutama para pedagang biasa yang juga merasakan dampak dari wabah ini. Beberapa pedagang menderita kerugian karena sedikit atau tidak ada pembeli. Padahal, dengan berjualan, para pedagang sangat mengandalkan kebutuhan sehari-hari.
Berkunjung ke Kota Pati itu menarik, terdapat banyak kuliner yang bisa dituju, murmer dan enak. Jika Anda tidak menyempatkan diri untuk mencoba Nasi Gandul, maka kunjungan ke Pati, Jawa Tengah tidak akan lengkap. Pernah mendengarnya, mungkin itu nama makanannya. Kedengarannya aneh. Gandul dalam bahasa Jawa artinya menggantung. Tapi bukan beras yang digantung, tapi cara penjualannya. Jadi, konon dulu penjual nasi gandul di Pati menjajakan dagangannya dengan digantung pada pikulan. Kemudian muncul nama "nasi gandul". Nasi gandul adalah nasi putih yang diberi lauk empal atau daging sapi bumbu bacem, lalu diguyur kuah bercita rasa gurih. Nah, kebayang kan betapa menggoda dan menariknya nasi ini?
Nasi Gandul adalah makanan khas daerah Pati (Wilayah Pesisir Jawa Tengah, Jalan Pantai utara Jawa). Daerah Pati yang membuat makanan nasi gandul ini populer adalah desa Gajahmati (selatan terminal Pati, Desa Semampir/timur desa Gajahmati), sehingga istilah Nasi Gandul di desa Gajah Mati sangat umum. Meski pada akhirnya banyak yang jualan nasi gandul bukan berasal dari Desa Gajahmati, namun di poster tersebut tetap tertulis kata Desa Gajahmati. Sesuai dengan asal usul nama nasi gandul , banyak versi yang menyarankan demikian.
Nasi Gandul merupakan salah satu makanan khas Pati Jawa Tengah. Hidangan ini sangat sederhana, terdiri dari daging dan kuah dan bumbu rempah-rempah ringan. Namun, Nasi Gandul dikenal dengan masakannya yang lezat, yang banyak dijual di luar Pati. Ciri khas lain nasi gandul yaitu alas piring yang terbuat dari daun pisang. Nasi Gandul merupakan makanan kental berwarna merah kecoklatan. Saat menyajikan hidangan, pembeli diminta untuk memilih daging mana yang akan digunakan sebagai lauk pelengkap. Menyediakan menu tambahan mulai dari jeroan sapi, daging, hingga lidah sapi menjadi menu pelengkapnya.
Kepada saya, ia menceritakan menu rahasia masakan nasi gandul. Sekilas rasa Nasi Gandul mirip dengan perpaduan soto, rawon dan gulai, namun aromanya lebih kuat dan lebih terasa. Resep utamanya yaitu bumbu dapur masuk semua kecuali kunyit. Kalau soal distribusi takarannya, saya tidak bisa menjelaskannya karena ia menggunakan ilmu kira-kira atau mengira-ngira. Hidangan ini sudah diturunkan dari generasi ke generasi," katanya.
Diakuinya, sejak tahun 1977 warung nasi gandul miliknya semula milik orang tuanya. Hingga pada tahun 2005 ia mulai menjual keliling di desa sampai akhirnya diwariskan kepadanya dan memiliki tempat menetap untuk berjualan meskipun masih menyewa. Â "Dulu dijual dengan dunak (keranjang besar yang terbuat dari bambu) melewati desa. Ketika dipikul nasinya gondal-gandul. Sampailah saat itu ada sosok yang sudah dituakan di Pati yaitu Mbah Rono, menyebut nasi yang gondal-gandul saat dijual itu dinamakan nasi gandul," jelasnya. Â Kata gandul, merupakan bahasa jawa yang jika diartikan bermakna menggantung. Istilah itulah yang menjadi ciri khas para penjual nasi gandul waktu itu masih menggunakan pikulan untuk berjualan meski sudah memiliki warung tetap.
Selain cita rasa yang khas , nasi gandul juga memiliki sederet ciri khas lainnya. Lauk tempe yang disajikan untuk pendamping nasi gandul memiliki ciri yang berbeda dengan penyajian tempe lainnya. Saat digigit tempe dan nasi gandul ini bertekstur lebih keras jika dibanding tempe pada umumnya. Namun, saat dikunyah menjadi pecah dan mudah untuk dicerna. Selain itu, daun pisang selalu digunakan untuk menyajikan nasi gandul. Fungsinya untuk menetralisir panasnya masakan, sehingga terasa lebih enak saat disantap. Ciri khasnya ini, ada pikulan, nasinya tetap digandul pakai dunak ini, kalau gak digandul ya bukan nasi gandul," tutur salah satu penjual nasi gandul di Pati.
Adapun faktor yang mempengaruhi penjualan kembali modal yaitu masih dengan kondisi pandemi yang tak kunjung selesai. Hingga terdapat banyak kendala saat berjualan salah satunya kendala waktu karena waktu untuk berjualan sangat dibatasi dari jam buka 11:00 siang dan tutup jam 21:30 malam, jelasnya. Upaya yang dilakukan agar usaha berjualan tetap berjalan dengan lancar adalah dengan cara mengirit semaksimal mungkin. Tidak seperti biasanya yang membawa dagangan banyak untuk saat ini ia lebih menghemat atau mengirit dan membawa barang dagangan secukupnya saja.
Penikmat Nasi Gandul ini tidak hanya dari pihak kabupaten, tetapi juga dari luar. Ini berkat dari mulut ke mulut. Bagi warga Pati, kelezatan lokal ini bukan hanya sekedar makanan untuk menghilangkan rasa lapar, melainkan sudah menjadi makanan khas dengan makna tersendiri. Jika ada kumpul keluarga saat lebaran, nasi gandul juga menjadi menu utama. Kelezatan ini juga menjadi salah satu alasan warga Pati merindukan mereka yang telah merantau ke luar daerah dan ingin kembali ke kampung halaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H