Mohon tunggu...
Zahro Nur Latifah
Zahro Nur Latifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

young, wild, and free

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenang Tragedi 65

10 Oktober 2022   07:02 Diperbarui: 10 Oktober 2022   07:06 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

G30S PKI sudah tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Dimana tragedi ini terjadi pada tanggal 30 september 1965 yang melibatkan tokoh-tokoh PKI dan para simpatisan PKI. 

Tragedi ini merupakan salah satu sejarah kelam yang pernah terjadi di Indonesia yang menyebabkan gugurnya enam jenderal jenderal  . PKI merupakan sebuah kelompok/organisasi paham komunis yang ada di Indonesia.


Ideologi Komunis masuk ke Indonesia pada tahun 1914 yang di bawa oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet. Ia datang ke Indonesia pada tahun 1913. Awalnya ia mendirikan Indische Social Democratische Vereeniging (ISDV) bersama Adolf Baars. Mereka menyebarkan paham komunis melalui organisai-organisasi massa, salah satunya adalah organsasi Sarekat Islam (SI). 

Namun lama-kelamaan SI terbagi menjadi dua kubu karena adanya perbedaan paham ideologi, yakni SI Merah dan SI Putih. SI Merahlah yang akhirnya menjadi Partai Komunis yang telah melakukan beberapa aksi pemberontakan, mulai tahun 1926 dimana PKI memimpin pemberontakan terhadap Pemerintah Kolonial Hindia Belanda yang berlangsung di Jawa Barat dan Sumatra Barat, hingga pada akhirnya Pemerintah Kolonial Hindia Belanda meghapus PKI.


Namun setelah Indonesia merdeka, PKI mulai berdiri kembali. Lalu pada tahun 1948 PKI melancarkan aksi pemberontakan di Madiun yang dipimpin oleh tokoh PKI Amir Sjarifuddin dan Muso, yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan Republik Indonesia dan mengganti landasan negara. Tragedi ini juga menyebabkan gugurnya banyak para alim ulama dan beberapa tokoh penting karena dibantai oleh PKI. Namun pada akhirnya anggota TNI dan Polri berhasil membunuh Muso sebagai dalang dari pemberontakan ini. Sedangkan Amir Sjarifuddin dan beberapa pejabat lain di jatuhi hukuman mati.

Setelah terjadinya Pemberontakan Madiun, PKI sempat vakum dari dunia politik Indonesia. Dan beberapa tahun kemudian PKI bangkit dengan wajah baru dan pemimpin baru, yakni D.N. Aidit. Dibawah pimpinan D.N. Aidit PKI banyak mendukung kebijakan-kebijakan Presiden Ir. Soekarno yang menentang keras kolonialisme. PKI juga menargetkan simpatisan-simpatisan dari rakyat bawah atau kalangan bawah, berbeda dengan partai-partai lain yang sibuk mencari perhatian di pusat. Sehingga partai PKI lah yang lebih besar namaya di kalangan rakyat.

PKI tumbuh menjadi partai yang lebih kuat dan berkembang lebih luas. Dan pada tahun 1960 Presiden Soekarno mencetuskan konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme) yang bertujuan untuk mempersatukan bangsa. Adanya konsep Nasakom ini, PKI akhirnya memanfaatkannya sebagai peluang untuk menyusup ke dalam sistem pemerintahan.


Karena adanya ketidakpuasan terhadap beberapa kebijakan Presiden Soekarno, PKI akhirnya merencanakan penghianatan. Pada taggal 30 September 1965 dini hari PKI di bawah pimpinan D.N. Aidit melakukan pembunuhan berencana terhadap tujuh Jenderal TNI yang akhirnya menjadi pahlawan revolusi Indonesia.


Aksi ini menewaskan enam dari tujuh Jenderal TNI AD serta satu Perwira Menengah, sedangkan satu jenderal selamat dari aksi ini. Jenderal tersebuta adalah Jenderal A.H. Nasution, karena sempat kabur walaupun sempat tertembak dan mengalami luka pada bagian kaki. Anak dari Jenderal Nasution juga sempat tertembak saat PKI melancarkan aksinya untuk menjemput Jenderal Nasution. Anak tersebut bernama Ade Irma Suryani Nasution.


Berikut beberapa tokoh yang menjadi korban kekejaman PKI:
1. Jenderal Ahmad Yani
2. Letjen R. Suprapto
3. Letjen S. Parman
4. Letjen M.T. Haryono
5. Mayjen D.I. Pandjaitan
6. Mayjen Sutoyo Siswomiharjo
7. Kapten Pierre Tendean


Ke tujuh tokoh tersebut gugur dengan cara yang mengenaskan, yakni dengan disiksa lalu dikubur di lubang yang sempit dengan kedalaman 12 meter dan diameter 75 cm yang disebut dengan Lubang Buaya, lalu di tutup dengan tumpukan sampah di atasnya. Hal ini ditujukan untuk menghilangkan jejak.


Namun ada satu saksi mata hidup yang sangat berjasa. Namanya adalah Soekitman, ia adalah seorang anggota Polisi. Tanpa Soekitman, pencarian jasad ke tujuh korban pembantaian akan memamakan waktu lebih lama, atau bahkan tidak dapat di temukan.


Kala itu Soekitman bersama rekannya sedang menjalankan tugas untuk berpatroli. Tiba-tiba keduanya mendengar suara tembakan beberapa kali. Lalu Soekitman segera pergi sendiri ke arah suara tembakan dan meminta rekannya agar tetap berjaga di tempat. Dalam perjalanannya Soekitman bertemu dengan beberapa anggota PKI yang berada di dekat rumah Jenderal D.I. Pandjaitan, lalu Soekitman di hadang oleh anggota PKI dan ikut dibawa ke lokasi pembantaian karena mereka mengira kalau Soekitman adalah Ajudan dari Jenderal D.I. Pandjaitan. Soekitman dibawa dalam keadaan kedua tangan terikat dan mata tertutup.


Pada pagi 1 Oktober 1965 Soekitman menyaksikan sendiri bagaimana PKI menyiksa ke tujuh korban dengan amat sangat keji, kemudian dikubur dengan dimasukkan ke lubang buaya dengan posisi kepala dimasukkan terlebih dahulu, lalu ditembak dari atas beberapa kali. Dan terakhir di tutup menggunakan tanah dan tumpukan sampah diatasnya untuk menghilangkan jejak dan menutupi bau busuk yang berasal dari Lubang Buaya.


Soekitman juga sempat disiksa oleh anggota PKI namun ia berhasil selamat. Ada sumber yang mengatakan Soekitman selamat karena pura-pura mati dan ada sumber lain yang mengatakan bahwa setelah disiksa ia ditinggalkan begitu saja karena dianggap tidak penting.


Beberapa saat berlalu, Wakil Presiden Soeharto mendapat kabar bahwa telah terjadinya penculikan terhadap jenderal dan perwira yang dilakukan oleh PKI. Saat mendengar kabar tersebut pak Soeharto segera menyiapkan pasukan dan segera mencari petunjuk dari peristiwa tersebut.

Hingga sampai lah mereka ke lokasi Lubang Buaya dan melihat adanya Soekitman dalam keadaan lemah dan penuh luka-luka. Lalu para pasukan pak Soeharto segera menolongnya. Setelah itu Soekitman menceritakan apa yang ia lihat saat pembantaian dan memberi tahukan posisi dari Lubang Buaya tersebut.

Pada tanggal 4 Oktober jenazah ke enam jenderal dan satu perwira akhirnya di angkat dari lubang buaya. Dalam keadaan tubuh jasad yang mengenaskan dan timbulnya bau busuk dari jasad para korban serta kondisi lubang yang sempit, menyebabkan proses pengangkatan jenazah berjalan cukup lama. Karna harus berhati-hati agar tidak merusak jasad para korban.


Pada tanggal 5 Oktober ke tujuh korban akhirnya di makamkan dengan hormat di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Pemakaman ini di hadiri oleh ribuan orang, baik dari kalangan keluarga, sipil, maupun militer, untuk memberikan penghormatan bagi tujuh orang pahlawan yang gugur atas tragedi G30S PKI.

Setelah itu pemerintah bersama angkatan militer dan masyarakat bersama-sama menumpas siapa-siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi G30S PKI. Mereka beringas mencari kesana-kesini para gembong-gembong PKI serta para pengikutnya.

Setelah berhasil menangkap siapa-siapa yang terlibat dalam PKI, mereka di hukum dengan semestinya. Sedangkan petinggi PKI seperti D.N. Aidit, M.H. Lukman, dan Njoto berhasil ditembak mati oleh angkatan TNI.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun