Generasi sandwich merupakan suatu istilah atau penyebutan yang populer untuk individu yang berada di antara dua generasi berbeda, yaitu orang tua, adik, anak, bahkan keluarga atau kerabat yang masih bergantung. Menurut Carol Abaya (Abramson, 2015; Khalil & Santoso, 2022) kategori generasi sandwich sendiri adalah the club sandwich dan the open faced sandwich.Â
The club sandwich terdiri dari orang dewasa umur 50-60 tahun, yang terhimpit antara lanjut usia, anak, dan cucu, atau seorang individu dewasa dalam usia 30-40 tahun dengan anak kecil, orang tua yang menua, serta kakek dan nenek. Sedangkan, the open faced sandwich adalah siapapun individu yang terlibat dalam memberikan pengasuhan atau menanggung kepada kerabat mereka yang sudah berumur. Â Â
Generasi sandwich sering mengalami tekanan dalam berbagai hal, terutama pada aspek finansial dan emosional. Mereka seringkali dihadapkan pada tekanan finansial, yang mana seolah harus bisa untuk mencukupi atau memenuhi kebutuhan atau kehidupan keluarga, anak, dan diri sendiri (Ardiyanto, Asbari, & Ristanto, 2024). Tidak jarang mereka ini lebih memprioritaskan orang lain dibandingkan diri mereka sendiri.Â
Tekanan yang dialami oleh generasi sandwich ini terbilang besar, sehingga memungkinkan mereka mengalami stress. Mereka merasa tidak enak atau bahkan merasa bersalah jika tidak bisa memenuhi harapan keluarga, seolah mereka yang bertanggung jawab atas kesejahteraan setiap anggota keluarga.Â
Perasaan ini membuat mereka kesulitan untuk berontak atau menolak permintaan, padahal mereka terus-menerus menanggung beban. Hal ini dapat membuat atau mengarah pada stress, kelelahan, kecemasan dan gangguan emosional lainnya. Dalam konteks ini, mereka harus berani untuk menyeimbangkan antara kebutuhan keluarga dan kebutuhan pribadi. Â Â
Menurut Peterson dan Seligman (2004) pada sistem Values In Action dalam (Pury & Kowalski, 2007), keberanian bukan hanya tentang menghadapi ketakutan atau risiko, tetapi juga mencakup keberanian fisik, intelektual, dan emosional.Â
Menurut teori ini, keberanian fisik merujuk pada kemampuan mereka untuk tetap menjalani rutinitas sehari-hari meskipun sering merasa kelelahan akibat tanggung jawab ganda.Â
Kemudian, keberanian intelektual diperlukan untuk membuat keputusan yang bijaksana, seperti memilih prioritas yang tepat antara kebutuhan keluarga dan diri sendiri, atau mencari cara yang lebih efisien untuk mengatur waktu dan sumber daya.Â
Sementara itu, keberanian emosional sangat dibutuhkan untuk mengelola perasaan seperti kecemasan, rasa bersalah, atau frustrasi ketika merasa terjebak di antara tuntutan keluarga yang saling bertentangan. Â Â
Dalam menghadapi tekanan – tekanan tersebut, generasi sandwich dapat melakukan beberapa langkah-langkah untuk mengembangkan keberanian yang melibatkan menghadapi ketakutan, melakukan latihan, dan keyakinan diri.Â
Hal ini tentu sangat penting untuk membantu generasi sandwich menyeimbangkan tuntutan keluarga dan kebutuhan pribadi mereka. Berikut langkah – langkah yang mungkin bisa diambil oleh generasi sandwich untuk membantu dalam menghadapi tantangan mereka:Â
1. Menghadapi Ketakutan
Dalam hal ini, generasi sandwich perlu belajar untuk menghadapi rasa takut mereka akan kegagalan atau rasa bersalah dengan tidak melarikan diri dari tekanan yang ada. Mereka bisa mulai dengan mengakui bahwa mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan orang lain tanpa mengabaikan kebutuhan mereka sendiri.Â
Dengan menerima ketakutan ini, mereka bisa lebih tenang dalam mencari solusi, berdiskusi dan berbicara dengan keluarga tentang keterbatasan yang mereka hadapi.Â
2. Melatih Diri Sendiri
Banyak ditemui bahwa generasi sandwich cenderung merasa bersalah jika mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan keluarga. Salah satu cara untuk berlatih keberanian adalah dengan belajar untuk berbicara dengan jujur tentang kebutuhan pribadi mereka tanpa merasa bersalah. Kemudian, generasi sandwich juga seringkali meremehkan kebutuhan dan keinginan pribadi mereka.Â
Latihan untuk menghargai diri sendiri dan merayakan pencapaian kecil adalah cara untuk membangun keberanian dalam menyeimbangkan kehidupan mereka.
3. Keyakinan pada DiriÂ
Mereka sering merasa terjebak dalam harapan yang tinggi dari keluarga. Seringkali mereka merasa harus sempurna dalam setiap peran yang mereka jalani. Namun, penerimaan terhadap ketidaksempurnaan dapat menjadi kunci untuk meningkatkan keyakinan diri. Selain itu, menetapkan tujuan yang realistis dan fokus pada proses pencapaian tujuan tersebut juga dapat membantu generasi sandwich merasa lebih percaya diri dalam mengelola peran ganda mereka. Â
Langkah-langkah seperti menghadapi ketakutan, melakukan latihan untuk menghargai diri sendiri, serta membangun keyakinan diri menjadi sebuah hal penting dalam membantu mereka mengelola stres dan kecemasan yang muncul.Â
Oleh karena itu, dengan pendekatan yang bijaksana dan penuh kesadaran, generasi sandwich dapat menemukan keseimbangan yang sehat antara peran mereka sebagai penanggung kebutuhan keluarga dan kebutuhan pribadi, menjadikan perjalanan mereka lebih produktif dan memuaskan dalam jangka panjang.Â
Referensi :
Ardiyanto, D., Asbari, M., & Ristanto, M. R. (2024). Tantangan dan solusi generasi sandwich: Mengelola tekanan finansial dan emosional. Jurnal Ilmu Sosial, Manajemen, Akuntansi dan Bisnis, 1. https://doi.org/10.70508/gyv06536 Â Â
Khalil, R. A., & Santoso, M. B. (2022). Generasi sandwich: Konflik peran dalam mencapai keberfungsian sosial. Social Work Jurnal, 12(1), 77–87. https://doi.org/10.24198/share.v12i1.39637  Â
Pury, C. L. S., & Kowalski, R. (2007). Human strengths, courageous actions, and general and personal courage. Journal of Positive Psychology, 2, 120 - 128. https://doi.org/10.1080/17439760701228813 Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H