Pemilihan Umum (PEMILU) tahun 2024 di Indonesia dianggap sebagai peristiwa demokrasi yang sangat signifikan. Lima surat suara yang berisi calon Presiden dan Wakil Presiden, anggota DPR RI, DPD RI, DPRD Provinsi, serta anggota DPRD Kabupaten/Kota memberikan dimensi penting pada pesta demokrasi ini.
Namun, bagaimana jika Pemilu 2024 ternyata memberikan dampak psikologis pada masyarakat, di luar sekedar proses pemilihan pemimpin?
Sebagai panggung utama demokrasi, Pemilu seringkali memiliki dampak psikologis yang mendalam daripada sekadar pencoblosan suara. Selain menentukan perwakilan politik, proses ini juga dapat langsung memengaruhi kesehatan mental individu yang terlibat.
Bagaimana Pemilu 2024 Mempengaruhi Psikologis?
Antusiasme masyarakat menjelang Pemilu 2024 menciptakan euforia yang nyata. Obsesi terhadap pilihan calon dan persaingan ketat antar pendukung calon legislatif (caleg) dapat menyebabkan tingkat stres yang mengkhawatirkan.
Suasana demokratis ini sangat mempengaruhi psikologis masyarakat yang tertarik pada isu politik. Dampaknya meliputi:
1. Stres dan Kecemasan:
Proses penuh ketidakpastian dan persaingan ketat selama kampanye dapat memicu stres dan kecemasan pada pemilih, terutama bagi yang terlibat secara intens dalam politik. Perbedaan pendapat politik dan pemilihan anggota caleg antar warga atau bahkan anggota keluarga dekat dapat menimbulkan perselisihan pendapat yang tegang. Sebab, perbedaan dipandang sebagai sesuatu yang tidak cocok.
2. Ketidakpuasan dan Kekecewaan:
Ketika hasil pemilu tidak sesuai harapan, pemilih bisa mengalami ketidakpuasan dan kekecewaan. Dampak psikologis ini dapat menimbulkan ketidakpuasan yang merusak kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang.Â
3. Polarisasi dan Pembagian Masyarakat:
Pemilihan umum dapat memperdalam polarisasi, menciptakan ketegangan sosial dan memengaruhi kesehatan mental individu yang terlibat.
Tips mengelola dampak psikologis pemilu terhadap kesehatan mental
Perbedaan pilihan pada pemilu 2024 sangat lumrah dan lumrah terjadi pada tahun-tahun pemilu sebelumnya. Mengingatkan kita akan perspektif berbeda yang kita miliki saat mengevaluasi kandidat yang ada.
Berikut empat tips mengelola dampak psikologis pemilu terhadap kesehatan mental:
1. Sadar pada Pengaruh Lingkungan Politik:
  Waspadai konflik politik di media sosial dan ambil langkah-langkah untuk mengelola paparan tersebut.
2. Batasi Paparan Berita Politik:
  Tetapkan waktu terbatas untuk membaca berita politik dan batasi notifikasi berita untuk menghindari kecemasan berlebihan.
3. Aktif di Dunia Nyata:
  Terlibat dalam kegiatan komunitas untuk mengurangi ketegangan politik dan meningkatkan kesejahteraan mental.
4. Pilih Sumber Berita Terpercaya:
  Periksa keakuratan sumber berita sebelum membagikannya dan dukung media dengan standar jurnalisme tinggi.
5. Teknik Relaksasi dan Meditasi:
  Integrasikan teknik pernapasan ke dalam rutinitas harian Anda, seperti bermeditasi selama 10 menit setiap pagi untuk mengurangi stres politik dan meningkatkan kedamaian batin.
Melalui perjalanan penelusuran dampak psikologis pemilihan umum pada kesehatan mental, kita menyadari bahwa proses politik bukan hanya tentang suara di kotak suara. Dalam setiap pilihan, terkandung beban emosional dan psikologis yang dapat memengaruhi individu secara mendalam.Â
Dengan kesadaran akan dampak psikologis ini, kita dapat membentuk masyarakat yang peduli terhadap kesejahteraan mental, tidak hanya selama Pemilu, tetapi juga sepanjang perjalanan politik kita.