Perkembangan pendidikan berbasis pondok pesantren semakin diminati masyarakat Indonesia. Pondok pesantren tak hanya mengajarkan ilmu-ilmu/mata pelajaran umum saja, namun juga mengajarkan tentang ilmu-ilmu agama. Santri, begitulah julukan bagi orang-orang yang belajar di pondok pesantren.
Santri. Apa yang ada dalam pikiran kalian saat mendengar kata santri? Pintar mengaji? Bertutur kata sopan? Berakhlak?. Namun banyak juga orang yang memandang santri itu terbatas, anti sosial, bodoh, sulit cari kerja dll. Di sini kami sebagai seorang santri, ingin mengubah dan menegaskan apa arti santri yang sesungguhnya.
Kami di kenal hidup dalam kesederhanaan. Di bawah naungan pondok pesantren kami belajar ilmu-ilmu agama. Kami memiliki Pak Kyai dan Bu Nyai sebagai pengasuh di pondok pesantren. Kami di ajarkan sesuatu hal yang baik. Mulai dari tata krama, sopan santun, adab, dan sebagainya.
Terus gimana sih rasanya jadi santri?
Ya jelasnya jadi santri itu ada enaknya dan ada nggak enaknya.
Enaknya jadi santri adalah adanya rasa kebersamaan yang terjalin diantara teman-teman santri kita layaknya sahabat atau bahkan saudara. Â Apa-apa kita lakuin bareng. Belajar bareng. Susah senang bareng. Tapi kok bisa sih sedekat itu?Â
Ya karena kita tinggal di pondok pesantren yang mana kita bahkan bisa tahu apapun yang teman kita lakukan dalam kesehariannya mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dan ruang lingkup pondok pesantren itu tidak seluas dunia luar. Dunianya pondok pesantren ya apapun yang ada dalam pondok pesantren.
Terlepas dari dunia luar, kami para santri rela meluangkan waktu untuk mengaji. Bahkan bisa dibilang mengaji adalah makanan kami sehari-hari. Kami membentuk chemistry satu sama lain dengan guru-guru kami.Â
Menghormati beliau-beliau sudah menjadi kewajiban kami. Kami mengharap keberkahan beliau agar ilmu yang kami terima bisa menjadi barokah dan bermanfaat bagi kami. Tujuan lain kami adalah mengharap ridho Sang Ilahi. Bahkan kami rela tinggal jauh dari orang tua atau pergi merantau ke pulau orang  demi mencari ilmu. Hati kami serasa terpanggil untuk memenuhi kewajiban kami dalam mencari ilmu.
Niat dan tekad kami sudah bulat dan kuat untuk belajar di pondok pesantren. Meski kami sering dibilang sering tertinggal dari dunia luar. Namun kami tetap ikhlas mengaji di pondok pesantren.
Meskipun di pondok pesantren kita banyak belajar ilmu agama serta nilai-nilai agama, namun kita tetap tidak lupa akan nilai-nilai Pancasila. Karena selain kami beragama Islam kami juga tinggal di negara Indonesia.
Indonesia di kenal dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Jadi tidak heran jika banyak orang yang mau masuk pondok pesantren menjadi seorang santri. Beberapa orang tua juga tidak begitu keberatan jika anaknya masuk ke pondok pesantren. Para orang tua berharap anaknya dapat mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dirinya sebagai generasi bangsa selanjutnya.
Santri di Indonesia terus meningkat jumlahnya. Ini semua juga karena adanya kepercayaan terhadap kualitas seorang santri yang di kenal dengan sikap sopan santunnya, kesederhanaannya, keikhlasan hatinya, dll.
Kami dididik untuk menjadi mandiri. Kami di ajarkan tentang nilai-nilai kehidupan yang sesungguhnya. Terjun langsung ke masyarakat juga sering kita lakukan. Tak jarang beberapa pesantren meminta para santri untuk belajar berdakwah. Tujuannya untuk menyalurkan nilai-nilai agama Islam dan menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada masyarakat sekitar.
Kami belajar banyak mengenai keikhlasan dan keistiqomahan. Keikhlasan dan keistiqomahan adalah sesuatu yang harus kami pegang. Dengan ikhlas, kami belajar bersyukur. Dengan ikhlas insyaallah Allah akan memberikan yang terbaik bagi kami. Dan dengan keistiqomahan kami jadi belajar agar selalu dekat dengan Allah.
Dalam membawa nama agama kami mengajarkan perilaku-perilaku yang baik kepada masyarakat, agar Islam dapat diterima lebih baik di masyarakat. Kami mengajarkan nilai-nilai keagamaan untuk di jadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
Dan untuk mengharumkan nama bangsa, kami para santri berdedikasi untuk mengabdi kepada negeri ini. Kami siap mempertahankan negeri ini. Kami juga ikut menuangkan ide-ide kami lalu mengolahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat, untuk kemajuan bangsa ini. Dari sini ide-ide dan pengalaman kami semakin terasah.
Kami juga secara tidak langsung ikut membantu menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Indonesia. Sehingga Islam bisa menjadi semakin kuat di Indonesia. Dulu semasa penjajahan masih menduduki Indonesia, banyak santri pondok pesantren juga ikut dalam membela kemerdekaan Indonesia. Bahkan tak jarang pak Kyai dari pondok-pondok yang sudah terkenal menjadi pemimpin atau menjadi salah satu tokoh untuk menumpas penjajahan. Kami tak kenal takut terhadap penjajah. Karena mereka telah mencoreng nama baik Indonesia serta tak jarang penjajah juga merendahkan agama Islam. Kami tidak akan tinggal diam jika itu terjadi.
Kamu para santri juga siap membantu pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Bahkan tak jarang pondok pesantren yang baik miliki sawah yang dikelola langsung oleh para santri lalu didistribusikan ke pasar atau ke pedagang-pedagang. Dalam berdagang tentunya kami menggunakan sistem syariah atau akad yang sah secara Islam
Â
Selain itu banyak dari para kyai atau guru-guru kami yang menulis sebuah tulisan, lalu setelah itu dibukukan. Dengan begitu, tulisan-tulisan tadi dapat tersimpan dan dapat di turunkan kepada anak turunnya. Dan apa yang beliau tulis insyaallah oleh Allah akan dihitung sebagai kebaikan untuk menyebarkan ilmu atau ajaran yang baik.
Terakhir saya hanya ingin menyampaikan bahwa menjadi santri itu tidak buruk. Namun semua itu kembali pada niat awal. Jika kita niat untuk mencari ilmu maka insyaallah Allah akan memudahkan kita dalam mencari ilmu, sehingga ilmu yang kita bawa bisa menjadi bermanfaat bagi diri sendiri, agama, dan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H