Sisa berdasarkan pembagian tadi itulah lambang berdasarkan perjodohan. Selanjutnya merupakan perhitungan hari kelahiran & neptu. Hari lahir ke 2 calon pasangan digabungkan, sebagai akibatnya akan terlihat makna campuran tadi.
Ketiga, pasang tarub yakni pihak keluarga laki-laki atau perempuan yang akan melangsungkan pernikahan umumnya memasang tarub (tratag) menjadi perindikasi resmi akan mengadakan hajatan. Kata tarub pada rakyat generik tak jarang diistilahkan ditata ben ketok murub (ditata supaya kelihatan bersinar dan mewah) guna memberitahuakn pada rakyat bahwa sebuah keluarga sedang mempunyai hajat manten (Bratawijaya, 2006: 47).
Tarub dalam masa kerajaan Islamdi Jawa, adalah tradisi membuat "bleketepe" atau anyaman daun kelapa buat dijadikan atap (Bahasa Jawa dianggap payon) buat peneduh yg dipasang dihalaman tempat tinggal buat resepsi. Tata cara ini mengambil "wewarah" atau ajaran Ki Ageng Tarub, galat satu leluhur Raja-raja Mataram ketika memiliki hajat pernikahan anaknya Raden Bondan Kejawen dan Dewi Nawangsasih.
Keempat, serah-serahan yakni famili pihak pengantin laki-laki menaruh barang pada famili pihak pengantin wanita . Pada biasanya serah-serahan berisi seperangkat sandang lengkap, perhiasan, beras, kelapa, indera-indera tempat tinggal tangga, hewan ternak dan sejumlah uang (Endah, 2006: 146).
Tradisi serah-serahan tujuannya membantu persiapan program pernikahan dan beberapa barang yg mempunyai nilai filosofi sekaligus pengharapan pada Tuhan. Kelima, Siraman pengantin "Siraman" darikata siram (bahasa Jawa) yang pada pengertian BahasaIndonesiamemandikan calon pengantin supaya calon pengantin higienis, kudus lahir dan batin. (Perkawinan, 2012: 111).
Menurut upacara siraman buat pasangan calonsudah dilandasi hati yang higienis dan kudus. Upacara Siraman. Pada ketika siang hari beberapa pinisepuh (orang-orang yang dituakan/dihromati) pada suatu keluarga diundang buat melaksanakan upacara siraman beserta orang tua pengantin putri pada rumahnya.
Calon pengantin putri menggunakan mengenakan kain batik diiringi sang petugas (umumnya juru rias) mengadakansungkem terlebih dahulu pada ke 2 orang tuanya dan pada para pinisepuh famili ynag memandikan.
Setelah itu pengantin wanita menuju kamar mandi atau loka lain yg diadakan dana diatur buat melaksanakan upacara siraman. Jumlah orang yng memandikan umumnya gasal atau tidak  genap. Secara bergiliran para pinisepuh menyiramkan air kembang setaman pada pengantin.
Pihak yang terakhir melakukan siraman merupakan orang tua pengantin putri. Biasanya orang tua pengantin menyiramkan air sedikit saja, siraman ini bukan mandi pada pengertian yang sebenarnya, namun simbolisasi pencucian jasmani dana rohani supaya pikiran sebagai jernih. Keenam, Kembar Mayang atau Kembang Mayang adalah galat satu perlengkapan upacara perkawinan pada tata cara Jawa.
Kembang Mayang dibentuk menggunakan rangkaian daun kelapa belia yang dianggap janur yang disertai untaian bunga- bunga, butir-buahan, dan dedaunan. Kembar mayang berjumlah 2 butir yang sama bentuk dan ukurannya.