Mohon tunggu...
Siti Fatimatun Zaroh
Siti Fatimatun Zaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - i love my self

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030100)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Adat Pernikahan Budaya Jawa yang Tidak Dimiliki oleh Budaya Lain

2 Juni 2021   22:03 Diperbarui: 2 Juni 2021   22:08 708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada pernikahan ini setiap pasangan niscaya menginginkan sesuatu yang bisa dikenang buat masa tuanya. Tak heran bila melakukan pernikahan niscaya memakai tradisi atau upacara-upacara terlebih dahulu. Acara inilah yg dianggap menggunakan tata cara istinorma budaya pada pernikahan.

Menurut sejarah, tata cara istinorma rapikan cara pernikahan Jawa itu dari dari Keraton. ''Tempo doeloe'' adat-istiadat kebesaran pernikahan Jawa itu, hanya sanggup atau boleh dilakukan pada pada tembok-tembok keraton bahkan orang-orang yg masih keturunan atau abdi dalem keraton, yg pada Jawa lalu dikenal menjadi priyayi.

Terdapat beberapa tradisi pada pernikahan budaya jawa ini mencakup siraman, midodareni, injak telur, sikepansindur, pangkuan, kacar-kucur, dulang-dulangan, sungkeman, janur kuning, kembar mayang, dan yang terakhir yaitu tarub.

 Dari beberapa tradisi yang sudah saya sebutkan tersebut kalian tau gak sih apa makna berdasarkan upacara-upacara tadi?

1. Siraman yg berarti membersihkan diri menjelang program besar

2. Midodareni merupakan simbol malam yg baik buat bersilaturrahmi

3. Injak telur dimaknai menjadi asa dan lambang kesetiaan

4. Sikepansindur maknanya tali kasih yang erat dan tidak terpisahkan

5. Pangkuan diartikan menjadi mengembangkan kasih yang adil

6. Kacar-kucur merupakan lambang berdasarkan kesejahteraan pada tempat tinggal tangga

7. Dulang-dulangan dimaknai menjadi saling menolong dan rukun

8. Sungkeman maknanya bakti pada orang tua atau sesepuh

9. Janur kuning merupakan asa menerima cahaya yang baik

10. Kembar mayang yaitu makna akan setiap asa baik buat tempat tinggal tangga nanti

11. Tarub merupakan kemakmuran dan asa

IDN Times.com
IDN Times.com

Tradisi yang dilakukan tadi dilakukan terlebih buat menjaga kebudayaan kita supaya kebudayaan yang sudah diwariskan sang leluhur nir hilang begitu saja. Maka tidak sedikit juga orang yg akan melakukan pernikahan memakai tradisi atau upacara-upacara yg sudah diwariskan pada kita.

Dalam perkawinan suku Jawa nir pernah terlepas berdasarkan serangkaian upacara misalnya siraman, midodareni, ijab kabul, daup (panggih), sungkem & lain-lain . Pada upacara tadi orang tua mempelai atau orang yang ditunjuk mewakili orang tua umumnya memberi nasihat atau nasehat-nasehat yang masih ada pada tata cara Jawa, diwujudkan pada ungkapan-ungkapan yg sudah dipahami sang rakyat Jawa.

Akan tetapi ungkapan tadi terkadang nir dimengerti atau tidak dipahami oleh rakyat lain yang tidak mengenal bahasa dan budaya suku Jawa. Secara sistematis ritual pernikahan tata cara Jawa dalam hakikatnya memuat beberapa bagian menjadi berikut:

pertama, nontoni yakni melihat calon pasangan pengantin berdasarkan dekat. Prosesi nontoni secara teknis dilakukan menggunakan banyak sekali cara. Ada yg diajak ayah & ibunya atau saudaranya bertamu ke tempat tinggal oleh pemudi. Kemudian selesainya tamu duduk, oleh pemudi disuruh orang tuanya buat menghidangkan minuman. Pada ketika itulah oleh pemuda melihat dan dikenalkan menggunakan pemudi tersebut menjadi bakal calon istrinya.

