Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah, alhamdulillah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang Maha Pengampun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gus Baha: Tujuan Hidup Kita Seharusnya Hanya untuk Menggapai Ridho Allah SWT

3 Oktober 2022   13:44 Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:02 2061
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillahirrahmanirrahim


Tujuan Hidup di Dunia Hanya Untuk Menggapai Ridho Allah adalah Sebuah Kebenaran

KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha menyampaikan prinsip bahwa Kebenaran itu harus dimaklumatkan atau disampaikan. Sekalipun kebenaran itu tidak diterima semua pihak. Bahwa kebenaran sesungguhnya tentang tujuan hidup kita satu satunya adalah hanya untuk menggapai ridho Allah SWT.. Pengakuan mencari ridho Allah SWT ini juga harus dimaklumatkan. Seperti pernyataan Habib An Najjar yang berbunyi: Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu maka dengarkanlah (pengakuan)ku. 

Ini bukti bahwa kebenaran harus dimaklumatkan karena ketika Habib An Najjar mengatakan hal tersebut, itu sudahlah benar, bahwa saya beriman kepada Allah dan Allah adalah Tuhan yang hakiki. Semua kebenaran harus disampaikan. Tidak boleh kebenaran hanya untuk dirasakan diri sendiri. Maka Gus Baha setelah mempelajari Kitab Tafsir Jalalen lalu menyampaikan hal ini. Sebab menyempunyikan ilmu itu adalah sebuah dosa

Sesungguhnya aku telah beriman kepadaMu Wahai Allah maka dengarkanlah aku. Ayat ini adalah tentang ayat antqotiyah tapi kita bisa menirunya bahwa kebenaran harus disampaikan. 

Meskipun di depan orang yang kadang belum menerima, kebenaran harus disampaikan. Sekalipun terhadap kelompok berbeda. Maklum terjadi bahwa keputusan apapun pasti ada kelompok yang tidak menerima.

Berpikir tentang kebenaran juga dapat dilihat ketika ada yang mengatakan kebenaran tentang dirimu. Bahwa kamu pintar namun ada yang mengatakan bahwa kamu bodoh. Jika ada yang mengatakan kamu pintar anggap saja benar, sedangkan yang mengatakan bodoh anggap saja salah. Atau sebaliknya pilihan lainnya adalah jika kamu tawaduk kamu bisa berpikir dan menganggap yang mengatakan kamu bodoh itu benar yang mengatakan kamu pintar itu salah. Berpikir kebenaran mana yang kamu pilih itu tidak penting.

Sebab berpikir seperti itu menurut Gus Baha seperti orang yang kurang kerjaan, semestinya yang dipikirkan oleh kita itu hanya satu yaitu apakah diridhoi Allah atau tidak. Maka semestinya tujuan hidup di dunia ini hanya untuk satu yaitu mencari ridho Allah. Tidak penting memikirkan yang lainnya yang seringkali bersifat ruwet

Di dunia ini pikirkanlah hanya itu saja yaitu hidup untuk mencari ridho Allah SWT. Misalkan saya mengaji yang saya pikirkan hanya ridho Allah. Tidak usah berfikir apakah santri mengetahui haknya gurunya atau tidak. Kalau sudah mendapat ridho Allah, itu sudah selesai atau final. Sebab yang memiliki dunia ini Allah, jangan  justru mencari ridho manusia yang hanya akan membuat pusing.

Cukup pikirkan ridho Allah, bahwa Ridho-Mu yaa Allah yang aku mau. Untuk itu maka ulama terdahulu berdoa Ya Allah aku minta Engkau ridho kepadaku, segala puji bagi Engkau sampai Engkau ridho kepadaku. 

Selain doa ulama, terdapat doa Sayyidina Umar bin Khottob untuk mendapat ridho Allah. Doa ini juga memiliki fadilah agar tidak mati dalam keadaan suul khotimah. Orang yang tidak ingin mati suul khotimah harus membaca doa ini setiap pagi yaitu Rodhitu billahi Robba wabil Islami diina wabi Muhammadin Nabiya wa Rasula. Aku Ridho Allah sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku dan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasul.

Jadi dengan membaca doa ini, setiap hari kita memperbaharui perjanjian kita dengan Allah. Bahwa yaa Allah Aku puas Engkau sebagai Tuhan. Aku bersyukur dan puas sepuas puasnya bahwa Engkau sebagai Tuhan. Sehingga orang itu terbiasa ridho kepada Allah. Menggapai ridho Allah bisa dilakukan dengan terlebih dahulu membuat diri kita Ridho terhadap semua keputusan Allah. 

Seperti punya rezeki seberapapun tetap senang. Ditakdir bisa bersujud juga sudah sangat senang. Sebab ketika kita bersujud itu merasa luar biasa itu karena itu adalah kenangan terbaik kita di dunia. Ketika sudah di akhirat kelak kita bersyukur jika ketika kita di dunia dalam catatan amal, kita beramal dengan memperbanyak sujud. Itu adalah suatu hal yang teramat bagus. Karena sudah seharusnya manusia itu bersujud.

Bahwa di akhirat kenangan kita terbaik di dunia adalah sujud. Bahkan Rasulullah memuji sujud sampai mengatakan bahwa satu sujud itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Karena itu adalah identitas kita, status kita. Sujud adalah identitas kita, status kita sebagai seorang hamba. Yang tunduk dan menyembah hanya kepadaNya. Karena hanya dia yang patut disembah dan dipuja.

Dia Allah telah memberi kita segala galanya. Nikmat dunia yang tak terkira dan tak putus putusnya. Setiap hari kita bisa bangun bisa bernafas, bisa berpikir, bisa melihat, mendengar, bisa makan, dsb. Setiap hari kita berada dalam keadaaan aman dengan keluarga dan teman teman tercinta adalah wujud karunianya. Maka kegiatan yang paling penting dalam hidup itu adalah sujud. Sedangkan kegiatan yang lain di dunia ini adalah sekedar variasi.  

Bahkab kita mencari rezeki untuk bisa makan itu bertujuan agar kita kuat bersujud. Di saat mencari komunitas dan teman mengaji juga bertujuan  agar bertambah banyaknya orang yang bersujud kepada Allah SWT. Kita mencari komunitas yang sama sama menegakkan sujud juga sebagai bukti ketertundukan kita terhadap Allah. Bahwa setiap mahluk wajib tunduk dan patuh kepadaNya yang telah menciptakan kita dan memberi kita banyak karunia.


Dicatat dari Ceramah KH. Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) dari ceramah pada kanal Youtube Santri Gayeng yang berjudul "Menghindari Suul Khotimah Versi Sayyidina Umar" tanggal 19 September 2022.

Wallahu a'lam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun