Bismillahirrahmanirrahim
Alkisah Allah lebih bangga kepada kita sebagai mahluk ciptaanNya sekalipun daripada malaikat. Malaikat selaku mahluk mulia yang tercipta dari cahaya dan menempati tempat tertinggi di sisiNya. Namun Allah tetap bangga pada umatnya Nabi Muhammad SAW yang tidak melihatnya.
Malaikat pun bertanya mengapa demikian sebab dalam pandangan malaikat iman mereka masih orisinal atau asli. Allah menjawab bahwa tidak, sesungguhnya engkau malaikat beriman kepadaKu karena Aku ada di hadapanmu, kamu melihat Arsy dan kursiy, kamu melihat alam malakut dan alam jabariyah. Sedangkan umat Nabi Muhammad tidak menyaksikan Allah langsung namun mengimani-Nya.
Begitu juga para Nabi beriman dan menjadi begitu hebatnya karena mendapat Wahyu dari Allah. Sedangkan manusia awam layaknya kita tidak mengetahui Allah, tidak mengetahui Nabi, Surga dan Neraka. Akan tetapi rasa takutnya pada neraka sampai membuat diri menangis. Rasa senangnya kepada Allah  membuatnya menitikkan air mata.
Kalangan manusia seperti ini menyenangi Allah dengan berbagai cara. Salah satunya Imam Amudi, seorang pakar yang mendalami ilmu pengetahuan matematika pada zaman dahulu sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Khasyatutturmudzi Karangan Ulama terkenal Indonesia Syekh Mahfudz Atturmudzi.
Imam Amudi adalah ahli Ushul Fiqh yang juga mendalami ilmu matematika. Â Beliau adalah guru yang ikhlas mengajar yang tidak rela jika sampai umat Nabi Muhammad SAW menjadi bodoh. Suatu saat murid Imam Amudi meragukan apakah Gurunya akan masuk surga, karena banyak mempelajari ilmu matematika dan bukannya ilmu agama lainnya. Karena Imam Amudi adalah seorang wali maka muridnya dimimpikan tentang gurunya.
Dalam mimpinya, Allah memanggil Imam Amudi di hadapan para malaikat untuk mengajarkan ilmu matematika. Â Allah bertanya kepada Imam Amudi mengapa engkau tahu Aku sebagai Tuhan dan bagaimana kamu tahu Aku dzat Al Wahid Qohar atau dzat yang satu. Imam Amudi berkata, hai para malaikat kalian harus mempelajari matematika. Malaikat pun terdiam karena merasa asing dengan matematika.
Kemudian Imam Amudi mengatakan bahwa engkau jika membuat angka pasti dari angka satu (1) dahulu baru 2,3 dan seterusnya. Sekalipun angka miliaran atau sebanyak apapun sesungguhnya cabang dari angka satu (yaitu Allah).
Bahwa alam semesta ini diciptakan oleh dia yang satu, Dialah Allah, dzat yang awal. Satu adalah permulaan segala sesuatu atau alam semesta (satu  yaitu Allah). Bahwa mahluk sebanyak apapun di alam semesta ini dimulai dari al wahid atau satu. Mengapa kita butuh angka satu dan  bukannya nol. Karena angka nol jika berada di depan angka atau awalan itu dianggap sesuatu yang tidak ada dalam ilmu matematika.
Maka alam semesta ini telah terwujud, sudah ada atau maujud diciptakan oleh "Satu" atau sesuatu yang wujud yaitu Allah. Karena sesuatu yang wujud tidak mungkin diciptakan oleh sesuatu yang tidak wujud. Berarti adanya alam semesta ini yang tak terhingga dimulai dari sesuatu yang wujud.
Sama halnya dengan angka 2,3,4 dan seterusnya dimulai dari angka 1. Sehingga sesuatu yang ada tidak mungkin diciptakan dari sesuatu yang tidak ada. Malaikatpun memuji kepandaian Imam Amudi yang telah mengangkat kedudukan iman manusia di mata Allah.