Meskipun sedikit mengerikan dan terasa menegangkan, namun penonton justru antusias ketika para pemeran pertunjukan mulai kesurupan dan mulai memancing emosi mereka hingga timbul kejar-kejaran antara pemain pertunjukan dengan para penonton. Para penonton terus bersiul untuk mendapatkan perhatian banteng atau pemeran pertunjukan. Kemudian mereka berlari untuk menghindari kejaran banteng.
Dalam pertunjukan Bantengan juga terdapat sesepuh dan tokoh pendekar. Proses pemanggilan dan mengembalikan arwah leluhur dalam pertunjukan Bantengan biasa di lakukan oleh sesepuh. Sedangkan tokoh pendekar bertugas untuk mengendalikan banteng dengan membawa cambuk atau pecut.
Sebelum memulai pertunjukan Bantengan terdapat upacara ritual yang harus dilakukan. Upacara ritual ini dilakukan untuk meminta izin pertunjukan Bantengan kepada arwah para leluhur dengan memanggil para arwah leluhur. Upacara ini juga dilakukan untuk menyeleksi arwah leluhur yang datang dan untuk memohon keselamatan.
Dalam pertunjukan Bantengan juga terdapat beberapa sesajian yang diyakini sebagai alat komunikasi dengan arwah leluhur. Beberapa sesajian tersebut antara lain adalah kelapa, pisang, beras, badek, satu batang rokok, satu bungkus bedak, satu butir telur ayam kampung, kacang merah, kembang boreh, joroh, uang sesaji sebesar Rp.500, bumbu dapur lengkap, kemenyan, dupa, dan kaca.
Pertunjukan Bantengan biasa digelar mulai acara kecil atau acara besar. Seperti acara sunatan, acara festival di desa, atau murni acara pertunjukan Bantengan. Pertunjukan biasnya dilakukan di lapangan atau bahkan di jalan kampung atau desa. Dilakukan pada siang hari dan ada beberapa yang juga dilakukan pada malam hari.
Jika diambil pesan moral, maka pesan moral yang terkandung dalam pertunjukan seni tradisional Bantengan ini antara lain seperti adanya nilai religius yang ada dalam mantra serta bacaan shalawat dalam pementasan, bacaan ayat suci Al-Quran biasanya juga digunakan untuk mengembalikan kesadaran para pemeran pertunjukan saat kesurupan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H