Kedua, petung (perhitungan) salaki rabi yakni panduan memilih jodoh menurut nama, hari, kelahiran dan neptu. Adapun dasar perhitungan salaki rabi memakai Primbon Betal jemur Ada makna. Menghitung perjodohan menggunakan primbon ini dilakukan menggunakan cara menggabungkan nilai aksara pertama nama calon pengantin, lalu dibagi 5.

Sisa berdasarkan pembagian tadi itulah lambang berdasarkan perjodohan. Selanjutnya merupakan perhitungan hari kelahiran & neptu. Hari lahir ke 2 calon pasangan digabungkan, sebagai akibatnya akan terlihat makna campuran tadi.

wolipop.com
wolipop.com

Ketiga, pasang tarub yakni pihak keluarga laki-laki atau perempuan yang akan melangsungkan pernikahan umumnya memasang tarub (tratag) menjadi perindikasi resmi akan mengadakan hajatan. Kata tarub pada rakyat generik tak jarang diistilahkan ditata ben ketok murub (ditata supaya kelihatan bersinar dan mewah) guna memberitahuakn pada rakyat bahwa sebuah keluarga sedang mempunyai hajat manten (Bratawijaya, 2006: 47).

Tarub dalam masa kerajaan Islamdi Jawa, adalah tradisi membuat "bleketepe" atau anyaman daun kelapa buat dijadikan atap (Bahasa Jawa dianggap payon) buat peneduh yg dipasang dihalaman tempat tinggal buat resepsi. Tata cara ini mengambil "wewarah" atau ajaran Ki Ageng Tarub, galat satu leluhur Raja-raja Mataram ketika memiliki hajat pernikahan anaknya Raden Bondan Kejawen dan Dewi Nawangsasih.

Keempat, serah-serahan yakni famili pihak pengantin laki-laki menaruh barang pada famili pihak pengantin wanita . Pada biasanya serah-serahan berisi seperangkat sandang lengkap, perhiasan, beras, kelapa, indera-indera tempat tinggal tangga, hewan ternak dan sejumlah uang (Endah, 2006: 146).

Tradisi serah-serahan tujuannya membantu persiapan program pernikahan dan beberapa barang yg mempunyai nilai filosofi sekaligus pengharapan pada Tuhan. Kelima, Siraman pengantin "Siraman" darikata siram (bahasa Jawa) yang pada pengertian BahasaIndonesiamemandikan calon pengantin supaya calon pengantin higienis, kudus lahir dan batin. (Perkawinan, 2012: 111).

Menurut upacara siraman buat pasangan calonsudah dilandasi hati yang higienis dan kudus. Upacara Siraman. Pada ketika siang hari beberapa pinisepuh (orang-orang yang dituakan/dihromati) pada suatu keluarga diundang buat melaksanakan upacara siraman beserta orang tua pengantin putri pada rumahnya.

Calon pengantin putri menggunakan mengenakan kain batik diiringi sang petugas (umumnya juru rias) mengadakansungkem terlebih dahulu pada ke 2 orang tuanya dan pada para pinisepuh famili ynag memandikan.

Setelah itu pengantin wanita menuju kamar mandi atau loka lain yg diadakan dana diatur buat melaksanakan upacara siraman. Jumlah orang yng memandikan umumnya gasal atau tidak  genap. Secara bergiliran para pinisepuh menyiramkan air kembang setaman pada pengantin.

Pihak yang terakhir melakukan siraman merupakan orang tua pengantin putri. Biasanya orang tua pengantin menyiramkan air sedikit saja, siraman ini bukan mandi pada pengertian yang sebenarnya, namun simbolisasi pencucian jasmani dana rohani supaya pikiran sebagai jernih. Keenam, Kembar Mayang atau Kembang Mayang adalah galat satu perlengkapan upacara perkawinan pada tata cara Jawa.

Kembang Mayang dibentuk menggunakan rangkaian daun kelapa belia yang dianggap janur yang disertai untaian bunga- bunga, butir-buahan, dan dedaunan. Kembar mayang berjumlah 2 butir yang sama bentuk dan ukurannya.

Kembang Mayang ini secara filosofis mempunyai nilai yang fundamental bagi kehidupan pengantin, yaitu menjadi pohon kehidupan yang bisa menaruh segala hal yang diinginkan. Kembar Mayang tak jarang jua dianggap Megar Mayang atau Gagar Mayang yanag melambangkan mekarnya bunga pinang.

Maknanya merupakan mengantarkan pada kehidupan baru orang dewasa pada pada rakyat, sebagai akibatnya rakyat bisa memetik bhakti dan dharmanya.

IDN Times.com
IDN Times.com

Ketujuh, Malam midadareni merupakan malam tirakatan yaitu para tamu mengadakan wungon atau lek-lekan merupakan tidak tidur. Maksudnya supaya para bidadari turun berdasarkan kahyangan buat memberi doa restu pada calon pengantin.

Jadi malam midadareni merupakan malam khusuk, damai dan para tamu dan keluarga calon pengantin masing-masing berdoa pada Tuhan Yang Maha Pengasih menaruh keselamatan buat seluruh keluarga dan para tamu yang diundang. Midodareni dalam mulanya adalah sebuah program tirakatan. Dalam tirakatan ini seluruh yang hadir disarankan buat tidak tidur minimal hingga pukul 24.00 wib termasuk calon pengantin wanita .

Pada malam Midodareni ini calon pengantin laki-laki pun belum diperbolehkan menemui pengantin wanita . Midodareni ini merupakan suatu dimensi sakral proses upacara perkawinan. Kedelapan, Upacara panggih atau upacara rendezvous pengantin merupakan zenit acaradari rangkaian panjang upacara perkawinan tata cara Jawa pada Kota Surakarta.

kapanlagi.com
kapanlagi.com

Kesembilan, Upacara Acara ritual "Ngidak Tigan" ini jua memiliki makna simbolis yang krusial bagi ke 2 mempelai. Tigan atau telur, umumnya memakai telur ayam kampung, yang akan diinjak sang pengantin laki-laki diletakkan pada atas kaki. Telur itu diinjak menggunakan kaki kanan pengantin laki-laki sampai pecah. Oleh lantaran itu, kaki kanan pengantin laki-laki dipercaya kotor terkena pecahan telur.

Untuk mengantisipasi ini pengantin wanita telah siap buat membersihkan kaki pengantin laki-laki menggunakan air bunga yang dianggap menggunakan nama Wijik Sekarsetaman. Usai mengeringkan kaki pengantin laki-laki dan memasukannya ke pada sandal pengantin "Selop", pengantin wanita melakukan sungkem menjadi perindikasi bakti seseorang istri pada suami.

Ritual Ngidak Tigan inibermakna ganda. Pertama, adalah simbol peralihan berdasarkan masa lajang bagi ke 2 pengantin buat memasuki global kehidupan baru yang berat dan penuh tantangan. Kedua, ritual ini mempunyai nilai filosofis menjadi pemecahan selaput dara pengantin putri. Kedua pengantin mempunyai kewajiban biologi menjadi suami-istri buat memenuhi kebutuhan biologis menggunakan tujuan buat mem-peroleh keturunan.

Dalam pernikahan masih ada upacara yang dilakukan yang mempunyai kesakralan dan makna tersendiri. Tradisi perkawinan tata cara jawa mencakup nontoni, petung, pasang tarub, seserah-serahan, siraman, kembar mayang, midodareni, panggih, dana ngidak tigan. Semoga tradisi-tradisi ini bisa terus dilakukan.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun