Mohon tunggu...
Siti Fatimatun Zaroh
Siti Fatimatun Zaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - i love my self

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (20107030100)

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Pro-Kontra terhadap Vaksinasi Covid-19

17 April 2021   01:25 Diperbarui: 17 April 2021   01:52 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan kurang lebih  selama satu tahun, memukul hampir semua sektor usaha. Dan pada akhirnya menimpa para pekerja dan menjadi masalah bagi pemerintah. Hingga pada Rabu(7/4/2021), Indonesia melaporkan terdapat 1,55 juta kasus Covid-19. Sementara itu, sebanyak1,39 juta pasien diantaranya telah dinyatakan sembuh dan 42.064 pasien lainnya dinyatakan telah meninggal dunia.

Dengan tingginya angka infeksi tersebut kehadiran vaksin corona sangatlah dianggap penting dalam menghentikan laju perkembangan virus corona. Vaksin Covid-19 dinyatakan telah siap pada akhir tahun 2020 lalu. Direktur Jendral Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, ada harapan bagi vaksin Covid-19 untuk siap di akhir tahun ini.

Sehingga harus dapat disyukuri bahwa vaksinasi Covid-19 sudah bisa dimulai dengan relatif cepat oleh pemerintah. Pasalnya seluruh lapisan rakyat wajib mendungkung program vaksinasi agar segera tercipta herd-immunity atau kekebalan kelompok dinegara kita," dikutip dari keterangan resmi Rakerkonprov Apindo DKI Jakarta dengan mengambil tema "Peluang danTantangan Dunia Usaha Pasca Berlakunya UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020, dan Dimulainya Vaksinasi Covid-19, dikutip Kamis (1/4/2021).

Sebelumnya, asal menurut manakah vaksin pertama kali yg datang pada Indonesia? Dikutip menurut helath.detik.com, vaksin Corona pertama pada Indonesia merupakan protesis Sinovac Biotech. Perusahaan Sinovac BioTech merupakan farmasi China yang menyebarkan vaksin COVID-19 mereka bernama CoronaVac.

Selama 2 dasa warsa terakhir, Sinovac sudah menyebarkan dan menjual enam vaksin yang dipakai insan dan satu vaksin hewan. Di antaranya merupakan vaksin hepatitis A & B, influenza H5N1 (flu burung), influenza H1N1 (flu babi),vaksin gondok, & vaksin rabies anjing. Sinovac pula sudah mencapai banyak tonggak pengembangan signifikan termasuk menyebarkan vaksin H1N1 pertama pada global dalam 2009.

Detik.com
Detik.com

Seberapa digdaya vaksin Corona Sinovac? Masih sama dikutip menurut health.compas.com bahwa uji klinis vaksin Corona Sinovac dilakukan pada beberapa negara termasuk Indonesia. Kala itu uji klinis vaksin COVID-19 ini sempat tidak boleh ad interim pada Brasil lantaran adanya informasi terkait kasus keamanan.

Namun, belakangan peristiwa tadi dipastikan tidak berkaitan menggunakan vaksin COVID-19. Hingga kini, uji klinis vaksin Corona Sinovac pada Indonesia telah hingga dalam penyampaian data interim report uji klinis fase III ke BPOM & dinyatakan aman.

Beberapa saat lalu, laporan uji klinis vaksin Corona Sinovac pula memicu respons imun empat pekan usai suntik. Temuan Sinovac dimuat pada makalah peerreviewed pada jurnal medis The Lancet Infectious Diseases dari output uji klinis fase I dan fase II vaksin COVID-19 pada China yang melibatkan lebih menurut 700 peserta.

"Temuan kami menerangkan bahwa CoronaVac sanggup memicu respons antibodi yang cepat pada empat minggu sehabis imunisasi menggunakan menaruh 2 dosis vaksin dalam interval 14 hari," istilah Zhu Fengcai, keliru satu penulis makalah tadi, "Kami konfiden ini menciptakan vaksin cocok buat penggunaan darurat selama pandemi," jelasnya.

p2p.kemkes.go.id
p2p.kemkes.go.id

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan penularan Covid-19 ini, pemerintah pun mengambil langkah tepat dengan memberikan vaksin kepada seluruh masyarakat yang dipelopori oleh Bapak Presiden Joko Widodo dan tokoh-tokoh masyarakat lainnya termasuk artis Raffi Ahmad.

Sebelumnya ada beberapa sejumlah mitos mengenai vaksin yang beredar di tengah masyarakat. Mitos ini yang menyebabkan masyarakat ennggan untuk disuntik vaksinasi. Padahal sebenarnya vaksin digunakan untuk memutus rantai penularan virus Covid-19. Terdapat beberapa mitos mengenai vaksin yang beredar di masyarakat diantaranya.

  • Penyakit infeksi bisa dihindari dengan gaya hidup sehat saja
  • Vaksin mengandung zat yang berbahaya
  • Vaksin mengandung sel janin aborsi
  • Vaksin menyebabkan autisme (gangguan perkembangan otak)
  • Penyakit yang sudah ada vaksinnya, tidak perlu divaksinasi lagi
  • Terdapat isu halal-haram vaksin
  • Anak yang telah diimunisasi akan tetap saja sakit

Sebenarnya ada orang yang pertama kali yang berani menjalankan uji coba terhadap vaksin yaitu Bapak Ridwan Kamil selaku Gubernur di Jawa Barat. Tentu saja hal ini ia lakukan agar masyarakat percaya bahwa vaksin tersebut benar-benar bermanfaat untuk meningkatkan imun dan tidak berbahaya bagi kesehatan.

Jika saja seorang pemimpin tidak berani melakukan uji coba terhadap penyuntikan vaksin lalu bagaimana dengan rakyatnya? Maka kemungkinan rakyatnya akan menolak penyuntikan terhadap vaksin. Jadi dapat disimpulkan bahwa Bapak Ridwan Kamil bersedia menjalankan uji coba vaksin adalah untuk memberi kepercayaan dan menjamin keselamatan terhadap masyarakatnya.

Seletah Bapak Ridwan Kamil divaksin, alhamdulillah kondisi Bapak Gubernur sampai saat ini tetap bugar dan sehat wal afiyat. Menurut beliau imun tubuhnya meningkat hingga 99% , hanya saja setelah divaksin ia merasa pegal dan mengantuk selama tiga hari.

Hasil menurut BPOM, telah memenuhi persyaratan otoritas kesehatan dunia (WHO) dengan minimal efikasi vaksin sebesar 50 persen.

"Efikasi vaksin sebesar 65,3 persen dari hasil uji klinis di Bandung tersebut menunjukan harapan bahwa vaksin ini mampu untuk menurunkan kejadian penyakit Covid-19 hingga 65,3 persen," ujar Penny.

Namun sayangnya, tidak semua orang bersedia untuk disuntik vaksin. Program pemerintah yang begitu gencar untuk membantu serta memulihkan bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat masih ada saja warga yang menolak pemberian vaksin.

Bahkan banyak pihak yang mempengaruhi masyarakat jika vaksin itu memiliki efek samping yang berbahaya, agar tidak melakukan penyuntikan vaksin tersebut. Sehingga banyak kalangan warga untuk menolak divaksin.

Jika  menurut saya, sebelum divaksin tentu akan ada pemeriksaan terlebih dahulu, apakah kita bisa menerima vaksin atau tidak. Sebagai warga negara yang baik, tentu kita harus menaati imbauan pemerintah untuk membantu meningkatkan imun tubuh agar kita terhindar dari Covid-19.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun