Mohon tunggu...
Ceramah Gus Baha
Ceramah Gus Baha Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Bismillah. Alhamdulillah. Kemanapun aku terjatuh aku terjatuh pada rahmatMu yaa Allah, Kemanapun aku meraih aku meraih pada rahmatMu yaa Allah

Allahumma sholi ala sayyidina Muhammad wa a'la aali sayyidina Muhammad

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Gus Baha: Allah Pengendali Kebaikan dan Keburukan dan Bukan Setan

19 Juli 2021   13:02 Diperbarui: 2 Juli 2022   20:58 7373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Bismillahirrahmanirrahim

KH Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) merupakan Ulama Ahli Tafsir Al Quran asal Rembang. Beliau memiliki pandangan ilmu Tauhid sebagaimana pembahasan dalam Kitab Jauharatu Attauhid karya Imam AlLaqqani tentang Khoirihi wa syarrihi minallah (Segala Kebaikan dan Keburukan adalah Kehendak Allah). 

Bahwa berpandangan segala kebaikan dan keburukan kehendak dari Allah akan membuat hati kita tenang. Merasa bahwa segala sesuatu adalah kehendak Allah dan semua berada dalam pengendalian Allah. Tidak ada yang luput dari kekuasaanNya sedikitpun. Sehingga kita tidak perlu risau ataupun galau atas segala keburukan yang menimpa. Sebab semua berada dalam pengendalian Allah.

Berbeda seumpama agama ini dikawal oleh orang yang khusyu mesti mereka akan mengatakan bahwa khairihi minallah wa syarrihi minassyaitan (bahwa kebaikan adalah dari Allah dan kejelekan adalah dari Setan). 

Jadi nanti akan ada kesalahan bahwa dikatakan Tuhan di tempat suci Mekkah dan Madinah adalah Allah. Tapi di tempat fasik Hollywood tidak, karena Tuhan tidak memiliki kekuasaan di situ. Itu merupakan suatu pendapat yang salah.

Bahwa kesalahan berpikir, akan adanya kerajaannya Allah tapi penguasanya adalah setan dan yang menentukan perilakunya adalah setan. Itu bukanlah pemikiran yang  bertauhid. 

Pemikiran itu mirip paham Persia bahwa ada dualisme Tuhan yaitu Tuhan Yazdan dan Tuhan Ahraman. Ada Tuhan kegelapan ada Tuhan cahaya. Sehingga akhirnya menjadi paham Tsanawiyah (dualisme) seperti paham Yunani kuno dahulu.

Agama Islam tidaklah mendefinisikan Tuhan menjadi dualisme seperti itu.  Dalam agama Islam dikatakan bahwa khoirihi wa syarrihi minallah. Maka dalam mendidik santrinya tidaklah serta Merta Gus Baha bisa tegas kepada muridnya tanpa kebijaksanaan. Dalam Ilmu Tauhid dikatakan khorihi wa syarrihi minallah. Bahwa kamu pintar itu adalah kehendak Allah sementara kamu kurang pintar itu juga kehendak Allah.

Meskipun nantinya sebagai bentuk adab jika ditanya apa sebabnya kamu pintar atau kurang pintar?. Maka bisa dilakukan menjawab dengan bersikap menisbatkan kesalahan yang terjadi akibat perbuatan diri sendiri sebagai adab. Sebab Tuhan tidak pernah menzhalimi dan Setan pun hanya mengajak atau menggoda. Misalkan ditanya kenapa kurang pintar Kang?, dijawab karena tidak belajar. Kenapa tidak lancar bacaan Qurannya Kang?, dijawab karena jarang membaca Alquran atau dijawab karena faktor keturunan atau karena kurang wesel. 

Pokoknya memang tidak apa apa mrenisbatkan sebab kejelekan itu secara prakteknya berasal dari kesalahan diri sendiri atau faktor lain. Disebabkan menjawabnya karena ditinjau secara adab.

Tapi tetap hakikatnya khoirihi wa syarrihi minallah. sehingga orang itu tidak boleh mengawal Islam dengan khusyu. Agama ini pernah terjadi prahara karena paham-paham khusyu. Maka khusyu itu harus setelahnya ilmu. Sebagaimana terjadi di masa lalu seperti apa rusaknya agama ini dikawal orang khawarij, dimana setiap orang yang bersalah dianggap kafir.

Maka Kyai khusyu yang tidak bisa mengaji itu pasti rusak. Kyai yang mewajibkan ketentuan bagi santri puasa Dalail Khoirot (puasa terus menerus), santri wajib tirakat, tidak boleh merokok, tertawa salah, menguap salah semua menjadi salah. Ditinjau secara ilmu ketentuan yang memaksa semacam itu adalah salah meskipun secara adab adalah benar. 

Puasa Dalail itu secara adab melatih santri dan itu benar tetapi mewajibkannya, secara ilmu adalah salah.  Sebab mewajibkan hal yang tidak wajib menjadi wajib itu adalah hal kriminal.  Sebagaimana dikatakan dalam kitab Sulam Taufiq bahwa termasuk dosa besar adalah mewajibkan hal tidak wajib menjadi wajib.

Gus Baha sebagai seorang guru tentunya berkeinginan muridnya melakukan sholat qobliyah badiyah. Tapi karena beliau tidak mewajibkannya, maka para murid menjadi tidak melakukan sholat qobliyah badiyah. Namun apabila Gus Baha mewajibkan Sholat Qobliyah Badiyah maka bisa melanggar ketentuan dari Habib Abdullah Bin Husein Bin Thohir selaku pengarang kitab Sulam Taufiq akan larangan mewajibkan sesuatu yang tidak wajib. Sehingga yang benar adalah sholat qobliyah badiyah memang tidak wajib tapi kalau bisa dilakukan.

Kita tidak boleh menentang orang yang menjalankan puasa Dalail. Puasa Dalail itu bagus tapi apabila Puasa Dalail diwajibkan maka harus dilawan. Jadi itulah resikonya jika Islam dikawal oleh orang khusyu, perkara yang tidak wajib malah diwajibkan.

Seperti dalam ketentuan sholat tarawih. Nabi Muhammad menjalankan sholat tarawih itu hanya 4 hari, setelah itu tidak. Seumpama Nabi tarawih setiap hari maka tarawih akan dianggap wajib. sehingga Nabi tidak tarawih terus menerus demi untuk menampakkan bahwa itu tidak wajib. Tapi meskipun Nabi tidak tarawih di masjid beliau tetap qiyamul lail di rumahnya. Tidak seperti sebagian besar orang saat ini yang tidak tarawih tetapi menonton tv, juga merokok atau melakukan kegiatan kurang bermanfaat lainnya.

Jadi penting mengkaji perihal Tauhid ini sebagaimana dibahas dalam Kitab Jauharatu Attauhid. Bahwa memang kadang kita mendukung Mutazilah yang berpandangan Bahwa Kebaikan adalah dari Allah dan kejelekan adalah dari Syetan. Karena biar bagaimanapun Mutazilah ada benarnya. 

Maka Syekh Izzudin bin Abdissalam pun mengatakan bahwa beliau penganut Ahlussunnah tapi kadang-kadang setuju dengan Mutazilah. karena biar bagaimanapun mereka berpendapat seperti itu karena menerapkan adab yang baik terhadap Allah. Sehingga mengatakan bahwa yang baik dari Allah dan yang jelek dari syetan.

Tapi tetap kita tidak mengikuti pendapat Mutazilah seperti itu. Sebab resikonya ada Tsanawy atau ada dualisme. Yaitu ada Tuhan otoritas kebaikan yang dipimpin Allah dan ada otoritas keburukan yang dipimpin setan. sehingga rawan terjadi salah paham bahwa Allah tidak kuasa mengendalikan kejelekan atau setan.

Jadi misalkan setelah di dunia banyak maksiat maka Tuhan beradu hasil dengan setan, bahwa yang menang setan karena sering berhasil menggoda manusia. Sebab di dunia banyak terjadi maksiat dan kejahatan. Itu suatu kesalahan karena memandang kejelekan dari setan. Seperti di pondok pesantren antara yang hafalannya lancar dan tidak tentu lebih banyak yang tidak lancar.

Islam melarang keburukan. Menurut iman kita harus meyakini khoirihi wa syarriihi minallah. Sebagaimana menurut KH. Maimoen Zubair bahwa agama itu aneh karena kejelekan itu dilarang tapi kita harus meyakini bahwa kejelekan itu dari Allah. kejelekan itu dilarang, kejelekan itu harus dijauhi tapi kita harus meyakini kejelekan itu juga kehendak Allah.

Seperti memiliki wajah kurang tampan/cantik itu kehendaknya siapa?,   adakah itu keinginanmu atau atau kehendaknya Allah?. Tentunya kehendaknya Allah. Karena kamu pun tidak ingin memiliki wajah yang kurang tampan/cantik. Namun tahu-tahu terlahir berwajah kurang tampan/cantik. Menurut Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. jika ragu dengan kehendaknya Allah maka perlu ditanyakan pada dirimu. Kamu lahir kehendak Allah atau kehendak dirimu. Apakah kamu punya keinginan untuk lahir?. Tentunya kita terlahir bukan atas kehendak kita.

Apakah kamu punya keinginan menjadi kurang pintar, punya keinginan menjadi kurang harta, tentunya tidak bukan. Tapi menjadi miskin atau kaya dan pintar atau bodoh adalah kehendaknya Allah. Semua kehendaknya Allah. Maka dipimpin Kyai tauhid seperti Gus baha repot karena tidak bisa tegas dengan santri sebab berpandangan khoirihi wa syarrihi minallah. Kyai seperti Gus Baha jika ada alumni mengadukan masalah kepadanya beliau  tetaplah tenang. Bahwa santrinya sekarang bekerja di Korea, santai saja. Juga mengetahui ada alumni yang bercerai juga santai saja. Sebab segala sesuatu Khoiri wa syarrihi minallah

Mengatakan keburukan juga adalah kehendak Allah mungkin kesannya tidak sopan. Padahal sebenarnya itulah justru yang sopan karena semua di alam raya ini ada dalam pengendalian Allah. Jika mengatakan keburukan bukan dari Allah berarti Allah punya keterbatasan sehingga tidak bisa mengendalikan keburukan dan itu tidak mungkin. Itulah Bahwa Kebaikan dan Keburukan itu adalah kehendak Allah. Bahwa khoirihi wa syarrihi minallah.

Dicatat dari ceramah KH. Ahmad Baha'uddin Nursalim (Gus Baha) Hafizahullah dalam video pada Channel YouTube 'Santri Official' yang berjudul "Benarkah Setan adalah Dalangnya Keburukan?".

Mohon maaf jika ada kesalahan penulisan. Semoga Allah merahmati dan melindungi Guru-Guru kita. Aamiin YRA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun