Bismillahirrahmanirrahim
Oleh : L. Soliha
Ulama adalah Warosatul Anbiya atau pewaris para Nabi. Jika dahulu saat Nabi Muhammad SAW hidup kaum muslimin memiliki pengayom yang membina dan mendidik ummat. Maka saat ini peran itu digantikan oleh para Ulama. Ulama memiliki status sebagai pewaris Nabi Muhammad yang menyampaikan ajaran Nabi Muhammad kepada umat Islam.Â
Karena itu kedudukan ulama begitu mulia diibaratkan seperti bintang di langit yang menerangi gelapnya malam. Ulama menyalakan cahaya hidayah agar umat Islam tidak berada dalam kegelapan dan ketersesatan hidup. Bagaimana peran ulama dalam menjaga keberlangsungan tauhid dijelaskan oleh KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Al Hafidz sebagai berikut:
Ulama memiliki prinsip untuk memikirkan umat Nabi Muhammad. Para Ulama hidup tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Mereka berkhidmat mengabdikan hidup mereka untuk Allah dengan membimbing umat Islam dan masyarakat. Ulama memikirkan ummat agar bisa mengerti halal dan haram. Menjaga keberlangsungan umat agar tetap mengesakan dan menyembah Allah.
"Saya setiap baca kisah Nabi Ibrahim itu menangis. Saya itu jarang sholat untuk bertujuan masuk surga tapi saya sholat supaya ada generasi penerus yang bisa menyembah Allah. Maka Nabi Ibrahim sebelum meninggal berdoa Robbi Habli Milladunka dzurriyatan thoyyibatan innaka sami'ud du'a. Ya Allah berikanlah kepadaku dari sisiMu Keturunan yang baik sesungguhnya engkau Maha Mendengar doa. Saya ini pasti mati dan yang saya khawatirkan satu yaitu Gusti, setelah saya tidak ada yang menyembah Engkau tidak ada yang mengajarkan tauhid, mengajarkan halal haram.Â
Maka saya minta agar saya punya anak cucu. Jadi Ingin anak cucu supaya ada kelangsungan yang menyembah Allah. Beda dengan kita ingin punya anak cucu sebab siapa yang akan mewarisi harta.Â
Jika tidak punya anak siapa yang akan merawat kelak jika sudah tua. Pikiran seperti itu adalah pikiran materalistis. Punya anak supaya nanti ada yang merawat. Orang Tiong Hoa pun juga berpikiran seperti itu. Orang non muslim juga berpikiran seperti itu. Tetapi jika punya anak agar nanti menjadi penerus untuk menyembah Allah, Itu khas pikiran orang mukmin " Ujar Gus Baha.
Gus Baha mengatakan memikirkan nasib ummat atau hamba hamba Allah agar menyembah Allah adalah ciri khas para Nabi dan Ulama. Gus Baha berkisah, saat Nabi Ibrahim berada di Palestina di Al Ard Al Muqoddasah, Nabi Ibrahim berdoa pada Allah sambil menggerutu atau mengomel, "Ya Allah dunia ini tidak fair, yang menyembah Engkau hanya saya.Â
Saya melihat dunia kesal sekali, Ya Allah alam raya ini yang menciptakan Engkau. Engkau yang menciptakan buah buahan. (Dari tanah yang sama disirami air hujan yang sama namun menghasilkan buah buahan yang berbeda beda. Dengan bermacam maca rasa dan bentuk dan warna yang indah).Â
Engkau yang menciptakan semua fasilitas di dunia. Kemudian yang mengenalMu hanya saya, ini tidak fair." Tidak seperti orang orang yang makan minum tidur lalu makan dan minum lagi tapi tidak tahu siapa yang menumbuhkan dan menurunkan makanan dan minuman tersebut.
Lebih lanjut Gus Baha meneruskan kisah tersebut dengan pernyataan Nabi Ibrahim kepada Allah. "Maka Ketidak adilan ini harus kita lawan Gusti". Lalu oleh Allah Nabi Ibrahim dijadikan Rasul. Allah berkata, "Baiklah, sekarang kamu menjadi Rasul". Saat jadi Rasul Nabi Ibrahim memaklumatkan bahwa yang kamu makan itu milik Allah. Bumi yang kamu huni itu milik Allah. Dan Islam mengajarkan membaca Basmallah atau bismillahirrahmanirrahim. Maka sebelum makan, minum dan bertindak hendaknya mengucapkan basmallah.Â
Anggap saja basmallah itu seperti pamit. Atas nama-Mu saya makan pisang ini. Atas nama-Mu saya makan nasi ini. Bahkan ketika akan berhubungan suami atau istri juga diharuskan membaca bismillah. Karena misalkan jika kamu ingin memakai mobil atau motor milik orang lain kamu harus pamit pada yang pemiliknya. Padahal ini barang barang sepele. Sedangkan semua adalah milik Allah maka kita harus pamit setiap menggunakan fasilitas di alam semesta tersebut.
Kedudukan wali dari jalur alim Ulama tidak bisa disamakan dengan dari jalur ahli Ibadah. Sebab beratnya tirakat alim ulama untuk mengajarkan manusia untuk menuhankan Allah dan menyembahNya. Jasa wali dari jalur alim ulama sangat besar, maka setiap alim ulama sudah pasti wali. Namun wali belum tentu alim.
"Pikirannya orang alim itu ingin memaklumatkan hal seperti itu. Bandingkan dengan ahli ibadah, pikirannya hanya ingin masuk surga ingin bersama sama dengan bidadari. Maka Imam Syafii ngomel, marah besar ketika ahli ibadah menjadi wali. Lebih wali aku, kata Imam Syafii. Resikonya wali dari jalur alim itu tidak terlalu keramat, tidak bisa terbang. Ketika ditanyakan pada Imam Syafii, mengapa anda tidak terlalu keramat. Maka Imam Syafii menjawab, jika orang alim bukanlah wali maka di dunia ini tidak ada wali. Maka ada pepatah orang alim sudah pasti wali namun wali belum tentu alim. Orang alim adalah orang paling waras di dunia karena mengembalikan manusia kepada Tuhannya.Â
Mengajarkan manusia supaya ikrar kepada Tuhannya. Mengakui kedigdayaan Tuhannya yaitu orang orang Alim adalah orang orang yang memaklumatkan ke seluruh dunia bahwa alam raya ini adalah milik Allah. Bahwa semua ini adalah bukti Allah Maha Kuasa melakukan segala sesuatu", jelas Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.
Gus Baha bertutur, Jadi misalkan kita mengetahui bahwa anak presiden tetapi tidak jadi presiden, maka itu berarti Allah kuasa melakukan apa saja. Â Ada anak Presiden berkompetisi kadang kalah maka itu berarti karena Allahu ala kulli syaiin qodir, Allah Maha Kuasa melakukan apa saja. Ada yang bukan anak Kyai tetapi menjadi kyai maka itu berarti karena Allahu ala kulli syaiin qodir. Ada yang baru masuk Islam sudah bisa baca Kitab (Kitab Kuning) maka itu berarti karena Allahu ala kulli syaiin qodir. Sementara yang sudah lama Islam tidak kunjung bisa. Jadi tidak memuji si A si B, karena Allah yang dipuji karena itu tadi Allahu ala kulli syaiin qodir. Karena Para Nabi, orang alim, semuanya setelah melihat alam raya ini kesimpulannya hanya satu, yaitu saya tahu memang Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Dicatat dari ceramah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) Al Hafidz pada channel youtube 'Santri Gayeng' yang berjudul, "Gus Baha : Ketika Wali Ngomel". Mohon Maaf jika ada kesalahan penulisan, semoga Allah SWT meridhoi dan memberkahi Guru-Guru Kita dan kita semuanya, aamiin yaa Rabbal Allamiin
Wallahu a'lam bisshowwab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H