Mohon tunggu...
Zahratul Aini
Zahratul Aini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Pisikosocial Erik Erikson

23 Oktober 2024   08:23 Diperbarui: 23 Oktober 2024   08:59 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori Psikosocial Erik Erikson

Teori psikosocial Erik Erikson adalah salah satu kontribusi paling signifikan dalam bidang psikologi perkembangan. Erikson, seorang psikoanalis dan perkembangan, mengemukakan bahwa perkembangan individu berlangsung sepanjang hidup melalui serangkaian tahapan yang terkait dengan konflik sosial dan psikologis. Teori ini terdiri dari delapan tahap, di mana setiap tahap menghadapi tantangan yang berbeda, yang harus diselesaikan agar individu dapat berkembang dengan baik. Setiap tahap memberikan dampak yang mendalam terhadap kepribadian dan perilaku seseorang di masa depan.

1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0-1 tahun)

Tahap pertama dimulai sejak lahir hingga usia satu tahun. Dalam tahap ini, bayi mengembangkan rasa percaya terhadap lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, terutama pengasuhnya. Ketika kebutuhan dasar seperti makanan dan kenyamanan dipenuhi, bayi akan merasa aman dan percaya. Namun, jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, bayi akan merasa ketidakpercayaan. Keberhasilan dalam tahap ini penting karena membentuk fondasi kepercayaan diri dan hubungan interpersonal di masa depan.

2. Otonomi vs. Ragu (1-3 tahun)

Di tahap kedua, anak mulai belajar untuk melakukan hal-hal secara mandiri, seperti berlari, berbicara, dan menggunakan toilet. Keberhasilan dalam mencapai otonomi membawa rasa percaya diri, sementara kegagalan dapat menimbulkan rasa ragu dan ketergantungan. Dalam tahap ini, dukungan dari orang tua sangat penting untuk membantu anak mengembangkan kemandirian yang sehat.

3. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Pada usia ini, anak mulai mengeksplorasi lingkungan dan berinisiatif dalam berbagai aktivitas. Mereka mulai berinteraksi dengan teman sebaya dan belajar tentang peran sosial. Jika anak merasa didorong untuk berinisiatif, mereka akan mengembangkan rasa percaya diri. Sebaliknya, jika mereka sering merasa dihukum atau diabaikan, mereka akan merasa bersalah atas inisiatif yang diambil. Dukungan positif dari orang tua dan lingkungan sekitar sangat krusial pada tahap ini.

4. Industri vs. Inferioritas (6-12 tahun)

Tahap ini berlangsung selama masa sekolah dasar, di mana anak mulai berfokus pada pencapaian akademis dan sosial. Anak yang berhasil merasa kompeten dan berprestasi, sedangkan anak yang gagal akan merasa inferior dan kurang percaya diri. Dukungan dari guru dan teman sebaya sangat penting dalam membangun rasa percaya diri di tahap ini.

5. Identitas vs. Kebingungan Peran (12-18 tahun)

Masa remaja adalah periode yang kritis untuk pengembangan identitas. Remaja mulai mengeksplorasi berbagai aspek diri mereka, termasuk nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan hidup. Keberhasilan dalam menemukan identitas yang kuat akan membantu mereka menghadapi kehidupan dewasa dengan lebih baik. Namun, kebingungan identitas dapat menyebabkan masalah seperti krisis eksistensial dan ketidakpastian dalam memilih jalan hidup.

6. Intimacy vs. Isolasi (18-40 tahun)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun