bismiLlahirrahmanirrahimÂ
*Pandangan Gus Baha tentang Bolehkah Menghujat Pelaku Maksiat, Belajar dari Kisah Nabi Ibrahim*
Saat ini banyak orang membenci pelaku maksiat. Tak jarang mereka menghujat, mencaci maki dan membenci pelaku maksiat. Tapi pernahkah terpikir oleh kita, bagaimana jika pelaku maksiat itu adalah keluarga kita sendiri. Jadi apakah kita mencibir pelaku maksiat karena kelakuan  salahnya, atau karena pelaku maksiat itu bukanlah keluarga kita sendiri.
Pakar Tafsir Alquran, K.H. Ahmad Baha'uddin Nursalim atau yang akrab disapa Gus Baha memberikan pelajaran bagi kita tentang larangan menghujat pelaku maksiat. Gus Baha mengisahkan saat Nabi Ibrahim a.s. diajak oleh Allah memasuki alam malakut.
"Nabi Ibrahim diajak Allah ke alam malakut, lalu dipertontonkan tentang orang yang senang maksiat, misalnya zina mencuri, dan sebagainya. Kemudian Allah berkata kepada Nabi Ibrahim, menurut kamu bagaimana dengan orang orang yang bermaksiat ini Ibrahim?. Nabi Ibrahim berkata : matikan saja ya Allah. mereka makan dari rezekiMu tapi mereka mendurhakai Engkau,"Gus Baha berkisah dalam ceramahnya pada kanal Youtube 'Rachart Channel', yang berjudul "Guyonan Gus Baha pada Rukhin, Toha, Munif dan lain lain".
Lalu, lanjut Gus Baha, orang-orang yang bermaksiat tadi dimatikan oleh Allah atas permintaan Nabi Ibrahim. Berlangsung berulang kali, ada orang yang bermaksiat lagi lalu dimatikan. Begitulah Allah menuruti usulan dari Nabi Ibrahim.Â
Karena sikap Nabi Ibrahim terhadap para pelaku maksiat tersebut, Allah lalu menguji Nabi Ibrahim. Suatu saat Nabi Ibrahim diutus oleh Allah untuk melaksanakan perintah. Nabi Ibrahim lalu diperintahkan menyembelih anaknya sendiri Nabi Ismail a.s.Â
"Nabi Ibrahim lalu protes, bagaimana ini Tuhan, ini anakku sendiri tsamrotu Fuadi disuruh disembelih, ini buah hatiku sendiri,"ungkap Gus Baha.
Kisah ini berlanjut dengan jawaban Allah atas Nabi Ibrahim.
"Allah pun menjawab, dulu saat kamu mengusulkan aku untuk mematikan hambaKu yang maksiat, aku tidak berpikir. Sedangkan sekarang aku perintahkan kamu mematikan anakmu, kamu sendiri berpikir. Hamba hambaKu sekalipun melakukan maksiat, itu Aku yang menciptakannya," Jelas Gus Baha.
Gus Baha kembali bercerita, bahwa Allah berkata memangnya menurutmu Ibrahim, Aku tidak marah ketika hamba-hambaKu yang maksiat itu kau minta untuk dimatikan. Mereka hambaKu itu, Aku sendiri yang menciptakan. Sedangkan engkau meminta kepadaKu untuk dimatikan. Ibrahim pun lalu berpikir.
Gus Baha mengurai maksud dari kisah ini. Dimana sebagian besar orang membenci pelaku maksiat karena mereka bukanlah keluarganya sendiri.
"Biar bagaimanapun kamu membenci orang yang maksiat, itu karena yang bermaksiat bukan keluargamu. Lalu bagaimana jika yang bermaksiat itu anakmu atau keluargamu," papar Gus Baha yang juga Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini.
Gus Baha menjelaskan, sekarang misalkan Mustofa melihat perempuan bercelana pendek naik moge. Dia lalu menyindir anak siapa itu.
"Misal Mustafa weruh cah wedok numpak motor liwat ndalu ndalu. Anake sopo iku cah wedok numpak moge katokan cekak. Tapi pas dikabari, lha niku putune njenengan. Astaghfirullah sepurane sing ageng Gusti, Gusti," ungkap Gus Baha dalam logat bahasa Jawa.
Gus Baha menyimpulkan seseorang semangat menghujat pelaku maksiat, pastilah karena dia bukanlah keluarganya. Namun jika yang bermaksiat adalah keluarganya sendiri tentu dia akan bersikap berbeda.
"Lalu bagaimana bila yang maksiat adalah keluarganya. Tentu dia tidak akan menghujat. Berarti letak benci seseorang kepada pelaku maksiat karena dia pelaku maksiat atau plus karena pelakunya orang lain, bukan keluarganya," tanya Gus Baha.
Sementara pelaku maksiat, tutur Gus Baha masih diharapkan untuk bertaubat memperbaiki kesalahannya. Karena bisa jadi saat ini, seseorang adalah pelaku maksiat. Di masa datang dia mendapat hidayah lalu bertaubat dan menjadi taat. (soliha)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H