Saat ini, berbagai produk skincare berlomba-lomba memberikan janji-janji yang menarik perhatian, seperti dapat memutihkan kulit, melembabkan kulit, mengatasi jerawat, bahkan menghilangkan kerutan. Penawaran tersebut berhasil membuat konsumen tertarik untuk mencoba produk skincare dan berharap hasilnya dapat sesuai dengan yang dijanjikan. Namun, pada kenyataannya banyak produk yang memberikan klaim yang berlebihan atau tidak sesuai. Fenomena ini sedang hangat diperbincangkan di sosial media, terdapat beberapa produk skincare yang melebih-lebihkan kandungan yang ada di dalam formulanya. Sebenarnya apa itu skincare overclaim?
@dokterdetektif Jangan TERTIPU ingredients skincare palsu! Komen dibawah, mau doktif bongkarin kandungan skincare dari brand apa? #skincare #kandunganskincare #skincarepalsu #skincareoverclaim #fyp ♬ original sound - DokterDetektif
Skincare overclaim adalah kegiatan yang dilakukan produsen skincare melebih-lebihkan klaim mengenai manfaat dan kandungan produk. Istilah dikenal luas setelah seorang dokter kecantikan, yang dijuluki 'dokter detektif' mengungkapkan bahwa banyak merek skincare tidak memenuhi klaim yang dibuat. Contoh overclaim mencakup produk yang mengklaim memiliki persentase tinggi bahan aktif, tetapi setelah diuji, kandungannya ternyata jauh lebih rendah. Tentunya hal ini merugikan konsumen yang berharap mendapatkan hasil dijanjikan, tetapi hasil yang didapatkan tidak memuaskan atau bahkan menyebabkan permasalahan kulit yang baru.
Komunikasi yang sering terlihat dalam mempromosikan produk skincare biasanya menggunakan desain kemasan yang mencantumkan klaim seperti “10 kali lebih cepat mencerahkan” atau “menghilangkan kerutan” serta menyebutkan persentase kandungan dalam produk. Promosi ini juga melibatkan influencer yang memberikan pengalaman langsung mereka dengan produk dan menunjukkan hasil signifikan setelah beberapa kali penggunaan. Strategi ini dilakukan agar konsumen merasa lebih percaya diri untuk mencoba produk, meningkatkan minat beli, dan membangun loyalitas terhadap merek.
Namun, yang disayangkan adalah strategi tersebut ternyata hanya digunakan untuk kepentingan pemasaran, padahal kenyataannya diperlukan penggunaan yang rutin dan waktu yang cukup untuk mencapai kulit yang diinginkan. Beberapa produk bahkan memanipulasi kandungan yang ada dalam skincare tersebut. Seperti yang sedang viral di TikTok saat ini, dokter detektif mengungkapkan bahwa beberapa produk tidak sesuai dengan klaim yang tertera di kemasan dan disertai dengan hasil uji lab produk tersebut. Hal ini tidak hanya merugikan konsumen pengguna produk tersebut, tetapi juga menurunkan kepercayaan konsumen lain terhadap merek tersebut dan berpotensi menyebabkan penurunan penjualan serta reputasi merek dalam jangka panjang.
Banyak produk skincare yang menawarkan janji hasil cepat atau solusi instan untuk berbagai masalah kulit, tetapi seringkali klaim tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dan bisa merugikan pengguna. Untuk membantu Anda lebih bijak, berikut beberapa tips yang dapat membantu membedakan klaim skincare yang berlebihan vs realistis.
- Waspada Klaim yang Berlebihan
Kalau ada produk skincare yang bilang bisa bikin kerutan hilang dalam semalam atau jerawat langsung hilang setelah pemakaian pertama, bisa jadi itu klaim yang terlalu berlebihan. Skincare itu butuh waktu untuk bekerja, karena kulit kita butuh waktu buat regenerasi. Jadi, kalau ada yang janji hasil instan, biasanya itu terlalu bagus untuk jadi kenyataan. Biasanya, produk yang menjelaskan bahwa bisa kasih hasil yang cepat banget atau perubahan besar dalam waktu singkat itu cenderung berlebihan. Kulit itu butuh waktu, dan hasil nyata biasanya butuh beberapa minggu, bukan sehari dua hari. Produk yang lebih realistis biasanya menjelaskan hasil setelah pemakaian rutin dalam waktu beberapa minggu atau bulan, seperti “kerutan bisa berkurang setelah pemakaian rutin selama sebulan.” Jadi, sabar aja, karena hasilnya tidak langsung kelihatan. Tips yang dapat dilakukan adalah jangan mudah tergoda sama produk yang janji bisa kasih hasil instan. Cek dahulu apakah klaimnya didukung oleh bukti riset atau tidak.
- Pahami bahan yang digunakan
Bahan skincare itu beda-beda dan tidak semua bahan yang disebut 'alami' atau 'ajaib' bisa kasih hasil instan. Banyak yang bilang kalau bahan tertentu bisa langsung menyembuhkan masalah kulit, tapi seringkali itu tidak terjadi. Kalau ada klaim yang seperti itu, lebih baik hati-hati dan cek bahan aktif yang dipakai. Misalnya, ada produk yang bilang “100% alami dan bisa menyembuhkan segala masalah kulit.” Padahal, tidak semua bahan alami bisa kasih efek langsung. Skincare itu biasanya butuh waktu untuk bekerja. Produk yang realistis biasanya lebih fokus ke bahan aktif yang memang terbukti efektif, seperti retinol yang bisa bantu mengurangi kerutan atau asam salisilat untuk menghilangkan jerawat. Hasilnya tidak langsung kelihatan, tapi kalau dipakai secara rutin, pasti ada perubahan. Tipsnya, cek dahulu bahan-bahan yang ada dalam produk skincare. Cari tahu bahan aktif yang sudah terbukti bisa bekerja dan sesuai dengan kebutuhan kulitmu.
- Perhatikan Bukti Ilmiah Klaimnya
Banyak produk yang mengaku punya teknologi canggih atau sudah teruji klinis, tapi tidak ada bukti nyata yang bisa diandalkan. Jadi, kalau ada klaim yang bilang produk ini bisa ubah struktur kulit atau kasih hasil yang serupa dengan prosedur medis, bisa jadi itu klaim yang tidak masuk akal. Contohnya, klaim yang bilang produk ini bisa mengubah genetik kulit atau punya efek seperti botox. Itu jelas berlebihan, karena skincare tidak bisa memberikan efek langsung seperti prosedur medis yang dilakukan dokter. Apalagi kalau cuma dipakai di rumah. Klaim yang realistis akan lebih ke arah “membantu meningkatkan kelembaban kulit” atau “mengurangi tampilan kerutan dengan penggunaan rutin.” Semua klaim ini didukung oleh penelitian yang ada, jadi kamu tahu kalau itu memang bisa bekerja. Jadi, jangan terkecoh oleh klaim yang terkesan ilmiah tapi tidak ada bukti nyata. Cari produk yang sudah diuji secara klinis dan punya dasar ilmiah yang jelas.
- Sesuaikan Dengan Jenis Kulit
Setiap orang mempunyai jenis kulit yang berbeda, jadi pastikan produk yang kamu pilih sesuai dengan jenis kulitmu. Ada produk yang mengklaim bisa cocok untuk semua jenis kulit, tapi kadang klaim ini terlalu umum dan tidak sesuai dengan kebutuhan spesifik kulitmu. Misalnya, ada produk yang bilang “cocok untuk semua jenis kulit” tanpa menjelaskan lebih lanjut. Produk seperti ini bisa jadi tidak sesuai dengan kulit kamu yang punya masalah atau kondisi tertentu. Produk yang realistis biasanya lebih spesifik, seperti “teruji untuk kulit sensitif” atau “cocok untuk kulit berminyak.” Jadi, kamu tahu kalau produk ini memang dirancang untuk tipe kulit tertentu. Tips yang bisa dilakukan, pilih produk yang sesuai dengan jenis kulitmu dan pastikan klaimnya relevan dengan kondisi kulitmu, agar hasilnya lebih maksimal.
Untuk mengatasi permasalahan yang sedang beredar di media sosial mengenai skincare, diperlukan komunikasi yang efektif yang menyampaikan informasi secara terbuka dan jujur tentang kandungan serta hasil yang dapat diperoleh dari penggunaan produk skincare tersebut. Komunikasi ini harus mencakup penjelasan yang jelas mengenai bahan-bahan aktif yang terkandung dalam produk, cara kerja masing-masing bahan, serta waktu yang dibutuhkan untuk melihat hasil yang signifikan.
Dengan pendekatan ini, konsumen akan memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai apa yang mereka harapkan dari produk skincare yang mereka gunakan. Selain itu, transparansi dalam komunikasi juga dapat membantu membangun kepercayaan antara merek dan konsumen, sehingga konsumen merasa lebih nyaman dan yakin dalam memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan kulit mereka. Dengan demikian, informasi yang akurat dan jujur tidak hanya meluruskan permasalahan, tetapi juga mendukung konsumen dalam perjalanan perawatan kulit mereka.
Selain itu, edukasi konsumen juga berperan penting dalam melindungi pengguna dari dampak negatif klaim berlebihan pada produk skincare. Pengetahuan yang baik tentang produk skincare dapat membantu konsumen mengenali kandungan yang tepat untuk kebutuhan kulit mereka dan mengidentifikasi klaim yang tidak benar. Salah satu langkah yang bisa diambil dalam edukasi adalah dengan menyebarluaskan informasi yang akurat melalui program-program yang diselenggarakan oleh lembaga terkait, seperti BPOM dan juga dapat berkolaborasi dengan influencer ahli dermatologi atau dokter kecantikan, khususnya melalui media sosial. Dengan adanya edukasi yang tepat, konsumen dapat lebih kritis dalam memilih produk dan tidak mudah terpengaruh oleh iklan yang menipu.
Perlindungan konsumen terhadap produk skincare dengan klaim berlebihan memerlukan kolaborasi antara pemerintah, produsen, dan masyarakat. Edukasi konsumen menjadi kunci utama agar mereka lebih kritis dalam memilih produk dan memahami potensi dampak jangka panjang dari penggunaan produk yang tidak sesuai klaim. Selain itu, produsen harus lebih transparan dalam menyampaikan informasi produk, sementara platform media sosial perlu memiliki aturan yang jelas untuk mengawasi iklan yang melanggar etika. Regulasi yang kuat, pengawasan yang efektif, serta komitmen dari semua pihak akan memperkuat perlindungan konsumen dan menciptakan industri kecantikan yang lebih aman dan etis.
Fitrohtul Mahmudah, Zahratul Aulia Nurlatifah