Menurut Ibnu Hajar Al Asqolani, taat itu terbagi dua yang pertama menjalankan taat, yang kedua meninggalkan maksiat. Ketika seseorang sudah melaksanakan sholat fardhu kemudian meninggalkan maksiat, itu sudah bisa disebut taat. Sekalipun hanya di kamar saja, melihat tikus tikus lewat berkeliaran atau berburu nyamuk. Janganlah melihat orang tersebut sebagai orang yang bermalas malasan. Sebab sesungguhnya orang tersebut sedang meninggalkan maksiat.
Agama itu mudah, kita beristighfar 100 kali belum tentu sempat, tahajud 100 rakaat juga belum tentu sah. Maka jika kamu tidak terbangun untuk tahajud, niatkan tidurmu untuk meninggalkan maksiat.
Mahsyur dalam ilmu tasawuf dikatakan bahwa tahajud itu baik, tetapi tidur juga baik. Merujuk kitab karangan Habib Zayn Bin Smith yang berjudul Alfawaid Al Mukhtaroh. Yang mana kitab ini dikumpulkan (dibukukan) Habib Hasan muridnya. Dalam kitab itu dikisahkan Abu Yazid Al Bustomi melakukan tahajud. Dahulu beliau pernah menjadi wali junior. Sebegitu senangnya dengan tahajud beliau lalu memprotes. Beliau mengatakan Ya Allah betapa indahnya tahajud, namun jarang orang melakukannya. Orang yang terlelap tidur meninggalkan tahajud, pasti akan menyesal. Mengapa mereka tidak berebut rahmatnya Allah dengan melakukan tahajud.
Kemudian Abu Yazid Al Bustomi mendengar suara tanpa rupa (Eksistensi Allah) yang berkata : Wahai Abu Yazid mereka yang tidur itu juga tidak kalah mendapat ganjaran seperti engkau. Engkau tahajud karena ibadah. Mereka yang tidur juga aku beri pahala. Abu Yazid bertanya, apa alasannya ya Allah?. Karena kamu beribadah kepadaku sebab takut kepadaku. Kamu tahajud karena takut akan siksaku. Mereka yang tidur juga aku beri pahala sebab begitu cintanya kepada-Ku dan merasa aman dari siksa-Ku. Karena aku dzat yang Maha Baik maka meskipun mereka tidur, aku juga senang.
Biar bagaimanapun Allah memiliki sifat Ar Rohman. Tanda tanda kekuasaan Allah salah satunya adalah tidur. Habib Zayn selaku orang yang alim alamah, merasa senang jika umat Nabi Muhammad Saw melakukan tahajud. Tapi umat Nabi adalah umat yang dikasihi. Dengan tidurnya saja memiliki sisi sisi positif. Karena begitu senangnya menikmati rahmat Allah dalam hal ini tidur.
Layaknya seorang Bapak yang senang melihat anaknya belajar. Juga senang melihat anaknya tertidur pulas. Senang melihat anaknya tirakat. Juga senang Melihat anaknya makan dengan lahap. Ciri orang yang senang pada yang lain itu ketika yang disayangi melakukan apapun, dia tetap senang. Ketika anak yang disayangi menikmati yang baik juga senang.
Yang membuat tidak senang itu ketika melihat anaknya maksiat. Seperti halnya seorang anak memecahkan piring. Itu merusak tatanan, disebut juga maksiat. Maka Allah, berdasarkan perkataan Nabi Muhammad, Tidak ada dzat yang cemburu melebihi Allah. Itulah mengapa Allah mengharamkan maksiat. Allah akan senang terhadap hamba-Nya asalkan tidak melakukan maksiat. Maka jika kita berat melaksanakan ibadah sunnah, asalkan kita melaksanakan yang wajib dan tidak melakukan maksiat, maka itu termasuk taat. Sebab agama itu mudah tidak menyulitkan.
Dicatat dari ceramah KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah pada kanal Youtube ' Santri Gayeng' yang berjudul " Nikmatilah Kopimu".
Semoga Guru-Guru kita dirahmati dan diberi perlindungan Allah. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H